Bab 41 Permintaan Tak Masuk Akal

680 34 3
                                    

Setelah beberapa hari berlalu. Andra datang kembali ke restoran untuk menemui Kara. Kali ini Andra datang dengan penampilan yang agak berantakan, padahal biasanya dia selalu berpenampilan perlente. Wajahnya yang sekarang terlihat kuyu dan lelah seperti orang yang kurang istirahat.

"Mama masuk rumah sakit" Ujar Andra sambil tertunduk lesu.

"Ohh.... "

"Saat itu mama sedang di rumah Bella, entah bagaimana kejadiannya. Bella mengatakan bahwa mama tiba-tiba jatuh pingsan."

Andra diam sesaat menunggu respon dari Kara. Tapi tidak ada tanggapan dari Kara, dia tetap terlihat diam dan tidak berkomentar apapun. 

Andra merasa kecewa melihat Kara yang tidak merespon berita yang baru saja dia kabarkan, bagaimanapun akhirnya Andra kembali melanjutkan ucapannya.

"Kata dokter tensi mama tinggi, ditambah dengan berbagai penyakit lain yang mulai menggerogoti tubuhnya. Mama juga ternyata terkena diabetes"

Andra memberi tahu Kara karena bagaimanapun Kara pernah hidup bersama mamanya dan juga Kara lah yang selalu merawat mamanya saat mereka tinggal bersama. 

Andra yakin pasti ada rasa sayang di hati Kara terhadap mamanya. Dengan memberi kabar tentang kondisi mamanya Andra berharap hati Kara jadi sedikit tergerak.

Tapi kini hanya kekecewaan yang dirasakan Andra saat melihat  wajah Kara yang tetap terlihat datar tanpa ekspresi sama sekali. Seakan kabar yang disampaikan Andra bukanlah hal yang penting baginya.

"Oh, lalu?" hanya itu yang keluar dari bibir Kara setelah beberapa menit tidak ada yang membuka suara.

"Apa kamu tidak cemas? Kondisi mama ternyata sangat gawat sekarang. Gula darah dan tensi mama sangat tinggi. Dan ternyata keadaan itu berlangsung cukup lama, penyakit mama jadi terlambat ditangani. Kata dokter beberapa organ tubuh mama telah rusak. Terutama ginjalnya. Mama sekarang harus rutin cuci darah. Memang akhir-akhir ini mama sering mengeluh mudah lelah, tapi aku tidak menyangka akan separah ini sakitnya." Keluh Andra sambil menundukkan kepala dengan lemah. Dia sangat sedih saat ini dan sangat membutuhkan penghiburan.

"Aku sudah menduga hal ini akan terjadi pada mamamu. Dari dulu kan dia suka makanan berlemak dan yang manis-manis" ujar Kara kemudian.

Andra terperangah mendengar ucapan Kara dan segera menatap Kara. "Kenapa kamu diam saja kalau sudah menduga hal ini akan terjadi pada mama?. Kenapa tidak memperingatkan mama?"

Kara berdecih sambil balas menatap Andra dengan sinis "Apa kalian akan memperdulikan peringatanku? kamu tahu sendiri sifat mamamu. Menurutmu dia akan mendengarkan nasehatku? Dan bagaimana aku memberitahumu? Kamu sendiri terlalu sibuk hingga tidak punya waktu untuk sekedar berbicara denganku" Sindir Kara tajam.

Andra merasa tertampar dengan sindiran Kara. Dia hanya mampu menunduk dan menyesali diri. Dia tidak bisa membantah sindiran Kara. Untuk sesaat terjadi keheningan diantara mereka.

Kara tidak berusaha menunjukkan rasa simpatinya sedikitpun. Dia tidak ingin Andra memiliki harapan terhadapnya lagi.

"Apa yang harus kita lakukan Kara?" Andra bertanya dengan tiba-tiba setelah hening beberapa saat.

Andra menatap Kara dengan tatapan sedih dan putus asa. Dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan pada mamanya kini. Apalagi mamanya harus rutin cuci darah dan harus selalu didampingi untuk memantau kondisinya. Sedangkan dia tidak punya waktu untuk terus menerus mendampingi mamanya. Hanya dalam beberapa hari saja dia sudah selelah ini.

Mata Kara menyipit saat mendengar kata-kata yang baru saja ducapkan Andra.

"Kita? Aku sudah bukan bagian dari keluarga kamu dan tidak ada lagi kata kita diantara kita" Dengus Kara dengan wakah tak suka.

FRIGID !!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang