Bab 20 Ke Kantor

671 30 3
                                    

Tok...tok...

Kara mengetuk pintu kamar mama mertuanya. Hingga siang mama mertuanya tidak kunjung keluar dari kamar padahal waktu sarapan telah lewat.

"Ma...mama di dalam?" panggil Kara di depan pintu.

"Yaa...masuklah" terdengar sahutan lemah dari dalam kamar.

"Aku masuk ya" ujar kara membuka pintu kamar mertuanya.

Dessy terbaring lemah di atas ranjang sambil memejamkan mata.

"Mama sakit?"

"Kamu lihat mama lemas begini masih bertanya?" bentak Dessy sengit. Dalam keadaan lemah begitu dia masih saja bisa membentak Kara.

"Ma..maaf."  Kara langsung menunduk.

"Buatkan aku teh manis" perintah Dessy.

"lebih baik kita ke dokter saja, Ma. Muka mama terlihat pucat" usul Kara memberanikan diri memberi saran.

"Ga usah sok tau kamu, Mama yang tahu tentang tubuh mama. Mama hanya kecapean, setelah minum teh manis kondisi mama akan membaik" bentak Dessy.

"Cepat buatkan tehnya, ngapain bengong disana" bentak Dessy lagi saat Kara masih belum beranjak dari tempatnya.

"Iya ma" angguk Kara segera pergi ke dapur untuk membuatkan teh yang diminta oleh Dessy.

Kara segera merebus sepanci air panas untuk membuat teh. sambil menunggu airnya panas Kara menyeringai puas.

"Aku bukannya jahat. Aku sudah menyarankan untuk ke dokter. Penderitaanmu nanti akibat ulahmu sendiri,Ma" gumam Kara.

Setelah membuatkan teh untuk Dessy dan memberikannya pada Dessy. Kara meninggalkan Dessy beristirahat di kamar.

Kara membiarkan Dessy beristirahat sendiri di rumah, lagipula Dessy tidak akan membutuhkannya saat ini. Wanita itu pasti hanya akan tidur seharian dan bersantai di atas ranjangnya.

Hari ini Kara berniat untuk mengantarkan makan siang ke kantor Andra. 

Kara sengaja tidak memberi kabar karena berniat untuk memberikan kejutan untuk suaminya.

Tentu saja Kara ke tempat kerja Andra dengan sebuah tujuan. Karena dia sudah bisa menebak apa yang selalu suaminya lakukan di saat jam makan siang.

Tiba di kantor, pegawai bagian penerima tamu terkaget saat Kara memperkenalkan dirinya sebagai istri Andra.

"Anda benaran istri pak Andra?" tanya pegawai itu dengan wajah tidak percaya.

"Ya" jawab Kara dengan tenang, wajar saja mereka tidak percaya, penampilan Kara lebih cocok sebagai pembantu Andra daripada sebagai istri seorang kepala cabang.

"Apakah saya bisa langsung ke ruangannya?" tanya Kara dengan tidak sabar.

"Oh..sebentar. Saya akan memberi tahu pak Andra terlebih dahulu" ujar pegawai itu sambil mengangkat telepon dan terlihat sedang menghubungi Andra.

Kara menunggu dengan sabar hingga pegawai itu selesai bertelepon.

"Silakan bu, naik dari lift itu, langsung ke lantai 3 saja" ujar pegawai itu sambil menunjuk ke arah lift.

"Terima kasih" angguk Kara masih dengan sikapnya yang tenang. dia tidak peduli dengan bisikan beberapa pegawai wanita yang tampaknya sedang menggunjingkan dirinya.

Tiba di lantai 3 Kara disambut oleh wanita yang dia tahu dengan baik. Wanita yang telah menjadi istri kedua suaminya.

"Selamat datang, bu. Saya Bella, sekretarisnya pak Andra" sapa Bella dengan wajah canggung sambil merapikan beberapa bagian di tubuhnya yang berantakan.

FRIGID !!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang