Chapter 20 - One Chance

66.4K 5.8K 1.3K
                                    

Manusia keren adalah manusia yang menepati perkataannya. Jiakh

Harus banyak yang vote dan comment ya!

Happy reading!

*
*

🌊

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌊

Anya tersenyum melihat El yang sudah membuka mata, ia mendekati El, membuat wanita itu menoleh dan tersenyum tipis melihat kedatangan Anya.

"Hai, El. Gimana keadaan kamu?"

"Baik."

"El, aku tau pasti kamu berpikir aku jahat karena aku sahabat Kayra. Tapi aku gak seperti itu, setelah pertemuan kita waktu itu dan kamu banyak menceritakan tentang diri kamu, aku kagum sama kamu. Aku ikut sedih saat tau kamu kehilangan bayi kamu. Aku ingin menjelaskan semuanya sama kamu, El."

El melirik Alva yang tengah duduk di sofa memandang kearah mereka, lalu kembali menatap Anya.

"Apa kamu disuruh Mas Alva untuk mengatakan ini?"

Anya menggeleng, "engga, sama sekali engga, El. Aku orang yang dipercaya Kayra untuk mendengarkan semua curahan hatinya. Aku tau apa yang Kayra lakukan selama ini. Selama ini aku diam, tapi saat melihat dia bertindak seperti ini, menyakiti kamu, aku gak bisa terus-terusan bungkam. Aku harus membongkar semua kejahatan dia. Izinin aku untuk menjelaskan semuanya ke kamu, El."

El menarik napasnya dalam-dalam. Dadanya terasa sesak sekali. Ia ingin pergi dari sini, tetapi tubuhnya tak bisa banyak bergerak. Ia memiliki banyak luka di sekujur tubuhnya.

"Kenapa kamu melakukan ini?" Tanya El.

"Karena kamu orang baik, kamu gak seharusnya mendapatkan perlakuan seperti ini."

"Sepertinya percuma, walaupun kamu menjelaskan semuanya, saya akan tetap bercerai dengan Mas Alva."

Mendengar itu Alva bangkit dari sofa, ia berjalan mendekati El, berdiri di sebelah brankar El, "saya tidak mau bercerai dengan kamu, El."

"Apa yang harus kita pertahankan lagi, Mas? Anak El udah mati!"

"Saya juga kehilangan anak saya, El. Saya juga sudah menyayangi dia, bukan hanya kamu."

"Tapi sekarang dia udah gak ada, Mas Alva. Gak ada hal yang menghalangi kita untuk bercerai."

Alva mengepalkan tangannya, "sampai kapanpun, saya tidak akan menceraikan kamu." Setelah itu Alva berlalu keluar ruangan, ia menghela napas kasar dan menyugar rambutnya frustasi.

"El, izinin aku jelasin semuanya sama kamu, ya?" Gumam Anya.

Dengan air mata yang sudah terkumpul di pelupuknya, El mengangguk. Anya pun tersenyum senang, ia mengusap punggung tangan El, "terima kasih, El."

ThallasophileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang