Terlambat

2 0 0
                                    


Setelah melangkah jauh ke dalam. Terjadi sesuatu, namun Ogan justru terpaku melihat sosok orang yang mirip dengannya. Entah sihir apa yang terlihat waktu itu, wujud replika tersebut amat mirip dengannya. Mauli terisak, memohon agar tidak menyakiti sosok tersebut. Sedangkan Ogan palsu menderita, Saigon telah menyiksanya. Tapi, sesuatu memberikan sinyal hingga indera Saigon bereaksi. Belum sempat melakukan tindakan, Saigon menyerang Ogan dengan batu besar seukuran dekapan manusia.

Akibatnya, Ogan kembali ke luar goa. Tubuh pria itu terdampar di depan goa sementara Akuadron masih dalam genggaman. Tak Berapa lama Lematang muncul, ia melompat dan mendarat di tubuh Ogan. Ia duduk tepat di perut Ogan sambil menatap tajam, perut sixpack seperti roti sobek disertai tubuh berurat.

"Apakah kau tidak menyadari sebenarnya kau begitu tampan?"

"Apa maksudmu? Kau datang hanya untuk menghasut."

Ogan tak bergerak sementara matanya mengikuti pergerakan tangan Lematang yang gerayangan menyentuh perut, keras nan kenyal, kemudian merambat ke dada. Tatapan seperti jatuh cinta, barang siapa manusia biasa niscaya tidak akan kuat dengan godaan. Berbeda dengan Ogan, itu masih mudah ditepis, dia adalah jagoan, pahlawan yang sesungguhnya.

"Sejak awal aku jatuh cinta denganmu, prajurit."

"Lepaskan!"

Ogan menyingkirkan tangan Lematang, membuang muka. "Kau ke sini hanya menghancurkan hubungan kami." Ogan menyeka keringat. Merangkak, mulai menata tubuh, tegak seraya menjaga jarak dengan wanita yang dianggap ancaman. Meski bukan fisiknya yang terancam, namun hubungan asmaranya yang menjadi taruhan. Tetapi, orang ketiga tersebut ungkap sesuatu walau sulit dipercaya oleh Ogan.

"Aku terpaksa melakukan karena perintah kakakku."

Lematang berdiri seakan kalimatnya bisa dipercaya. Ogan bangkit langsung berjalan menuju goa. Sebelum sampai tangannya ditarik. "Berhentilah, relakan saja wanita itu dan hidup bersamaku!" Wajah Lematang merona. Menarik paksa lelaki bukanlah perbuatan baik, seperti yang dilakukan oleh Lematang. Hatinya keras, jiwanya kuat, dia lebih memilih Mauli daripada perempuan yang mempunyai postur tubuh laksana bintang model. Kalimat penolakan terdengar lantang, nyaring hingga turun ke hati.

"Tidak!"

Ogan membuang tangan Lematang kemudian ke dalam. Tindakan Ogan membuat wajah Lematang berubah sampai dia menyerang Ogan dari belakang, imbasnya pria itu tersungkur hingga menabrak bebatuan. Kepalany mengenai batu besar, dinding dari goa. Masih santai, Ogan bangkit lalu membalas, Akuadron melesat menyentuh dada Lematang dengan keras, tubuh wanita itu melayang deras ke belakang hingga menabrak Beni yang baru saja sampai. Entah rezeki atau musibah? Bagian tubuh terlarang milik Lematang menyentuh Beni. Tentu saja pria ini merasakannya, karena merasa dipeluk oleh bidadari dari langit.

Buak!

Lematang batuk-batuk sambil mengeluarkan darah segar.  Itulah akibat melawan Akuadron. Dalam keadaan terpana, Beni berpura-pura tidak merasakan apa pun, padahal dua gundukan daging menempel ke dada. "Lematang kau tidak apa-apa?" Beni bergerak lambat  seraya membersihkan celana bagian bokong. "Be-beni, Kenapa kau ada di sini?" Lematang duduk sambil memegang dada. Wanita ini sadar, tetapi tidak menemukan kecurigaan terhadap Beni. Malahan dia nyaris tak percaya jika pemuda itu berada wilayah terlarang.

"Aku mengikutimu."

Beni mendekat lalu memangku tubuh Lematang. Namun, Lematang menolak, ia justru bangkit lagi, suatu energi membawanya terbang dan kembali menghadapi lawan. Sang prajurit masih berdiri, heran karena Beni berada di situ pula. Dia tak habis pikir jika langkahnya dapat disusul oleh Beni. Tapi, sebelum Lematang menyentuh kulit Ogan, prajurit ini menangkupkan telapak tangan, kemudian tongkatnya berputar mengelilinginya dengan kencang, gerakan Akuadron menghasilkan angin besar hingga membuat Lematang justru mental ke belakang. Tubuh Lematang bersandar di pohon besar kemudian jatuh ke tanah. Melihat lawannya lemah, dia memutuskan pergi.

Ogan masuk ke dalam namun, ia telah terlambat. Saigon telah mendapat kekuatan tersebut, tangan Mauli telah membuka portal, mengalirkan energi ke tubuh Saigon. Kakak Lematang itu berubah lebih besar. Perubahan wujud Saigon berdampak positif, kekuatannya pun ikut bertambah. Memang itu salah satu tujuan makhluk ini. Kerja kerasnya selama ini berbuah hasil, Dengan kekuatan Walas, berarti Saigon telah mendapatkan kunci pertama, tinggal langkah berikutnya. Ogan tak perduli, lalu masuk. Di dalam menyaksikan Saigon telah tumbuh besar mencapai hampir mencapai tiga meter. "Mauli, hentikan!" Ogan melempar tongkatnya ke arah Saigon. Bukannya merasakan kesakitan, benturan Akuadron tersebut malah membuat ledakan besar.

Buumm! Goa itu hancur.

Baik Ogan, Saigon, dan Mauli terkena dampak ledakan tersebut. Mereka terpental jauh hingga goa itu benar-benar rata dengan tanah. Tinggal puing-puing tertimbun debu. Mauli pingsan, wanita ini tak sadar di bawah debu-debu. Sisanya, debu-debu  seperti asap bertebaran di udara menghalangi jarak pandang. Sesekali terdengar suara batu dan susah nafas. Dari arah selatan, Ogan bersusah payah menyingkirkan batu-batu besar yang sempat menghimpit. Nyaris seluruh tubuh penuh debu, hanya terlihat kedua mata kedap-kedip. Sedangkan kondisinya kacau dan terlihat seperti kuli bangunan usai mengaduk semen. Seluruh  badan putih tak lagi terlihat kulit segar. Masih terus bergerak, mencari pasangannya, cinta pertamanya. Ogan berusaha menemukan Mauli sampai-sampai tak berhenti memanggilnya namanya.

"Mauli!"

"Mauli kau di mana?"

Tiba-tiba dari arah depan sebuah batu besar mengarah ke tubuhnya. Karena jarak pandang terhalang oleh debu, Ogan tak bisa menghindar. Ogan terbawa hingga 20 meter ke belakang. Kini serangan dadakan muncul, akibatnya sebagian debu lepas, sebagian masih menempel karena lengket ulah keringat. Cukup repot, di tengah kekhawatiran, tiba-tiba diserang saat jarak pandang terhalang.

"Apa yang sedang terjadi?" Beni muncul dari balik pohon besar.

Ogan | Trah SriwijayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang