Chapter 6 - Indifferent

71K 6.3K 2.4K
                                    

Aku udah warning jika bab kemarin 17+ tetapi masih banyak menemukan komentar yang melenceng ya. Kalau memang kalian belum berusia 17+ dan belum siap baca, tolong di skip aja. Daripada masih dibawah umur memaksa baca dan berakhir komen yang aneh-aneh juga terlalu berlebihan.

Masa ada yang komen gini, bebo m*sum. HEH ISTIGHFAR JAENAB!🤬

Gak di direct message instagram, comment instagram, comment wattpad, bahkan whatsapp. Semuanya bahas jus mangga. Ada apa dengan jus mangga? Mau lagi kah?

Jangan lupa vote dan comment nya ya! Kalau bisa setiap paragfar di komenin, hihi.

Happy reading!

*
*

🌊

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌊

Alva memasuki kantornya dengan kedua tangan yang ia masukan ke dalam saku celananya. Pandangannya lurus ke depan, berjalan melewati lobby menuju lift.  Saat melihat CEO mereka yang telah datang, seluruh pegawai menundukkan kepala dan menyapa Alva.

"Selamat pagi, Pak Alva." Mereka tahu, Alva tak akan membalas sapaan mereka, tetapi mereka melakukan ini hanya sebagai tanda hormat pada pemilik Perusahaan.

"Pagi."

Terkejut, mereka mendongak menatap Alva yang menyunggingkan senyum tipis lalu memasuki lift.

"Itu beneran Pak Alva?" Gumam pegawai pada rekannya.

"Bukan, kayaknya itu khodamnya," sahut pegawai yang lain.

"Ekhem!" Mereka semua yang tengah berbisik-bisik pun terkejut, kembali menunduk ketika melihat kehadiran Juan.

Pria itu acuh tak acuh dengan pegawai yang baru saja membicarakan Alva, lalu Juan menyusul Alva menaiki lift. Karena ruangan kerjanya berada di lantai yang sama dengan ruangan Alva.

Alva memasuki ruangannya yang sangat luas, ia duduk di kursi kebesarannya dan membuka laptopnya. Memulai pekerjaannya.

Tetapi baru saja 10 menit mencoba fokus pada layar, Alva kembali tersenyum, otaknya kembali berputar membayangkan apa yang terjadi semalam. Wajah El menari-nari di benaknya. Ketika wanita itu memejamkan mata, menggigit bibir, dan meringis.

Haruskah nanti malam Alva kembali melakukan itu?

Tok tok tok..

Lamunan Alva buyar, ia menghela napas gusar lalu menoleh pada pintu yang terbuka, terlihat seorang perempuan berpakaian rapih memasuki ruangannya. Sekretaris Alva, Nita.

"Selamat pagi Pak Alva," sapa Nita seraya mendekati Alva dengan membawa tumpukan dokumen di tangannya.

"Hm." Alva hanya berdeham ringan.

ThallasophileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang