Pertolongan Mendadak

1 0 0
                                    

Bukannya menjauh, sekelompok manusia itu juga ikut menatap. Aksi saling tatap itu berlangsung cukup lama sampai mereka sadar bahwa unu siap menerkam. Grrr! Unu tersebut menubruk pintu kaca tersebut sampai beberapa kali.

Brak!

Pintu pecah tetapi tak bisa membuatnya masuk. Suara rebut membangunkan Sangkut, nyawanya belum genap sudah mendapat adegan menegangkan. Dia pun girap-girap, tubuhnya menjauh. Ruangan tersebut jadi berantakan, sementara ancaman dari luar terus menekan. Unu tersebut berusaha keras agar bisa masuk.

"Tenang, kalian harus tenang agar makhluk itu tidak terpancing." Mauli berusaha mengendalikan mereka.

Upaya makhluk itu pun berhasil, pintu kaca pecah, dia berhasil masuk. Bagaikan hendak mati, unu melompat dan menerkam mereka. Hanya suara jeritan tanpa perlawanan. Tetapi, seperti ekornya makhluk itu tersangkut, dia berusaha maju namun tak bisa. Hal itu membuat mereka bingung. Matanya terpaku, sekuat tenaga binatang buas itu merangkak tidak akan membuahkan hasil. Sebab, ekor unu itu ditahan oleh Ogan, sang prajurit berani mati menghentikan langkah unu.

Otot kawat tulang besi, Ogan mampu melempar unu ke luar. Dia tampil sebagai penolong, harapan bagi orang-orang di dalam sana. Sangkut dan Indri takjub, dia melihat bosnya tampil gagah bagaikan seorang kesatria, memang betul.

"Pak Bos!" Sangkut mengelus dada.

Sementara dia menghampiri Mauli. "Kau tak apa-apa?" Pejuang itu memeriksa tubuh sang wanitanya. "Aku baik-baik saja." Akhirnya mereka digiring keluar, semua penghuni ruangan tersebut diboyong untuk angkat kaki.

"Ayo pergi dari sini! Tempat ini tidak aman."

Usai mereka pergi.

"Ke mana Borobudurnya?" Ogan menatap Sangkut.

"Seorang ibu-ibu arisan telah membelinya," pungkas Sangkut.

Ogan memberi intruksi pada Sangkut agar bergegas. Mereka semua menuju ke kiri. Unu tadi bangkit, dia marah dan menatap Ogan. Dari lawan arah para manusia pergi itu muncul Akuadron. Puluhan mata melihat fenomena tersebut, seperti peluru meluncur menuju sang tuan. Ogan bersiap melawan musuh.

"Bangsa unu yang merepotkan."

Hap!

Tangannya meraih Akuadron, lalu mengayunkan. Pukulan hebat terlihat, unu tersebut melayang ke belakang menghancurkan gedung-gedung kecil. Bukannya mati, binatang pembawa petaka tersebut bangun, dia masih kokoh dan siap melanjutkan pertempuran. Ogan berlari lalu mengambil tumpuan kaki kanan. Dia melambung tinggi. Siap memecahkan cangkang, tepat di udara, dia malah disambar unu yang lain. Akibatnya dia gagal, Ogan terlempar sampai mendarat di sebuang kios ukuran 3x5 m.

"Uh!" Ogan berusaha berdiri. Dua unu menyambutnya dengan garang.

Pemuda itu sempat melihat papan plang di atas kios. Tulisan "Pempek Kapal Selam Wak Pengot" warna putih dengan background hijau menempel di dinding atas. Bukan hanya dua, dua ekor lainnya juga menghadap. Dari jauh Mauli telah tak tenang, tetapi Walas tak bersamanya sehingga tak bisa membantu. Tetapi dia berusaha membawa orang-orang itu untuk pergi dengan selamat.

Lemparan terdahsyat, Akuadron dapat menyentuh tubuh unu satu-satu sementara dia melawan satu. Dengan kemampuan ilmu bela dirinya, Ogan menarik kepala unu lalu menghantam dengan dengkulnya. Usai itu, dia berlari menuju unu yang lain. Seperti rekan, Ogan dan Akuadron bergerak menghajar keempat unu tersebut. Lompatan tinggi seraya menarik Akuadron, krak! Tubuh sekeras batu itu pecah, bagian tubuh itu retak dengan mengeluarkan cairan merah.

Dia membidik unu yang tengah melompat ke arahnya dengan kedua cakar. Akibatnya unu tersebut balik arah dengan kepala klenger. Tak berkutik di atas bangunan setengah jadi. Akuadron kembali, Ogan malah memukul unu yang lain dengan kedua tangan, lalu berlari di atas tubuhnya, dia menuju ekor dan menarik unu. Kekuatan Ogan mampu melempar unu jauh di atas permukaan tanah, tepat di arah Akuadron melayang. Benturan hebat terjadi, leher unu bolong akibat tongkat sakti miliknya.

"Rasakan itu!"

Akuadron kembali di genggaman Ogan. Asura tersebut percaya diri di hadapan unu yang tersisa. Kedua matanya beringas, kedua makhluk itu hadap-hadapan. Kemilau dari permata itu membuat unu semakin marah. Akibat pantulan sinar matahari membuat unu kesulitan melihat. Laksana menghadapi seekor banteng liar. Dua makhluk itu saling berhadapan yang berputar searah jarum jam.

Kali ini Ogan bakal mengeluarkan kemampuannya. Akuadron bercahaya terang, dia siap membasmi sang perusuh di muka bumi. "Kau akan merasakan pukulan terhebatku, puncak kekuatan Akuadron bisa membelah gunung." Laki-laki itu mengangkat pusaka, sambil diiringi teriakan penuh semangat tinggi.

Benar saja. Ogan hanya memukul tanah ke arah unu. Dari hasil pukulan tersebut muncul energi besar, kekuatan tersebut mampu membelah unu, makhluk itu bagaikan bolu yang terpotong. Binatang aneh tersebut terbujur tak bernyawa dengan badan terbelah. Tempat yang semestinya rapi malah kacau, empat bangkai unu itu cukup menjadi pemandangan buruk. Dampak kehancuran tersebut membuat Ogan sedih.

"Maaf Pak Walikota, aku membuat kotamu berantakan, tetapi aku lakukan untuk keselamatan rakyatmu juga." Ogan melangkah.

Ogan | Trah SriwijayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang