Perjalanan Waktu

4 1 0
                                    

Hidup di Lamus adalah tantangan, tetapi karena sudah menjadi tanah tercinta, sehingga lebih memilih bertahan. Ogan harus putar otak ketika melihat tokonya hancur. Kerusakan yang ditimbulkan unu sangat parah, terlihat puing-puing dan sisa dagangan miliknya. Hanya hembusan nafas pasrah, Ogan berdiri di tengah-tengah meratapi nasib usahanya. Tetapi itu bukan akhir, Mauli memberi harapan, kesekian kalinya sang kekasih pemberi pertolongan. Pakaiannya masih nyentrik dari orang biasa. Area tersebut memang kacau, bangsa unu pembuat ulah meninggalkan pemandangan buruk.

"Kau bisa bekerja sebagai Arkeolog bukan?"

"Apakah sulit untuk bekerja semacam itu?" Ogan balik badan.

"Biar aku yang urus, asal kau mau bekerja keras untuk belajar," terang Mauli.

"Aku mudah belajar."

Penawaran Mauli justru membuat hubungan mereka bakal dekat. Dengan bekerja di satu tempat, Mauli bisa memantau Ogan. Sedangkan Aguilar, benda itu disimpan kembali bersama Akuadron, bahkan Walas pun disimpan di ruangan yang sama. Usai beberapa bulan, Ogan akhirnya bisa bekerja di bidang yang sama dengan Mauli. Meski untuk pemula dia memulai sebagai asisten Mauli, hal tersebut untuk belajar. Bukan hal sulit bagi Ogan, ingatannya kuat, dia bisa belajar dengan cepat.

Hari pertama kerja, Ogan mengikuti semua perintah Mauli dan mendengarkan semua penjelasannya. Dia bahkan mendapat banyak pengalaman, saat itu mereka baru saja mengangkat sebuah patung budha berukuran kecil, terbuat dari logam. Saat semua sedang bekerja, Ogan sempat melihat patung dirinya, kini benda itu telah diperbaharui, awalnya dalamnya kopong kini telah diisi agar padat. Bahkan karena kepintaran Profesor, bekas retakan disamarkan. Terlihat patung yang sempurna. Dia berdiri diam, seperti merenung, dia memegang dagu.

"Apa yang sedang kau pikirkan?"

"Oh, Profesor." Ogan sedikit bergeser.

"Aku hanya tidak percaya bahwa aku adalah legenda. Bagaimana kau mendeskripsikan patung ini?"

"Aku akan beritahu bahwa ini adalah patung terakhir dari Prajurit Sriwijaya. Dia bahkan menjadi pahlawan Lamus dua kali. Aku akan membuat Program Musium Sriwijaya, aku telah bicara dengan Walikota Lamus, di sana akan banyak kenangan tentang dirimu."

"Kenapa kau melakukannya."

"Kau menolongku, Ogan."

Profesor pergi. Lantas Mauli muncul, dia mengenakan jas putih, masker dan sarung tangan. Wanita itu bertanya tentang mereka, namun Ogan pura-pura tidak tahu. Terjadi aksi menyebalkan, Mauli mencubit perut Ogan seraya melebarkan senyum. "Hei, hentikan, itu sangat menggelikan," perintah Ogan. Mauli mendorong Ogan agar pindah ke tempat lain. "Di sana masih banyak pekerjaan."

Selepas bekerja, Ogan pergi ke ruangan. Dia sama sekali belum menyentuh Walas. Kali ini tangannya gatal, dia penasaran hendak membuka buku tebal yang bisa memberi kekuatan pada Mauli. Dia melirik lembaran pertama, tulisan-tulisan kuno itu membuat Ogan tertarik lebih banyak membuka lembaran tersebut. Ketika di tengah-tengah Ogan terpaku, Dia melihat semacam mantra sakti, mantra tersebut bernama "Kalagama" sebuah ajian yang bisa membawa ke masa lalu. Susunan kata yang terdiri dalam satu kalimat itu lantas dibaca oleh Ogan.

Jreng!

Tiba-tiba dirinya telah beralih, area tersebut telah berubah. Terdengar seorang berseragam tengah memarahi petani. Dia adalah salah satu orang Belanda. Dia bersembunyi di balik jerami yang disusun rapi, terlihat sepasang suami istri sedang bertengkar. Dia melihat mereka juga alami nasib sama dengan Ogan, terjebak di masa lalu.

"Ini gara-gara kau karena minta ke surga. Mungkin kita sudah mati," cetus sang wanita.

"Mana mungkin ini kematian. Tempat ini seperti bumi," balas suaminya.

"Lihat di sekelilingmu! Kita berada di tempat yang berbeda."

"Entahlah. Hidupku terlalu rumit."

"Sebaiknya kita pergi!" Keduanya melangkah.

Ogan bergeser. "Aku sedang di masa penjajahan Belanda." Usai itu dia membaca mantra lagi. Dalam sekejap asura tersebut melakukan perjalanan waktu ke masa yang lebih lama. Dia melihat sekelompok pasukan kerajaan sedang perang. Tetapi bukan Kerajaan Sriwijaya, dari bahasanya adalah kerajaan asal Jawa.

"Kerajaan Majapahit," ucap Ogan.

Saat itu dia hanya jadi penonton ketika perang pecah, dia melangkah seraya buang kalimat. "Aku tidak mau merusak linimasa utama, karena bisa mempengaruhi di masa depan." Sang penjelajah waktu itu pun pergi.

Waktu telah berubah. Ogan berada di zaman dinosaurus. Ogan tercengang melihat penampakan alam nan indah. Sejumlah bangsa dinosaurus pun bermunculan. Salah satunya adalah Diplodocus, Stegosaurus, Triceratops, Ankylosaurus dan Brachiosaurus.

"Dinosaurus."

Dari depan muncul T-Rex (Tyrannosaurus rex) hendak menelannya hidup-hidup, Ogan cepat-cepat menghilang. Secepat kilat, tubuh Ogan berada di rumahnya kembali. Dia menarik nafas dalam-dalam. Seraya mengatur nafas, Ogan menutup Walas.

Tok-tok!

Terdengar ada seorang tamu datang. Tanpa berpikir apa pun, dia membuka pintu. Baru saja daun pintu bergerak, muncul penampakan yang membuat jantungnya hampir copot. "T-Rex." Ogan gelagapan, dikira Dogi adalah makhluk raksasa yang hendak menelannya barusan.

"Ogan, dia dogi."

Kalimat singkat muncul dari Kerinci membuat hatinya tenang. Guk-guk! Dogi mengibaskan ekor, suara berubah besar dan wujudnya tidak normal.

"Kenapa mereka jadi besar?"

"Ini adalah amanat Iwan, dia ingin kau merawat Dogi dan Jalu."

"Oke, aku paham. Tetapi kenapa mereka jadi besar." Kerinci larak-lirik, dia pun mendekatkan mulutnya pada telinga Ogan. Sepertinya sangat privasi atau informasi rahasia, Kerinci memberikan informasi mengejutkan.

"Mereka baru saja menghirup Nafas Dewa."

"Apa?"

Belum habis waktu herannya, Dogi mendorong tubuh Ogan hingga tumbang. Dogi terlihat senang berada di samping Ogan, begitu pula Jalu, dia membuka sayap seraya berkokok. Tubuh Dogi seperti sapi sedangkan Jalu sebesar burung unta. Amanat almarhum Iwan pun dilaksanakan. Dua hewan itu ditinggal bersama. Hanya dua hewan itu peninggalan Iwan setelah dia pergi. Keyakinan Iwan muncul saat Ogan senang melihat Dogi dan Jalu di rumah, oleh sebab itu dia lebih percaya Ogan daripada keponakan sendiri.

Ogan | Trah SriwijayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang