Saigon mesam-mesem, senyum maut membawa petaka. Bahkan yang melihat lebih menakutkan dari hantu. Penampilan seperti orang ramah justru mengeluarkan aura seram. Saigon balik badan menunggu portal kian lama makin membesar. Kedua tangan melipat di belakang.
"Saigon!"
Pak gundul itu melirik.
"Kau harus mengganti nyawa pamanku. Karena bangsa unu kau bangkitkan dia mati ditelan oleh unu. Kau harus bertanggung jawab!"
Dua pedang tajam mandi darah, mata Kerinci menatap dendam pada pemimpin bangsa unu. Kerinci murka, dia ingin membalas kematian pamannya, dengan mata kepalanya sendiri tubuh Iwan terpotong, seakan tak takut kengerian, Kerinci yang telah berubah siap memenggal kepala Saigon. Hanya dibalas seringai, enam ekor bergerak menghadang, hewan itu menjadi pelindung pembangkit. Dua mata pedang dengan mudah menembus kulit unu, wajah Kerinci penuh darah, tangan kanan memotong kaki depan sedangkan yang kiri memenggal kepala. Lalu menjatuhkan kedua lutut, dia terdorong ke depan sambil memasang kedua pedang. Delapan kaki putus sekaligus, Kerincin bangun lalu menancapkan satu pedang ke area ubun-ubun. Terakhir mengeluarkan isi perut unu hingga mati.
"Kau tidak akan bisa menghentikan aku."
"Lihat!"
Bermodalkan satu lengan, Kerinci mulai merasakan sesuatu yang aneh. "Howek!" Aroma busuk, menyengat lagi, menghantui Kerinci. Lelaki itu memegangi hidung dan tenggorokan, lalu melepaskan senjata. Dia mulai muntah-muntah, matanya merah serta mengeluaran air. Dari arah yang tak disangka-sangka, seekor unu menyeruduknya hingga terpental cukup jauh. Ketika itu Kerinci tak bergerak. "Kerinci!" Lematang gusar, dia pun mengamuk dan menggusur Saigon. Kakaknya itu terbang membentur pohon kemudian bersentuhan dengan bebatuan.
Sementara Lematang berhadapan dengan Saigon. Ogan melihat portal telah terbuka makin melebar. Dia melihat sesosok gelap, matanya bercahaya dan lebih mengerikan dari Saigon. "Bagaimana menutup portal ini?" Ogan tak tenang, wujud lelaki itu bingung, lubang besar bercahaya membelah langit itu membuatnya panik.
Sementara. Dua saudara tengah bercakap.
"Aku tak punya pilihan kecuali harus menghentikanmu, Saigon," ujar Lematang.
"Kau harus mendukungku," celetuk Saigon.
"Aku berupaya agar keluarga kita utuh, Lematang. Kau bukannya mendukung justru menghalangi maksudku," tambah Saigon.
"Kau telah dirasuki iblis!"
Lematang mengjulurkan kedua tangan, gas metana berupaya menyerang Saigon, tetapi dia juga menghalangi dengan partikel yang membawa aroma bunga mawar, tetapi terlalu pekat dan sangat menyengat. Mereka saling memberikan dorongan satu sama lain, tetapi partikel-partikel jahat itu lebih banyak dan menyebar di area Lematang. Sang adik telah bersin-bersin, tetapi Lematang berupaya memperluas metana. Saigon mengubah aroma tadi menjadi lebih tajam. Kenapa Saigon justru menggunakan aroma mawar ketika menghadapi Lematang? Hal tersebut karena wanita tersebut alergi terhadap bunga mawar, itulah kelemahan Lematang.
"Tidak akan aku diamkan."
Mauli menyambar Saigon dengan sinar neon, Tepat mengenai pelipis, Saigon melayang mengenai pohon. Tetapi mulutnya senyum pahit, terdapat asap di area lukanya, goresan akibat terbakar jadi hiasan wajah sang evolus. Mauli mendekati Lematang yang jatuh lemas. "Kau tidak apa-apa?" Mauli membelai rambut Lematang.
"Kau percaya padaku kan, Mauli? Aku dan Ogan tidak ada hubungan apa pun kecuali teman. Hanya kau perempuan yang dia cintai."
"Kau jangan banyak bicara!"
"Saigon menggunakan aroma mawar karena aku alergi terhadap bunga tersebut, huh."
Badan Lematang lemas, partikel-partikel itu telah masuk ke dalam tubuhnya. Kini hanya tinggal Mauli dan Ogan yang masih bertahan, sedangkan Kerinci belum tahu kabarnya. Dia hanya tergeletak, belum ada tanda kehidupan. Lematang menyakinkan kepada Mauli tentang hubungan mereka. Hal tersebut dipertegas karena Mauli dan Ogan kerap kali bertengkar masalah asmara.
"Jika kita berhasil menutup portal itu, kalian harus perbaiki hubungan kalian!"
"Aku dan Ogan tidak ada masalah apa pun, Lematang. Apa yang kau lihat memang sudah menjadi kebiasaan kami, bukan karena dirimu," tegas Mauli.
Dua wanita itu melihat ancaman belum berakhir. Saigon bangun, dia layaknya pria perkasa, tak mudah tumbang walau sekuat apa pun rintangan.
"Kalian memang sampah, sepantasnya pergi ke neraka."
Tapi, seorang pahlawan ingin membantu temannya berupaya menggagalkan upaya Saigon. "Jangan lakukan itu!" Saigon terlihat gusar, kali ini tak ada senyum apa pun.
Ogan mengerahkan segenap kekuatannya untuk menutup Portal Kematian. Dengan gabungan kekuatan Akuadron dan Aguilar, Ogan mendapat kekuatan kombinasi, sinar biru di mata kanan dan merah di kiri, sedangkan tubuhnya diselubungi gabungan dua warna. Ayunan pusaka mengalir kekuatan mustika itu siap menghancurkan portal tersebut. Ketika Saigon hendak menghalangi, Mauli melempar sinar, tetapi usahanya tidak berhasil. Mauli terus menahan lelaki itu. Melihat Mauli kelimpungan, Lematang bangun semangat, dia gunakan sisa tenaganya untuk menahan Saigon dari depan.
Saigon mendapat tekanan dari dua wanita, dia tertahan oleh metana dan sinar neon. Bagaikan sengatan, tubuh lelaki itu lambat laun melemah, tetapi sugesti untuk membangkitkan kedua orang tua jauh lebih besar, Saigon melawan. "Kalian tidak akan bisa." Kembali muncul, senyum, wajah seri bikin jengkel serta menyebalkan.
Petaka muncul.
Dari arah belakang, seekor unu menggigit baju Mauli. Lantas membanting ke sana ke mari, seperti mangsa. Sampai-sampai Walas lepas dari genggaman, perempuan itu tak berdaya hingga dia terkapar, nasibnya sama dengan Kerinci. "Mauli!" Lematang menjerit. Unu tersebut juga hendak menelan Lematang, dia sigap, kekuatan metana mendorong unu tersebut hingga enyah dari hadapannya. Apes, Lematang juga mendapat pukulan dari sang kakak, pukulan itu mengenai wajah Lematang. Saigon menarik bajunya, hingga robek bagian dada, akibat geram, dia menampar wajah adiknya kanan dan kiri, tampak merah dan mengeluarkan darah.
Blek!
Tubuh Lematang dijatuhkan setelah energi besar dirasakan oleh Saigon. Bagaikan angin besar, hembusan itu mampu mendirikan bulu-bulu tubuh Saigon. Seperti akan tertutup harapan, Matanya kacau, hanya geleng-geleng tak rela usahanya berhenti di situ.
"Stop!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Ogan | Trah Sriwijaya
Fiksi SejarahSetelah dua tahun bersama terungkap bahwa Ogan berasal dari Semesta Pranal. Dia bahkan bertemu dengan seorang evolus, sang pengendali elemen yang tak biasa. Bahkan prajurit tersebut bukanlah seorang manusia, dia adalah makhluk sekelas dewa. Seorang...