Kehilangan Trah Sriwijaya

2 0 0
                                    

Ogan Menahan dengan tongkat, terjadi aksi saling dorong. Terlihat seperti dua banteng beradu tanduk, saling adu kekuatan untuk mempertahankan gelar juara. Saat itu pula Mauli berupaya menyingkir. Aksi saling surung terjadi  tiga menit, berhenti usai Saigon melepaskan pukulan ke dada. Ogan mundur beberapa langkah, menahan satu kaki dari belakang. Kemudian berlari dan melepaskan pukulan di kepala musuh.

Pukulan menenggelamkan setengah tubuh Saigon ke tanah. Pukulan kedua dilancarkan oleh Ogan hingga Saigon tenggelam menyisakan kepala. Kini manusia gundul itu terkubur dengan kondisi hidup. Ogan hendak menenggelamkan lebih dalam dengan kaki tetapi Saigon menahan. ini hanya permulaan, pertengkaran mereka belum melibas area rumah tetangga Ogan.

Sementara Mauli mendekati Lematang serta melontarkan kalimat greget.

"Dasar pelakor, selama ini ternyata kau hanya pengganggu."

Mauli menampar Lematang dengan keras, wajah wanita itu berbalik ke kiri. Bukannya merasa sakit Lematang justru senyum menantang. Lematang berbalik menampar pipi kanan, setetes darah keluar. Tentu saja kekuatan Lematang amat besar, jika hanya perempuan bukan apa-apa baginya, pria besar pun bisa dia kalahkan dengan mudah. Beberapa saat Mauli merasakan penderitaan, Lematang pun menendang Mauli. 

Ogan balik badan lalu berlari menghampiri Mauli yang tengah terkapar. Namun ia dihadang oleh Lematang. Wanita itu melepaskan pukulan ke wajah, Ogan menghindar lalu menahan. Lematang berkelit lantas mencoba menendang, lagi-lagi gagal justru kakinya ditarik Ogan hingga selangkangan menempel di tanah. nyeri pun dirasakan, Ogan berlebihan sampai Lematang jengkel.

Mauli berusaha bangkit sambil membersihkan beberapa bagian tubuh yang kotor. Sebelum Ogan sampai, Lematang membuka Walas dan mengarahkannya, cahaya kuning melesat ke tubuh Ogan. Dia lengah, Ogan tak berdaya hingga tersungkur akibat sabetan sinar jahat tersebut. Meski tak melukai, cukup membuat Ogan gondok, dia bangun dan merasa kalah dengan seorang perempuan.

Saigon muncul kembali, wajahnya geram, ia melompat. Saat itu Ogan masih berhadap-hadapan dengan Lematang. Tanpa sambutan apa pun, dengan mudahnya Saigon menjadikan Ogan makanan empuk. Tubuh prajurit itu diinjak-injak hingga pelan-pelan tenggelam ke tanah. Sekarang Saigon balas dendam, dia pun mengubur Ogan hidup-hidup. Bedanya Ogan dalam kondisi tidur. Satu kali injak, tubuh Ogan tenggelam tiga sentimeter, dia melakukan berulang hingga Ogan ke dasar sampai 150 cm.

"Ogan!" Mauli cemas. Pacarnya hampir jadi daging cincang oleh monster berkepala gundul.

Mauli memberi perlawanan, hasilnya sia-sia. Lematang mencekalnya. Mauli tak bisa melakukan apa pun. Lematang hendak membawa pergi. Dia menyeret Mauli meninggalkan tempat tersebut. Sementara suara rengekan dari Mauli terus berulang-berulang memanggil nama Ogan. Percuma saja, karena suara teriakan Mauli tenggelam oleh suara gedebak-gedebuk kaki Saigon.

Saigon terhenti ketika tangan kanan Ogan meraba dan memencet kemaluan Saigon. Lantas berteriak dengan lantang.

"Bijiku!" Kedua tangan sibuk menutup selangkangan. Mulutnya menggelembung.

Kemudian tangan Ogan melancarkan serangan, Akuadron menyentuh bagian kening. Akibatnya manusia plontos itu terhempas ke belakang dan berhenti setelah menabrak tiang listrik. Ogan merangkak, tangannya kokoh memegang tongkat. Matanya kelilipan tanah, usai pandangan bersih, dia kehilangan sesuatu yang sangat berharga.

"Mauli!"

"Mauli!" Ogan mengitari area.

Dia melihat Mauli tengah dieret-eret oleh Lematang. Tak rela pacarnya diperlakukan seperti binatang lantas dia melempar tongkatnya. Lematang berhasil menghindar, namun Akuadron justru berputar lalu melilitkan rambut Lematang ke tubuhnya. Tongkat itu berhasil menarik Lematang beberapa meter dan menabrak sebuah rumah makan siap saji. Sejumlah orang pergi, terlihat rumah makan Padang dengan tulisan merah terpampang jelas. Lematang berlumuran bumbu rendang, coklat pekat serta beraroma wangi. Di sekitarnya piring keramik pecah. nasi, ikan, ayam, sayur nangka, dan daun singkong berserakan.

"Rasakan itu wanita jalang!"

Mauli senyum puas. Lega karena terbebas dari jeratan wanita jahat. Sepasang orang itu kini selamat. Tak berapa lama Lematang muncul dengan rambut sarang burung, wajah seperti teflon. Muka terlintas bumbu rendang, sebagian bajunya terdapat nasi, bahkan pakaiannya basah karena kuah sayur. Terlihat jelas wajah kebencian Lematang melihat rambutnya amburadul. hembusan nafas tak teratur, dia naik pitam, dia dibikin malu. Tak senang begitu, luapan keluar.

"Kurang ajar!"

Lematang berteriak keras, tiba-tiba Saigon datang dari belakang. Dua bersaudara itu siap adu jotos kembali. Pusaka Ogan pun ikut geram, Akuadron melesat membidik, mereka tak menyadari bahwa Saigon sedang membuat rencana untuk mencelakai Ogan. Ketika hendak bersentuhan, Saigon berkelit, tongkat itu malah mengenai tuannya sendiri.

Akudron menabrak Ogan dengan keras, akibatnya Ogan menyapu jalan. Beberapa mobil yang terparkir ikut terseret hingga mengalami kerusakan parah. Seketika itu Saigon tertawa hebat, kemudian mengikat tubuh Mauli. Dia siap tanggap, saat Ogan bersusah dengan pusakanya sendiri, Saigon menyerahkan tubuh Mauli pada Lematang. Tak lama Lematang membawa tubuh Mauli terbang. Bukan menggunakan alat atau pun sayap, ternyata dia salah satu pengendali elemen.

Saigon mengambil patung berbentuk orang yang tengah membawa buku lalu melemparkan ke Ogan. Akibatnya tubuh prajurit itu terhimpit oleh ukiran batu. Saigon dengan congkak melangkah pergi. Tapi tenaga Ogan tak tertandingi, dia bisa dengan mudah melepas beban tersebut. Saat Ogan selesai, Mauli telah tiada. Mereka berhasil membawa pujaan hatinya.

Tak lama muncul sekelompok polisi. Di situ terdapat Komandan Bram. Mereka datang karena salah dari warga melapor bahwa ada perusuh di area rumahnya. Ogan gagal melindungi Mauli, penyesalan pun datang, dia kalah pintar dari Saigon. Sementara sejumlah warga berkumpul, polisi-polisi tersebut sedang mengolah TKP. Saat itu Bram beri pertanyaan.

"Apa yang terjadi?"

"Mereka berhasil membawa kekasihku."

Ogan | Trah SriwijayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang