Chapter 9 - El, My Wife.

78.8K 6K 3.2K
                                    

Happy 30K reads! Sending virtual hug untuk temen-temen yang ngikutin Thallasophile dari prolog!🤗

Jangan lupa vote dan comment di setiap paragraf!

2K votes dan 3K comments bakal update chapter 10!

Happy reading!

*
*

🌊

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


🌊

Terdengar suara langkah kaki yang menuruni anak tangga, Alva yang sejak tadi menunggu El membalikan tubuhnya. Ia terkejut ketika melihat El yang berjalan dengan hati-hati menuruni anak tangga, sampai ia tak sadar jika El sudah berada di hadapannya.

"Mas Alva?"

Alva mengerjapkan mata, "sudah?" El mengangguk, "tapi El takut."

"Takut?"

"Hm, takut malu-maluin Mas Alva disana. Pasti disana banyak orang penting."

Alva menghela napas mendengarnya, "ayo pergi." Ia berlalu lebih dulu keluar rumah, membuat El segera berlari kecil menyusul Alva.

"Mas Alva, tunggu. El gak bisa.. aws!" Wanita itu terjatuh di lantai karena heels yang dikenakannya patah. Alva membalikan tubuh dan menggeleng kecil melihat El yang tengah meringis kesakitan.

Pria itu mendekati El, mensejajarkan tubuhnya dan membuka sepatu yang El kenakan, "aws, pelan-pelan, sakit, Mas." Lirih El.

"Saya tidak sedang memperkosa kamu, El."

"Ih, kaki El keseleo tau!" Sebal El. Ia meringis memegangi pergelangan kakinya yang tertutup kaos kaki.

"Kakimu putih dan tidak berkoreng, untuk apa pakai kaos kaki?" Tanya Alva seraya melepas kaos kaki El.

"El pake kaos kaki bukan untuk nutupin koreng, tapi kaki juga termasuk aurat perempuan, Mas. El gak sejorok itu, masa iya korengan." Gumam wanita itu.

Sudut bibir Alva berkedut mendengar ocehan El, ia beranjak berdiri dan berlalu entah kemana. Tak lama Alva kembali datang dengan membawa sepatu sneaker dan minyak pijat.

"Aw—awss.. sakit.." ringis El saat Alva memijat pergelangan kaki El menggunakan minyak pijat.

"Jangan meringis seperti itu, kita sudah terlambat. Saya tidak ingin batal datang hanya karena harus menyumpal bibir kamu." El segera menutup mulutnya, ia tahu apa maksud Alva.

"Mas Alva gak ada puas-puasnya, ya?"

Alva menatap tajam El, ia memakaikan kembali kaos kaki El dan memakaikan sepatu sneakers pada El. Setelah itu ia berdiri. Membiarkan saja sepatu heels dan minyak pijat itu di lantai.

"El gak bisa berdiri, Mas."

"Modus macam apa lagi ini." Pria itu merangkulkan tangan El di bahunya dan tangan Alva yang satunya merengkuh pinggang El. Mereka pun menuju mobil.

ThallasophileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang