Bab 12 Siapa

548 27 4
                                    

Happy Reading🙏☺

"Aku menginginkan menantu berpendidikan tinggi dan dari keluarga terpandang, bukan mantu miskin seperti kamu."

"Kamu pikir dengan memberikan aku cucu, aku akan luluh padamu? jangan harap!! anakmu pun tidak akan aku akui. Apa yang bisa dibanggakan dari anak seorang perempuan yang bahkan asal usulnya tidak jelas sepertimu?"

"Jangan harap kamu bisa memonopoli Andra. Andra adalah anakku. Dia akan selalu patuh pada mamanya"

"Kamu tidak pantas masuk dalam keluarga kami. Suatu saat aku akan membuatmu menyesal karena telah masuk dalam kehidupan kami"

"Kamu harus sadar diri. Kamu itu tidak pantas untuk Andra"

"..............." 

"Mama....papa jahat" 

"Cherryl..."

Mata Kara langsung terbuka lebar, dia bangun dari tidurnya dengan nafas tersengal-sengal. Kara tidak sadar bahwa tubuhnya telah basah oleh peluhnya.

Kara mengatur nafasnya yang tersengal-sengal. Mimpi yang akhir-akhir terus datang dalam tidurnya dan selalu membuat Kara gelisah dalam tidurnya.

Kara berpikir mungkin dirinya sedang merindukan Cherryl sehingga dia kembali memimpikan cherryl. 

Mungkin sudah waktunya bagi Kara untuk mengunjungi makan Cherryl lagi. Sudah lama Kara tidak mengunjungi makan Cherryl karena takut dirinya akan kembali dirundung kesedihan dan rasa penyesalan yang kembali mengusiknya.

Sebelum pergi Andra berpesan agar Kara tidak meninggalkan rumah. segala kebutuhan Kara telah disediakan oleh Andra selama dirinya hanya sendiri di rumah sehingga Kara tidak akan kekurangan apapun.

Andra berkata dia akan merasa sangat khawatir jika Kara keluar rumah dan terjadi apa-apa padanya.

Andra berjanji bahwa dia akan selalu menghubungi Kara setiap hari, tapi baru beberapa hari pergi, suaminya telah mengingkari janjinya, dia tidak pernah menghubungi Kara sama sekali.

Karena suaminya sudah tidak pernah memantau kegiatannya selama beberapa hari ini.Kara berpikir  untuk bepergian hari ini.

Sendirian di rumah, Kara merasa bebas. Tanpa ada mertuanya di rumah, Kara bisa bangun dan memasak sesuka hatinya sendiri. Dia tidak perlu bangun pagi dan menyiapkan sarapan seperti biasa. Tanpa Andra, Kara pun merasa bebas dari kekangan dan pengawasan suaminya. 

Selama beberapa hari ini Kara bisa menikmati waktu kesendiriannya ini untuk bersantai dan menikmati hidup.

Sesuai rencana, Kara pergi ke makam Cherryl dan bercerita di atas batu nisan Cherryl tentang apa saja yang terjadi setelah kepergian anaknya. Kara mencurahkan segala keluh kesahnya diatas nisan Cherry. cukup lama Kara berada disana. Memanfaatkan waktunya dengan baik karena dia tidak tahu kapan lagi ada kesempatan untuk bebàs pergi kemanapun.

Setelah ini Kara berniat untuk jalan-jalan untuk menyegarkan pikirannya. Dan tujuannya adalah sebuah Mall. Sebagai seorang wanita Kara sangat ingin mencuci mata melihat barang-barang yang di pajang di etalase walaupun dirinya belum mampu membeli barang-barang yang menurutnya menarik. Tapi Kara sudah cukup puas hanya dengan melihat-lihat saja.

Saat mata Kara tengah fokus melihat-lihat barang-barang yang dipajang di etalase, tanpa sengaja Kara menabrak seseorang yang tengah berjalan dari arah yang berlawanan.

"Aw.."

"Maaf.." Kara bergegas meraih tas yang jatuh di lantai dan memberikan kepada empunya.

"Kalau jalan jangan melamun mbak." tegur wanita yang ditabrak oleh Kara dan dengan kasar merampas tas miliknya dari tangan Kara.

"Maaf.." ujar Kara sekali lagi sambil menunduk, bagaimanapun ini memang salahnya yang meleng dan tidak memperhatikan jalan.

Saat menunduk Kara melihat ternyata  ponsel  wanita itu terjatuh di dekat kakinya. 

"Maaf, ini ponsel kamu jatuh" ujar Kara sambil meraih ponsel itu dan memeriksa kondisinya.

Ponsel ternyata masih menyala dan tidak ada ke rusakan. Kara terkejut dan seketika tubuhnya membeku diam saat melihat foto yang dia lihat di layar ponsel wanita itu.

Belum sempat pulih dari keterkejutannya gawai itu langsung di sambar oleh pemiliknya.

"Ngapain lihat-lihat ponsel saya" Bentak wanita itu galak.

Wanita itu langsung melenggos dan pergi tampaknya dia sedang terburu-buru.

Tatapan Kara terus mengikuti arah kepergian wanita itu.

Kara masih mengingat apa yang baru saja dia lihat tadi. Dia baru saja melihat foto pria dan wanita yang sedang berpelukan  di  layar gawai wanita itu dan wajah si pria sangat mirip dengan pria yang dia kenal dengan baik yaitu wajah Andra, suaminya.

Tidak mungkin ada orang yang tidak berhubungan darah memiliki wajah yang sama persis. Jelas sekali pria yang difoto itu adalah Andra, suaminya.

Berbagai pertanyaan memenuhi pikiran Kara. Siapa wanita itu? Bagaimana dia bisa berfoto dengan Mas Andra?. Berbagai kecurigaan menghinggapi hati Kara dan perasaannya menjadi tidak tenang.

Secara naluri Kara mulai mengikuti kemana arah wanita yang membuatnya penasaran itu pergi. Kara terus mengikuti wanita itu dari jauh.

Terlihat wanita itu memasuki sebuah restoran dan menghampiri sebuah meja yang telah diisi oleh seseorang. Dan Kara juga mengenali siapa yang dihampiri oleh wanita itu. Dia adalah Dessy, mertuanya. 

Bukankah mama mertuanya itu sedang menginap di rumah saudaranya yang akan menyiapkan acara pernikahan?. Dan Katanya rumah saudaranya itu berada di kota lain yang jauh dari sini. Tapi Kenapa mama mertuanya ternyata masih ada di kota ini?Dan dimana Dia tinggal kini? Kenapa dia berbohong? Banyak pertanyaan berkecamuk di hati Kara. 

Kara semakin penasaran dan segera menuju ke meja yang berada paling  dekat dengan meja mereka.

Sayangnya suasana restoran yang cukup ramai membuat Kara tidak bisa mendengarkan apa yang sedang mereka obrolkan. Setelah cukup lama mengamati mereka akhirnya mereka selesai mengobrol dan makan. Dan mereka mulai beranjak meninggalkan restoran itu. Kara tetap mengikuti dari jauh.

Kara mengikuti mereka hingga ke sebuah butik bridal. Kara mengamati kegiatan mereka di dalam sana. Tampaknya si wanita hendak menikah karena dia terlihat sedang memilih-milih beberapa pakaian pengantin. Terlihat juga sosok Dessy yang begitu semangat mengamati setiap pakaian yang dipilih wanita itu. 

Interaksi keduanya terlihat seperti seorang calon mertua dengan calon menantunya. Ada rasa iri di hati Kara karena Dessy terlihat begitu senang menemani wanita itu memilih gaun pengantin.

Tampaknya kecurigaan Kara semakin terbukti. Andra telah mendua kembali.

Apakah ini artinya sudah tiba waktunya untuk Kara pergi dari rumah yang bagai neraka itu? Karena inilah kesempatan yang sudah lama Kara tunggu. 

Akhirnya Kara bisa menemukan celah untuk berpisah dari Andra, suaminya itu tampaknya kembali menduakannya. Dan Kali ini Kara akan memanfaatkan keberadaan wanita kedua itu dengan baik untuk bisa lepas dari suaminya. Suaminya tidak akan bisa mengelak dan menolak keinginannya untuk berpisah.

Tapi Kara tidak akan pergi dari rumah yang bagai neraka itu dengan tangan kosong, dia harus memastikan segala sesuatu berjalan sesuai rencananya sebelum akhirnya pergi dari hidup Andra.

FRIGID !!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang