"Sudah terlambat" Ujar Kara dengan suara dingin.
"Tidak...semua belum terlambat. Kita masih saling cinta. Ayolah kara. Aku yakin kamu masih mencintaiku dan ingin kembali kepadaku. Jangan terus memungkiri hal itu. Aku sudah mengetahu semuanya. Selama ini kamu tetap bertahan walau kamu tahu tentang perselingkuhanku dengan Sarah. Sekarang pun kamu seharusnya bisa melakukan itu juga. Lupakan juga tentang Bella. Aku akan berubah demi kamu, aku berjanji aku tidak akan melakukan hal itu lagi." janji Andra terus berusaha untuk meluluhkan hati Kara.
Bukannya terhanyut dengan segala bujuk rayu Andra, Kara justru semakin merasa jijik melihat begitu mudahnya Andra menyuruhnya untuk melupakan semua hal yang telah menghancurkan hidup Kara.
"Katakan apa maumu Kara? kalau kamu marah padaku karena Bella dan ingin aku menceraikannya. aku akan melakukannya sekarang juga. Kalau kamu tidak ingin tinggal serumah dengan mama, maka aku akan menurutinya. Apapun akan aku lakukan agar kamu mau kembali bersamaku lagi" rayu Andra dengan wajah yang semakin membuat Kara muak.
"Cemburu pada Bella??? aku justru berterima kasih padanya karena sudah membantu aku untuk lepas dari kungkunganmu. Selama ini aku selalu menunggu sebuah kesempatan untuk berpisah darimu. Dan kamu juga tidak bisa seenaknya menceraikan dia apalagi dia sedang hamil" ingat Kara.
"Aku akan menceraikannya setelah dia melahirkan" desak Andra pantang menyerah.
Kara menghembuskan nafasnya dengan kesal. Kesal pada sifat keras kepala Andra dan juga wajah tak tau malu pria itu. Sudah Kara tolak berkali-kali tapi pria ini tetap saja tidak mau menyerah.
"Kamu tadi tidak dengar? Aku justruuu sangatt gembiraaa telah berpisah darimuuu" tandas Kara memperjelas ucapannya sebelumnya dengan kesal.
Andra menggeleng tak percaya "Aku tahu kamu berbohong.Kamu hanya sedang menyangkal perasaanmu yang sebenarnya" Andra tidak akan percaya jawaban Kara.
ponsel Andra berdering membuat percakapan mereka teralihkan.
"Angkat saja, mungkin saja itu hal penting"
"Paling-paling Bella. Sejak dia hamil dia jadi semakin cerewet. sedikit-sedikit menelepon" kilah Andra sambil kembali menolak panggilan itu.
baru beberapa detik ditolak. Ponsel kembali berdering.
"Angkatlah." ujar Kara sambil mengarahkan dagunya pada ponsel Andra yang baru ditaruh begitu saja di atas meja.
Melihat Kara dengan tegas menyuruhnya mengangkat panggilan itu, mau tidak mau Andra menerima panggilan itu dengan perasaan kesal.
"Ada apa sih?" jawab Andra langsung menyemburkan kekesalannya.
"Kamu dari tadi ngapain sih?aku telepon ga di angkat sama sekali" jerit Bella dari sebrang sana dengan suara cemprengnya membuat Andra sedikit menjauhkan ponselnya dari daun telinganya.
"aku sedang sibuk." Kilah Andra "Ada apa?"
"Kamu sudah kembali dari luar kota kenapa tidak pulang ke rumah? dimana kamu sekarang?" selidik Bella dengan nada curiga.
"Aku di kantor, sedang membereskan beberapa urusan. Sebentar lagi aku akan pulang" Ujar Andra berbohong dengan lancarnya di hadapan Kara. Dari sini Kara bisa melihat beginilah cara Andra berbohong kepadanya tentang lembur-leburnya atau tugas-tugas di luar kota yang selalu menjadi alasan pria itu untuk tidak pulang.
"Tampaknya kamu memang sudah sangat ahli berbohong ya" ujar Kara setelah Andra mematikan pangglilan dari Bella.
"Aku sengaja berkata begitu agar Bella tidak mencari masalah dengan kamu nantinya" kilah Andra dengan cepat..
"Pembicaraan kalian sudah selesai?" sebuah suara menyela percakapan mereka.
Andra mendengus kesal melihat siapa yang mengganggu pembicaraannya dengan Kara.
"Kami sedang tidak ingin diganggu" ujar Andra dengan nada mengusir.
"Aku sedang menjemput karyawanku. Jika kamu ingin bicara dengannya, kamu bisa mencarinya diluar jam kerja. Ayo Kara, kita kembali" Ajak Shaka dengan seenaknya menarik Kara pergi.
"Tunggu dulu, aku belum selesai bicara dengannya" cegat Andra.
Shaka menoleh pada Kara " Apakah masih ada yang harus kalian bicarakan lagi?" tanya Shaka pada Kara.
Kara menggeleng cepat "Tidak ada pak."
Shaka menoleh pada Andra dan memberikan tatapan menantang "kamu dengar sendiri dari Kara, tidak ada yang perlu dibicarakan lagi" seringai Shaka.
Andra kehabisan kata-kata, dia hanya bisa membiarkan Kara pergi bersama Shaka. Andra menatap kepergian mereka dengan hati bergemuruh cemburu.
Sebagai pria, Andra tahu bahwa Shaka memiliki perasaan ketertarikan sebagai seorang pria kepada Kara. dan Andra tidak suka hal itu. Tidak ada yang boleh mendekati Kara.
"Kamu menguping obrolan kami?" tatap Kara penuh selidik setelah mereka telah cukup menjauh dari Andra.
"Tentu saja. Aku penasaran, apa lagi yang diinginkan oleh mantan suamimu itu. Kelihatannya dia susah move on darimu"
"Dia menganggap aku ini hanya mainannya dan hanya dijadikan pajangan di rumah. yang bisa dia mainkan jika dia sedang menginginkannya. Jadi begitu kami bercerai, dia masih tidak rela melepaskan mainannya yang masih dia anggap miliknya"
"Wow perumpamaan yang bagus" seringai Andra.
"Terus bagaimana dengan kehidupan rumah tangga kalian? selain berselingkuh apa lagi kesalahan suamimu itu"
Kara diam dan menatap Shaka "Aku rasa ini bukan urusan kamu" elak Kara Sambil terus berjalan menuju restoran mereka.
"Siapa tahu aku bisa membantumu menghadapi mantanmu itu" Kejar Shaka.
Kara berbalik menatap Shaka tatapan marah dia terang-terangan memperlihatkan ekspresi tidak sukanya.
"Tolong jangan campuri urusan saya pak. Walau bapak adalah boss saya, tapi bapak tidak berhak ikut campur dalam urusan pribadi saya" tegas Kara sambil berlalu dari hadapan Shaka.
Shaka terdiam menatap punggung Kara yang berjalan menjauh. Shaka tidak mendesak Kara, dia sudah terbiasa mendapatkan penolakan dari Kara baik secara halus ataupun terang-terangan. Luka hati Kara sepertinya sangat dalam, sehingga sangat sulit bagi Shaka untuk mencoba masuk ke dalam hati Kara.
Tapi Shaka tidak akan menyerah begitu saja. Awalnya Shaka memperhatikan Kara karena rasa kasihan, lama-kelamaan melihat Kara yang begitu tertutup membuat Shaka sedikit penasaran.
Lama kelamaan hari-hari Shaka penuh dengan Kara. Yang dipikiran Shaka hanyalah Kara. Karena tidak bisa lagi jauh dari Kara dan ingin selalu bisa memandang Kara. Shaka pun memindahkan tempat kerjanya ke restoran ini.
Kara tidak peduli apakah Shaka benar-benar tertarik padanya atau hanya sekedar iseng mendekatinya karena rasa penasarannya. Yang pasti dia tidak akan percaya lagi pada seorang laki-laki.
Hati Kara sudah mati rasa karena pengkhianatan Andra dan juga kebenciannya yang mendalam pada orang yang telah membuat Cherryl meninggal itu. Rasa benci dan dendamnya sudah mengakar di hati Kara .
Hatinya sempat bergetar saat menatap Shaka, tapi Kara akan menghalau semua perasaan yang menurutnya tidak dia perlukan itu jauh-jauh dari relung hatinya.
Untuk saat ini dia hanya ingin melihat orang-orang yang telah membuatnya menderita mendapatkan karma dari semua perbuatan mereka. Itulah tujuan hidup Kara saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
FRIGID !!
RomanceKehidupan rumah tangga Kara dan Andra berubah drastis sejak mereka kehilangan putri tercinta mereka yang baru berusia 4 tahun dalam sebuah kecelakaan tabrak lari. Kejadian tersebut membuat Kara sangat terpukul apalagi suaminya justru menyalahkan Ka...