Chapter 19 - Threat

61.7K 5.6K 1.3K
                                    

Selamat hari Jumat!

Vote dan comment nya jangan lupa, ya! Vote tembus 1,5K aku update lagi. Baik kan?

Happy reading!

*
*

🌊

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌊

"Bertahan, El." Genggaman tangan Alva pada El terlepas saat brankar El masuk ke dalam ruang tindakan. Beberapa perawat yang juga ikut menangani El menutup pintu ruang tindakan, membuat Alva menatap nanar pintu dihadapannya.

Pria itu menghela napas dan menunduk, memandang tangannya yang dipenuhi oleh darah El. Tubuh Alva tak kuat menahan beban, ia terjatuh di lantai, dan air matanya perlahan menetes.

Alva meremas rambutnya, menarik-narik keras rambutnya seraya mengerang, air mata terus mengalir. Dirinya kacau, ia benar-benar merasakan sakit saat ini.

"Go to the hell, Alva!" Umpatnya pada dirinya sendiri.

Juan yang berada di belakang Alva tak berani mendekati bosnya itu, ia hanya memandangnya dari kejauhan. Dirinya juga gemetar, karena pria itu baru saja membawa mobil dengan kecepatan di atas rata-rata untuk mengantar El menuju rumah sakit. Setelah El mengalami kecelakaan, Alva segera menggendong tubuh El, memerintah Juan untuk mengendarai mobil dengan cepat ke rumah sakit.

Juan berlalu dari sana, ia akan mencari Kayra. Wanita itu adalah dalang dari semua ini.

Sedangkan di dalam ruang tindakan, El tengah di kelilingi oleh 3 Dokter dan 4 perawat. Seorang Dokter menangani luka kepala El, Dokter yang lain menangani tubuh El yang penuh luka, dan Dokter lainnya menangani kaki El yang juga luka. Sedangkan 4 perawat senantiasa membantu Dokter dalam penanganan El.

"Dokter, detak jantungnya semakin lemah," ucap seorang perawat.

"Ya Tuhan, dia sedang mengandung?" Seorang Dokter yang tengah menangani luka tubuh El bersuara, membuat semua perawat menatapnya.

"Ada apa, Dok?"

"Janinnya gugur." Dokter menggeleng kecil, "cepat lakukan kuretase agar luka dalam perutnya tidak menjadi infeksi." Titahnya pada seorang perawat yang membantunya.

"Baik, Dokter."

Setelah satu jam lamanya Dokter dan Perawat menangani El, akhirnya tubuh El sudah tak ada darah lagi, semua lukanya sudah ditutup oleh perban. Termasuk bahu El karena terdapat pergeseran sendi, bahunya di gips, kaki kirinya di perban karena mendapatkan 5 jahitan, tangannya penuh luka kecil, sedangkan pelipisnya pendapatkam 6 jahitan. Kondisi El sangat memprihatinkan.

"Sarafnya tidak merespon, pasien koma."

Sejak itu, El tertidur cukup lama. Ia bagaikan tengah beristirahat dari semua kesakitan yang selama ini ia rasakan.

ThallasophileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang