Kita sudahi penderitaan Alva, ya?
Happy reading!
*
*🌊
Pukul 12 dini hari, suara bel rumah berbunyi. Awalnya Alva tak mempedulikannya, tetapi semakin lama suara bel yang tak kunjung selesai itu mengganggu tidur Alva.
Dengan hanya memakai kaos hitam polos dan celana pendek selutut, Alva beranjak membukakan pintu. Ia berdecak sebal seraya mengucek matanya yang sangat berat.
Tanpa melihat dahulu siapa tamu yang datang, Alva membuka pintu, "apa anda tidak melihat waktu? Sekarang pukul 12 dini hari. Jika ingin bertamu, tunggulah waktu yang sedikit waras." Ucap Alva dengan mata terpejam, karena sungguh dirinya sangat mengantuk.
"Mas Alva." Suara itu, seketika Alva membuka mata. Wajah wanita yang sangat ia rindukan kini berada di hadapannya.
Melampaui senang, Alva memeluk tubuh wanita itu dengan erat, "my beautiful El, I miss you so much."
El tak membalas pelukan atau menjawab perkataan Alva. Ia masih diam, membiarkan Alva memeluknya dengan erat. Bahkan pelukan Alva membuat El kesulitan bernapas.
"El, jangan pergi lagi, saya tidak bisa hidup tanpa kamu."
"Saya mohon, El."
"Ekhem!" Alva terkejut saat mendengar suara orang lain, ia menoleh ke samping El, Tito berdiri dengan tangan yang dimasukan ke dalam saku celana.
Alva melepaskan pelukannya pada El, "kenapa kamu bawa dia ke sini, El? Saya tidak suka melihat dia berada di sini."
"Mas Alva.." suara El terdengar tercekat. "El minta maaf, El ke sini karena ingin memberikan ini untuk Mas Alva." Wanita itu menyerahkan sebuah map coklat pada Alva.
"Apa ini?"
"Surat gugatan cerai. El harap Mas Alva dateng ke sidang agar kita bisa segera berpisah."
Alva terkejut, ia memandang map yang masih berada di tangan El, lalu ia merebut map itu dan merobeknya, "tidak, sampai kapanpun kamu tidak bisa berpisah dengan saya."
"Mas Alva, El udah gak bisa hidup bersama Mas Alva. Terlalu sakit—-"
"Kali ini saya janji tidak akan membuat kamu sakit lagi, El. Saya akan memberikan segalanya untuk kamu. Tolong jangan tinggalkan saya."
Kedua mata El berkaca-kaca, hatinya begitu sakit, tetapi ia tetap menggeleng, "maaf, Mas. El gak bisa. Jaga diri Mas Alva baik-baik." Wanita itu berlalu dari hadapan Alva, Tito mengikutinya. Mereka berjalan keluar gerbang rumah Alva, karena Tito memarkirkan mobilnya di depan gerbang.
Alva berlari mengejar El seraya berteriak memanggil nama El. Air matanya jatuh begitu saja. Dan Alva tak kuasa menahan beban tubuhnya, ia terjatuh.
Bruk!
KAMU SEDANG MEMBACA
Thallasophile
RomanceTentang perjodohan Alvarendra Zeeshan, seorang CEO muda berusia 26 tahun, tampan yang memikili segudang pesona. Siapa yang tidak menyukai Alva? Setiap perempuan pasti menyukai Alva, tetapi Alva telah dijodohkan dengan perempuan pilihan Kakeknya, El...