Chapter 24 - Panti Asuhan

56.4K 5.9K 4.7K
                                    

Vote tembus 2K dan comment tembus 4K aku update lagi!

Jangan lupa comment di setiap paragraf!

Happy reading!

*
*

🌊

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌊

El menuruni anak tangga menuju meja makan untuk sarapan, tetapi ia tak melihat keberadaan Alva. Akhirnya El duduk di kursi makan, memperhatikan Uli yang tengah menyiapkan sarapan.

"Mbak Uli, lihat Mas Alva?"

"Pak Alva sedang berolahraga di ruang gym, Bu."

"Baru aja?"

"Mungkin sejak satu jam yang lalu."

El mengangguk paham, ia membuka ponselnya karena terdapat pesan masuk dari pamannya. Saat El tengah sibuk membalas pesan, tiba-tiba saja El merasakan sebuah kecupan di pucuk kepalanya.

"Sedang chat dengan siapa?" Tanya Alva yang berdiri di sebelah El.

"Om Fadlan." El memperlihatkan layar ponselnya pada Alva, dan Alva mengangguk percaya. Setelah itu Alva berlalu dari sana.

"Mas Alva mau kemana?"

"Mandi."

El membiarkan Alva mandi terlebih dahulu sebelum sarapan, karena tubuh pria itu penuh dengan keringat. Sedangkan dirinya kembali melanjutkan mengirim pesan pada pamannya.

10 menit kemudian, Alva kembali dengan kaos hitam polos dan celana panjang hitam. Pria itu duduk di sebelah El. Uli pun menyiapkan sarapan untuk Alva dan El.

"Simpan dulu HPnya, waktunya sarapan," ucap Alva, tetapi mata pria itu tetap fokus pada makannya.

El meletakan ponselnya dan ikut memakan sarapannya. Tak ada yang membuka percakapan, sampai Alva telah selesai lebih dulu. Pria itu melirik El yang masih makan.

"El.."

"Iya?"

"Nanti malam temani saya menghadiri acara penting."

"Acara apa? El gak mau, takut malu-maluin Mas Alva. Lagipula El gak punya baju untuk ke acara penting, Mas."

"Acara penyambutan direktur baru di Perusahaan yang bekerjasama dengan Perusahaan saya. Acara formal, saya sudah membelikan baju untuk kamu."

"Mas Alva beliin baju untuk El?"

Alva mengangguk, "hm, kamu pasti suka."

"Apa El harus selalu ikut Mas Alva menghadirinacara kayak gitu? El gak terbiasa, rasanya kayak El beda kasta."

Alva mengangkat satu alisnya saat mendengar El menuturkan kalimat tersebut, "beda kasta bagaimana? Kamu meragukan kekayaan saya?"

"Bukan Mas Alva, tapi El. El cuma orang biasa, bukan seperti Mas Alva dan temen-temen Mas Alva."

ThallasophileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang