Halo, aku ingin memberikan sedikit penjelasan mengenai hukumnya Alva mengatakan cerai di chapter berikutnya.
Memang, jika suami sudah berkata cerai maka hukumnya sudah jatuh talak. Tetapi ada pengecualian.
Menurut para ulama, cerai atau talak yang diucapkan oleh suami pada saat marah dianggap tidak sah atau belum jatuh talak. Hal ini dikarenakan suami dianggap dalam keadaan tidak sadar. " Tidak ada cerai dan tidak ada pembebasan budak dalam keadaan tidak sadar ( ighlaq )". HR Ahmad, Abu Daud dan Hakim).
Ya, keadaan kemarin Alva marah, anggaplah kehilangan akal sehat karena dia sampai berbuat kasar juga dengan El. Alva mengatakan "ayo bercerai, El." Bukan "saya menceraikan kamu, El." "Saya menalak kamu, El." "Kamu bukan lagi istri saya." Jadi kondisinya Alva masih mengajak El bercerai, bukan menceraikan El.
Sampai sini paham yaa? Tapi nanti bakal dibahas kok sama El, karena El kan paham agama.
Dari 3400 komentar, aku cuma nemu satu komentar yang pas banget sama feelings nya Alva. Yang lain udah pada kebawa emosi pasti yah sama Alva hahaha.
Happy reading!
*
*🌊
Mereka semua mengantar Alva dan El sampai gerbang Pesantren. Sebelum Alva dan El pergi, mereka berpamitan kepada semua warga Pesantren.
"Tolong kalian jaga Pesantren milik Kakek."
"Baik, Gus Alva."
Sejak tadi El hanya menunduk, berusaha menyembunyikan wajah sembabnya. Sedangkan Alva merangkul pinggangnya posesif. Pria itu melakukan hal ini hanya karena disini ada Tito, seakan mengatakan bahwa El adalah miliknya.
Tito mengerti apa yang dilakukan Alva berniat ingin membuatnya cemburu, ia tak peduli itu. Yang ia pedulikan saat ini adalah El, wajah wanita itu sangat sembab. Apa yang semalam Alva lakukan pada El dan menyebabkan El menangis hingga sembab seperti itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
Thallasophile
Lãng mạnTentang perjodohan Alvarendra Zeeshan, seorang CEO muda berusia 26 tahun, tampan yang memikili segudang pesona. Siapa yang tidak menyukai Alva? Setiap perempuan pasti menyukai Alva, tetapi Alva telah dijodohkan dengan perempuan pilihan Kakeknya, El...