Tentang perjodohan Alvarendra Zeeshan, seorang CEO muda berusia 26 tahun, tampan yang memikili segudang pesona. Siapa yang tidak menyukai Alva? Setiap perempuan pasti menyukai Alva, tetapi Alva telah dijodohkan dengan perempuan pilihan Kakeknya, El...
Hello, maaf kalau kalian merasa alurnya terlalu cepet, diawal memang kubikin cepet, karena bakal fokus dipertengahan chapter.
Oh iya, aku memang sengaja nulis bab-bab awal hanya 1200—1500 kata, semakin banyak babnya pasti semakin bertambah kok sekitar 1500—2000 kata. Seperti bab ini contohnya, 1900 kata.
WARNING: BAB INI KHUSUS 17+ Sudah di warning ya, kalau ini bukan cerita islami dan bab ini terdapat 17+ jangan sampe aku nemu komen yang menjurus keislamian, karena bukan disini tempatnya.
Di bab prologue aku udah kasih tau kalau aku udah dapet izin dari visualnya melalui komen di tiktoknya. Dan sekarang ku dapet izin melalui komen instagramnya
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Aku dikasih cinta🫶🏻 hahaha
Happy reading!
* *
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
🌊
Seminggu berlalu, kondisi Alva sudah lebih membaik, jahitan di kaki kirinya sudah mengering, hanya saja Alva masih membutuhkan tongkat untuk membantunya berjalan.
3 hari yang lalu seharusnya Alva mengunjungi sang Kakek, tetapi ia memberi kabar pada Kyai Abdul jika Alva sangat sibuk, sehingga ia tak bisa berkunjung. El yang sudah berharap akan bertemu dengan Pamannya pun tak bisa apa-apa selain mengikuti Alva.
"Selamat pagi." El masuk ke dalam kamar tamu yang sudah seminggu ini di tempati oleh Alva. Setiap paginya El membawakan sarapan ke kamar untuk Alva.
"Gimana kaki kamu, Mas? Masih nyeri?" El duduk di kursi sebelah ranjang, ia meletakan nampan berisi semangkuk bubur, segelas air mineral, dan beberapa obat-obatan Alva di nakas.
Lalu El membantu Alva bersandar di kepala ranjang, selama satu minggu gadis itu merawat Alva dengan baik.
"Sudah lebih baik." El tersenyum mendengarnya, ia menyerahkan semangkuk bubur pada Alva, "Mas Alva abisin buburnya, setelah itu minum obatnya."
"Nanti malam saya akan pindah ke kamar saya."
"Tapi kaki Mas Alva masih sakit."
"Saya masih bisa berjalan, tidak lumpuh. Yang sakit pergelangan kaki kiri saya, bukan kedua kaki saya."