Chapter 31 - Dalang

50.3K 5.1K 1K
                                    

Selamat hari pertama puasa!

Jangan lupa vote dan comment, happy reading!

*
*

🌊

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌊

Sepanjang perjalanan, Tito melirik El yang membuang wajah ke arah jendela. Tito tahu jika El sedang menangis, wanita itu tak berhenti mengeluarkan air mata sejak masuk ke dalam mobilnya.

Sebenarnya, Tito juga merasakan sakit. Karena melihat El yang menjadi serapuh ini, seakan mengatakan bahwa wanita itu sangat mencintai Alva. Fakta itu membuat hati Tito terasa sakit.

Saat Tito ingin memasuki area perumahan milik paman El, wanita itu segera bersuara, "maaf, boleh Kak Tito jangan antar saya ke rumah Om Fadlan?"

"Kenapa, El?"

"Saya gak mau Om Fadlan tau hal ini, Om Fadlan pasti akan marah besar sama Mas Alva."

"Lalu kamu ingin kemana? Ke Pesantren?" El menggeleng, "jangan."

Keduanya terdiam, sama-sama berpikir untuk mencari jalan keluar.

"Kamu ingin tinggal di kontrakan saya?"

"Kak Tito, kita gak mungkin tinggal serumah."

"Hanya kamu, kamu tempati kontrakan saya. Saya akan tinggal di Pesantren. Kamu akan aman jika tinggal di kontrakan saya. Tidak akan ada yang tahu jika kamu berada disana. Bagaimana?"

"Tapi gak apa-apa?"

Tito tersenyum kecil dan mengangguk, ia kembali menjalankan mobilnya menuju kontrakannya yang tak jauh dari Pesantren. Sesampai di kontrakan Tito, pria itu membawa koper El masuk ke dalam.

"Masuk, El." El ikut masuk ke dalam.

Kontrakan hanya 3 petak saja, ruang depan, tengah yang dijadikan kamar, dan bagian belakang yang dijadikan dapur juga kamar mandi.

"Maaf, kontrakan saya sangat kecil, tetapi saya yakin tempat ini akan nyaman untuk kamu."

"Terima kasih, Kak."

"Sama-sama, jika kamu membutuhkan sesuatu atau merasa lapar, hubungi saya."

"Saya gak punya handphone," guman El.

"Milikmu?"

"Handphone lama El rusak, terus dibeliin Mas Alva yang baru. Tapi semua barang-barang yang Mas Alva kasih udah El kembalikan ke Mas Alva."

Tito melirik jemari El, tidak ada cincin di jari manis El. Bahkan El sampai mengembalikan cincin nikahnya pada Alva?

Akhirnya Tito mengeluarkan dompetnya, menyerahkan uang berwarna merah lima lembar, "untuk pegangan, jika lapar bisa membeli makanan di warung, atau jika kamu membutuhkan sesuatu. Saya akan mengusahakan setiap sore kesini untuk mengecek kamu."

ThallasophileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang