Mulai Hidup Baru

19 1 1
                                    

Pada 2024.

Ogan telah berubah menjadi sosok yang baik dan bijaksana. Sejak tragedi di Lamus dua tahun lalu Ogan memutuskan bekerja secara mandiri dan tak ingin merepotkan kekasihnya. Setelah kekacauan yang telah dibuat oleh Profesor Garung, polisi melepaskan Profesor. Kenapa dia bebas dari hukum? Karena ia melakukan kejahatan tersebut di luar kesadaran. Padahal kerusakan dan kerugian yang disebabkan besar sekali. Bahkan butuh beberapa tahun untuk berbenah. Kini Lamus kembali menjadi kota indah serta makmur. Jika malam terlihat menawan, menjadi pemandangan bagi Ogan.

Profesor, Mauli, dan Beni kembali bekerja sebagai Arkeolog meneruskan penelitian tentang situs Megalitikum. Ogan justru jadi seorang pedagang batu akik, menjual berbagai perhiasan dan perkakas yang terbuat dari batu mulia. Ide tersebut muncul ketika ia menatap Akuadron dan Aguilar (liontin yang pernah dipakai Profesor). Kedua benda tersebut sama-sama berasal dari permata. Namun, Aguilar berasal dari batu Jamus dan sangat berbahaya, oleh sebab itu disimpan secara rapi.

Ogan kini tinggal beberapa blok dari rumah Mauli, di sana dirinya membuka toko kerajinan permata. Satu-satunya toko yang menyediakan berbagai perhiasan, benda- benda hias seperti patung kecil yang terbuat dari batu. Batu yang yang digunakan juga bervariasi seperti, giok, kalimaya, bacan, black jade, onix, serta batu yang berwarna indah lainnya. Gemstone dulu pernah booming tahun 2013 silam, Ogan mendengar bahwa batu mulia juga sempat tenar kala itu. Hal tersebut menambahkan keyakinan Ogan untuk membuka lembaran baru.

Perhiasan seperti cincin, gelang, kalung dan anting-anting banyak jadi pusat perhatian warga Lamus, walau tidak setenar 2013. Selain bentuknya unik dan menarik harganya juga terjangkau. Modal tersebut berasal dari tabungan Mauli yang dipinjam oleh Ogan. Dalam waktu dua tahun Ogan bisa mengembalikan uang Mauli secara utuh. Usaha Ogan balapan dengan masa renovasi Kota Lamus. dua tahun bukanlah waktu singkat, meniti dari awal cukup banyak ilmu yang ditimba oleh Ogan. Bahkan karena sukses, Ogan punya dua karyawan yang membantunya. Dua karyawannya tersebut baru muncul empat bulan terakhir, Mauli menyarankan agar ada dua orang yang membantu. Apalagi Ogan kerap kewalahan saat tokonya ramai.

Dua Karyawan tersebut adalah Indri yang menangani penjualan di kasir, sementara Sangkut khusus membuat karya bersama Ogan di ruang khusus. Indri digambarkan sosok wanita muda, pendek, wajahnya bulat namun pekerja keras, rajin, gesit. Sedangkan Sangkut sosok pria kurus, humoris, suka bercanda serta banyak disukai oleh banyak orang. Selain itu, kehadiran mereka juga memang cukup menunjang, pertama: mereka adalah para pekerja keras, berasal dari orang-orang yang ingin bekerja, kedua: mereka kerap bertingkah kocak di depan pelanggan tetapi dapat menghibur.

Suatu momen.

"Boleh lihat cincin warna hijau ini!"

Seorang pengunjung berwajah gelap bertubuh gendut, rambut ikal menghampiri etalase yang penuh dengan berbagai macam perhiasan. Indri mengambil benda yang dimaksud, memberikan kepada pengunjung tersebut. Calon pembeli mengamati sejenak.

"Yang nomor tujuh ada tidak? Aku suka ini," ucap pria itu. Tatapannya beralih ke wajah Indri.

"Tentu ada Kak!"

Indri memberikan cincin yang sama dengan label bertuliskan angka tujuh. Wajah ramah diperlihatkan, kedua tangan bertumpu di atas kaca, sedangkan Indri menunggu closing dari pria gendut tersebut.

"Baik, aku akan beli yang ini."

"Baik, untuk pembayarannya di sebelah sini ya." Indri senyum sembari mengarahkan ke sebelah kanan.

Indri membungkus dengan sebuah kotak warna hitam lalu mengambil kantong kertas. Setelah itu kotak tersebut dimasukan. Ketika Indri sedang sibuk, mengetik sesuatu di komputer kasir, si pria itu menatap Indri dengan pandangan aneh namun mulutnya senyam-senyum. Indri membalas dengan melebarkan mulut, walau hatinya risih. Indri harus tetap profesional di hadapan siapa pun. Bukan karena tuntutan Ogan, melainkan sudah mengerti dunia kerja.

"Baik Kak, totalnya 650 ribu."

Si pria mengeluarkan beberapa lembar uang pas. Menyodorkan pada Indri sambil tebar pesona namun, Indri tetap bersikap profesional. Dia menghitung kembali uang berjumlah enam lembar warna merah sedangkan satu berwarna biru.

"Terima kasih."

"Terima kasih Mbak," balas si pria ucapkan kalimat serupa.

Pria itu mengambil barang lalu pergi dengan tatapan terakhir. Beberapa langkah menuju pintu utama, si pria sempat menoleh ke belakang. Melihat itu Indri membuang wajah ke samping kiri. Tak sengaja Sangkut berada di situ sambil membawa patung Budha yang terbuat dari batu giok.

"Wah, ada yang curi perhatian nih!"

Sangkut senyum ledek ke arah Indri. "Kau bilang begitu sekali lagi, ku hajar kau ya," ancam Indri sambil mengepal. Wajah tak senang muncul, mata membesar sedangkan kedua alis naik.

"Wah, Ayuk Indri sekarang jadi galak ya," tambah Sangkut lalu meletakkan patung di lemari krem. Bukannya merasa bersalah, Sangkut menikmati ocehan seperti telah terbiasa mendengar keramaian di tengah pasar.

Sementara Sangkut mengelap patung tersebut dengan dengan tebar senyum puas melihat gelagat Indri. Indri terlihat tak suka karena ledekan Sangkut barusan. Ia menjatuhkan tubuh ke kursi kasir. Kemudian mengeluarkan makanan ringan yang tersimpan di toples bening. Indri tak pernah absen jika soal membawa makanan. Bisa dibilang gila makan, untungnya berat badannya stabil, tidak melar.

Indri jemu, wanita itu sambil mengunyah."Huh bisa-bisanya dia bilang begitu." Indri menatap orang yang berpura-pura tuli. Sedangkan Sangkut makin senang melihat tingkah Indri yang membuatnya terhibur.

"Semakin kau tak senang hati maka kau semakin cantik," ucap Sangkut pelan, lalu terdengar suara ketawa pelan.

Ogan | Trah SriwijayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang