Alasan Saigon

1 0 0
                                    

"Saigon!"

Ogan menghunus tongkat seraya menghampiri sang pemilik kepala pelontos merah jambu. Wajah tak sedap Saigon muncul, dia tak senang acaranya diganggu oleh siapa pun. Termasuk sang pemilik pusaka yang terbuat dari permata ini.

"Unu adalah makhluk dari dimensi kegelapan, kulitnya sangat keras, kukunya kuat dan giginya setajam silet."

"Hem, ternyata kau telah mempengaruhi Lematang untuk menentangku, prajurit kuno."

Pandangan Saigon melihat Lematang tengah beradu kekuatan dengan salah satu unu. Sedangkan Mauli bermain lembaran buku seakan bermain lempar batu. Lemparan yang cukup, cukup untuk menghentikan musuh.

"Apa pun rencanamu tidak akan berhasil. Tindakanmu hanya akan merugikan dirimu sendiri. Itu hanya nafsu belaka, berpikirlah!"

"Betapa bodohnya aku bisa mempercayai adikku sendiri yang kini telah berkhianat," Saigon menatap Lematang.

Sementara tiga orang itu mendekati sang pembuat onar, Beni juga ikut merapat. Kini kepala gundul itu berhadapan dengan empat orang yang ingin menghentikannya.

"Aku akui, setelah bertemu dengan mereka, aku harusnya menghentikanmu sejak dulu," ucap Lematang menantang.

Sementara portal telah menutup, para unu telah menyebar, satu ekor hendak menerkam Ogan, dia melompat hendak melahap kepala sang prajurit. Tetapi gagal. Pukulan keras menghantam, unu itu melesat dengan badannya retak, dari balik kulit keras tersebut mengalir darah segar. Tak lama kemudian, unu tersebut mati.

"Aku bukan orang jahat, aku hanya ingin menghidupkan orang tuaku saja," tandas Saigon.

Saigon melepaskan tinju, Ogan menahan, namun tekanan tersebut menghasilkan hembusan angin segar hingga mengganggu pandangan mata. Aksi saling dorong pun terjadi, Saigon mendorong dengan lengan kanan, sedangkan Ogan menahan dengan Akuadron.

"Kau tidak mengerti, Ogan."

"Jika aku salah kenapa kau tidak ingin menyerah?"

"Sudah aku bilang, duniaku telah direnggut oleh makhluk dari semesta lain," ungkap Saigon.

Wuss!

Akuadron dengan cepat lepas, dia menjauh kemudian mendekat, tubuh Saigon menyentuh Ogan, mereka bertabrakan. Tongkat itu memberi dorongan di kepala Saigon sampai mengudara. Ogan bangkit, kemudian menangkap pusakanya, dia menyerang, tetapi Saigon bisa mengimbangi. Adegan saling serang terus berlanjut, sedangkan Mauli dan Lematang berusaha menahan pergerakan unu yang menyerang mereka.

"Awas!"

Lematang menghalau serangan unu yang hendak mencelakai Mauli. Wanita itu memberi pertolongan dengan mengendalikan semacam gas. Mauli hanya bengong, tidak menyadari seekor makhluk hendak menelannya dari belakang.

"Terima kasih."

"Your welcome."

"Kau pandai juga dalam bahasa inggris?"

"Tidak juga. Hanya bisa sedikit," balas Lematang.

Sementara, Beni tengah bersusah payah menahan unu yang hendak memakannya. Dia menahan dengan melempari dengan batu. Batu cukup besar, jika dilempar ke manusia cukup untuk membuat kepala bocor.

Pertolongan pun datang.

"Gawat!"

Lematang lepas landas, dia adalah sang pengendali gas, dia mengambil objek sebuah batu besar, dia mengendalikan benda itu dengan memanipulasi seperti angin. Kemudian dilempar ke arah unu yang sedang memburu Beni.

Bug!

Tepat mengenai kepala sang monster dari samping. Beni dapat bernafas dengan lega. Dia menyambut Lematang dengan memposisikan tubuh tegak.

"Terima kasih."

"Senjata biasa tidak akan bisa membunuh makhluk tersebut," sambut Lematang seraya mendarat.

"Aku tidak tertarik dengan topik itu."

"Lalu?" Lematang heran.

"Apakah kau avatar, pengendali angin?"

"Itu bukan angin. Itu adalah metana."

Beni tercengang, dia kaget karena wanita itu bisa mengendalikan gas yang mudah terbakar. "Bagaimana bisa kau bisa mengendalikan gas berbahaya itu?" Beni memperlihatkan wajah kagum.

"Aku adalah seorang Evolus. Masih banyak yang seperti aku, mereka tersebar di seluruh semesta."

"Jangan pernah nyalakan api di dekatku jika tidak ingin tubuhmu terbakar," ungkap Lematang.

"Hem, mana mungkin aku akan membakar diriku sendiri apalagi di depan orang yang aku sukai," ucap Beni pelan.

"Apa kau bilang?"

"Tidak, lupakan saja!"

Lantas, penampakan menegangkan muncul, Alih-alih rekannya bertempur di udara, mereka bertiga hanya menonton. Ogan seperti burung yang berebut makanan dengan Saigon.

"Kakakku tidak akan berhenti sebelum rencananya berhasil."

"Apa yang terjadi?" Mauli penasaran.

"Kedua orang tua kami dibunuh oleh makhluk dari semesta lain. Dunia yang tidak ada kebaikan tempat berkumpulnya para iblis. Aku sadar, kematian adalah takdir, tetapi Saigon selalu memaksaku, tapi kali ini sepertinya aku harus melawannya."

"Apakah dia Evolus juga?" Beni melirik.

"Dia bisa mengendalikan bau, dia bisa menghasilkan segala aroma dari yang wangi hingga bau busuk."

Baru selesai bicara.

Ogan ditendang hingga terbanting ke bawah. Akibatnya, wajah bumi berlobang. Seketika, Saigon menyentuh tangan Ogan. Hanya satu detik Ogan menendang perutnya, pria itu terdorong ke belakang menyapu tanah. Ogan berdiri, tangannya mengayunkan tongkat, baru saja hendak beranjak, badannya beraroma busuk. Hal aneh terjadi, ribuan lalat datang lalu menyerbu Ogan. Terlihat kesulitan mengendalikan lalat-lalat hijau tersebut. Seakan menjadi bangkai, bau badan Ogan mengundang binatang tersebut.

"Kenapa lalat-lalat itu menyerang Ogan?"

"Saigon memberi aroma busuk pada tubuh Ogan," terang Lematang pada Mauli.

Ogan masih berusaha, tubuhnya dipenuhi serangga tersebut. Wajah, telinga, lengan hingga seluruh tubuh telah penuh dengan lalat. Sedangkan Saigon terlihat senang. Namun, Ogan tidak kehabisan akal.

Di melambung ke atas, dia mengayunkan tongkat, kemudian memukul bumi.

Bum!

Terjadi ledakan dahsyat, lalat-lalat itu pun hilang, tetapi getaran hebat terjadi dan membuat debu-debu beterbangan, hembusan angin menerpa rambut. Baru saja usai, Akuadron melesat. Buag! Saigon jatuh. Mukanya bonyok, tepat di bagian kening terdapat luka lembam sedikit menetes darah.

"Kurang ajar!" Saigon geram.

Ogan | Trah SriwijayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang