Koloni Unu

1 0 0
                                    

Lagak Iwan mencurigakan. Dia berjalan di tengah-tengah. Pakaian serba hitam masih menghiasi tubuh. "Begini, aku bukanlah pria pemberani, kekuatan super pun tidak ada. Aku hanya mantan berandalan yang belum pernah berhadapan dengan makhluk aneh apa pun, dewa, batara, asura, atau pun iblis."

"Pernah, ketika melawan pasukan Bodem. Kini berada di tangan Ogan," Mauli melirik Ogan. Tatapan tersebut disusul oleh sejumlah orang.

"Iya itu benar, dua tahun lalu. Maksudku aku adalah manusia biasa, tetapi sejak berhadapan tentara besi, aku ingin selalu melindungi Lamus," terang Beni.

"Kau benar, tetapi kita harus memikirkan bagaimana caranya bisa ke Bit," balas Iwan.

Mereka diam. Ini bukan debat, bukan juga pemungutan suara Pilkada, mereka hanya bingung.

***

Perasaan aneh Ogan rasakan, Dia pergi seorang diri menuju tempat di mana Saigon membuka portal Angkara, itu penyebutan yang mudah untuk mengingat. Tak sangka jika area tersebut jauh lebih buruk dibanding yang dipikiran Ogan. Tempat tersebut seperti lebih berantakan, sesuatu telah terjadi.

"Astaga, apa yang terjadi?"

"Dugaanku benar. Saigon telah berhasil dan kini dia di Bit." Lematang tiba-tiba muncul.

Kemunculan evolus tersebut disambut, Perlahan mereka mendekat bekas tanah yang unik. Tempat tersebut seperti lubang besar tidak dalam tetapi di sekitarnya terdapat warna hitam, seperti bekas kebakar. Di situlah tempat Saigon membuka portal pertama.

"Aku yakin jika bangsa unu sedang bersarang di planet ini. Mereka berkelompok untuk melindungi anak-anak mereka."

Ogan menoleh lalu menyambung kalimat tersebut. "Kita harus mencari sarang mereka. Menurutmu berapa banyak jumlah mereka?" Ogan menatap perbukitan yang terjajar rapi dari sepanjang pulau. Lematang menatap lelaki tersebut kemudian beri pernyataan yang bikin tercengang. "Ribuan," jawabnya singkat.

"Hanya ribuan, aku masih mampu."

"Ini bukan soal kekuatan melain soal waktu."

"Maksudmu?"

"Meski kau mampu memusnahkan unu di semesta ini tapi kau lupa kekuatan di dalam tubuh Saigon berasal dari dunia mereka. Kita harus bisa mengatasi keduanya, unu dan Saigon."

Pernyataan tersebut membuat Ogan pusing, bukan perkara mudah untuk mengatasi masalah tersebut. Ogan terlalu sombong, tetapi setelah dipikir-pikir, tak semudah membalikkan telapak tangan. Hal ini lebih rumit dari pasukan Bodem. Lantas sosok yang memiliki gen asura itu angkat bicara.

"Aku dulu melarikan diri dari ayahku karena tidak sepemikiran dengannya." Ogan curhat.

"Ayahku adalah seorang raja dari Dinasti War, dia seorang asura terkuat yang ingin menguasai dunia, bahkan alam semesta di Pranal.Aku memutuskan menjadi prajurit di Kerajaan Sriwijaya. Usai perang, aku melakukan tapa besar, tetapi ketika aku bangun zaman telah berubah. Zaman ini, zaman yang punya kuda berkaki bundar."

"Mauli adalah salah satu alasan karena dia yang membangunkanku, dia juga wanitaku," kata Ogan. Matanya terlihat tanda haru.

"Hem. Aku juga memiliki cerita yang hampir sama, menjadi seorang evolus bukan perkara mudah. Dulu kami adalah manusia biasa tetapi karena ada meteor jatuh dari langit, dari hasil ledakan itu menghasilkan sinar yang menyebabkan kami berevolusi, kami memiliki kemampuan yang berbeda-beda."

"Maaf jika tempo hari aku menciumku. Aku merasa bersalah kepada kalian, kedatanganku membuat kalian jadi tidak baik."

"Tak masalah, hanya saja aku belum sepenuhnya paham soal wanita," tutup Ogan.

Kalimat itu menutup percakapan mereka. Mata Lematang memperhatian pemandangan jauh. Di sana terdapat hutan lebat, hijau terbentang dengan luas. Lematang melihat sesuatu yang aneh, Dia mengendalikan kemampuan untuk sampai ke sana. Ogan pun memainkan pusaka, dua makhluk itu melayang hingga sampai di hutan perawan.

Masih terlihat pohon besar, rumput-rumput tinggi, tumbuhan paku mencapai setinggi rumah. Mereka berjalan pelan, kedua mata mengawasi sekitar, seakan hendak mencuri. Lematang di depan merayap, sedangkan Ogan mengikuti. Terdapat suara yang membuat mereka was-was.

Ngeeek!

"Bersiap!" Ogan siaga, Lematang pun telah mengeluarkan gas dari kedua tangan.

Ternyata itu hanya bunyi ranting yang berderik akibat hembusan angin. Mereka melepas nafas panjang tanda bukan ancaman. Langkah diayunkan lagi, Lematang seperti seekor anjing yang menemukan sesuatu. Berjalan 10 menit, akhirnya pemandangan menegangkan muncul.

Sekumpulan unu berjumlah ribuan telah membentuk koloni, dia membuat sarang berjumlah ratusan. Terlihat seekor unu mengambil pohon-pohon kecil dan rumput kemudian ditumpuk menjadi satu. Tampak seperti gunung kecil, kemudian dia masuk ke dalam lalu dijadikan sebagai sarang. Sedangkan aroma tak sedap muncul, jutaan lalat hijau mengerumuni area tersebut. Banyak sekali bangkai dan sisa daging hewan liar seperti rusa, sapi hutan, harimau, gajah yang tersebar.

Hendak muntah. "Howek! Lematang hendak mengeluarkan isi perut. Dia berlari menjauh, bau busuk itu sangat menyengat hidung. Ogan anteng, dia tidak percaya bisa menyaksikan di depan mata. Dia bahkan memperhatikan seekor unu melahirkan sejumlah anak sebanyak 10 ekor. Hewan itu memiliki 16 puting. Wajar saja jika unu bisa menghasilkan 15-30 anak dalam sekali melahirkan.

"Ini tidak benar."

Ogan | Trah SriwijayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang