Bab 29 Pembalasan

622 30 5
                                    

Kara menghampiri Ayu setelah suasana kembali tenang. Dia mengucapkan terimakasih dengan segenap hati. Kara benar-benar merasa terharu karena baru kali ini ada yang membela dirinya. Ternyata di dunia ini masih ada orang kaya yang berhati mulia. Bahkan anaknya pun di didik begitu baik dan sopan.

" Tidak perlu merasa berhutang budi. Anggap saja ini sebagai balas budi kami karena kamu telah menolong Vian." Ujar Ayu sambil memberikan Kara senyum bersahabat.

" Oh iya kita belum berkenalan secara resmi, aku Ayu" Ayu  mengulurkan tangannya sedang tangan satunya memeluk anaknya dengan penuh kasih sayang.

"Aku rasa kita bisa berteman karena tampaknya Vian sangat menyukaimu. Sangat jarang dia langsung menyukai seseorang hanya dalam waktu singkat" ujar Ayu sambil memberikan senyum hangat pada anaknya.

Anak perempuannya itu sangat pemilih dalam berteman, Anaknya bisa membedakan orang yang tulus berteman dengannya atau hanya sekedar mendekatinya karena keluarganya.  Ayu yakin wanita di hadapannya adalah wanita yang baik karena Vian begitu cepat mentukai wanita itu.

" Salam kenal Ayu. aku Kara" Kara membalas uluran tangan Ayu. Kara balas menjabat tangan Ayu yang halus dan terawat, sangat berbeda dengan tangannya yang kasar karena terus menerus melakukan pekerjaan kasar selama bertahun-tahun.

"Yang aku lakukan bukanlah sesuatu yang istimewa. Tidak perlu membesar-besarkannya" lanjut Kara merasa tidak enak hati Karena dia hanya sekedar menolong Vian yang hanya di omeli oleh Rita.

"Bagi kami itu adalah hal yang luar biasa" 

" Kalau boleh tahu apakah kamu mengenal dengan kedua wanita tadi? Kelihatannya mereka memang sengaja mencari keributan dengan kamu" ujar Ayu yang tidak menyembunyikan rasa penasarannya.

"Mereka adalah  mertua dan istri baru suamiku"jawab Kara dengan jujur.

"Oh.. sepertinya aku bisa menduga-duga permasalahannya seperti apa" Ayu berkata sambil mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti dengan apa yang tengah menimpa Kara saat ini. 

"Aku rasa aku tidak berhak untuk ikut campur dalam permasalahan keluarga kamu, tapi  Aku yakin kamu adalah wanita yang kuat. Jika butuh bantuanku jangan sungkan menghubungiku." Ujar Ayu sambil menyerahkan kartu namanya pada Kara.

"Aku tidak mau merepotkan kalian. Sudah sangat berterima kasih karena sudah ditolong." Ujar Kara dengan penuh syukur.

"Yah..mungkin saja setelah kejadian ini aku akan dipecat dari sini" lanjut Kara dengan ekspresi getir mengingat tadi atasannya sudah memberikan tatapan penuh amarah padanya.

"Kalau kamu masih mau bekerja disini, aku akan pastikan agar kamu tidak dipecat"  Ayu berkata seolah-olah itu adalah hal yang mudah baginya.

"Tidak mungkin. Aku sudah membuat kekacauan seperti ini." Ujar Kara dengan tidak yakin.

"Tenang saja. Percaya saja dengan ucapan aku" ujar Ayu sambil mengedipkan matanya.

Suara ponsel dari dalam tas Ayu menyela percakapan mereka. Ayu kemudian merogoh tas nya dan memeriksa pesan di ponselnya.

" Aku harus pergi. Papanya Vian sudah menjemput kami." Ujar Ayu dengan berat hati  karena sebenarnya dia ingin berbincang lebih lama dengan Kara.

" Tidak apa-apa. Sekali lagi terima kasih banyak ya mamanya Vian"

"Panggil saja Ayu. Pokoknya kamu tenang saja. Managermu itu tidak akan berani memecatmu. Dia akan berhadapan dengan ku kalau berani melakukan itu" Ujar Ayu sambil mengedipkan matanya pada Kara. Ayu dan Vian melambai pada Kara dan berlalu pergi.

Mata Kara tidak lepas dari sosok dua orang yang telah membuatnya hatinya terasa hangat karena mereka dengan tulus menghargai dirinya. 

Setelah sosok Ayu dan Vian hilang dari pandangannya, perasaan hangat Kara yang tadi sempat hadir sejenak kembali menjadi  dingin. Wajah Kara Kembali datar dan tatapannya sedingin es.

FRIGID !!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang