Gundah Tentang Hati

1 0 0
                                    

Mauli sepertinya belum bisa melepas kecemburuannya terhadap wanita yang belum lama ini muncul. Dialah wanita yang benar-benar tulus kepada Ogan, tetapi tampaknya Ogan tidak peka terhadap pasangannya tersebut. Ogan justru lebih perduli dengan keamanan tempat ia tinggal dengan tetap bekerjasama dengan Lematang.

Sejak pertemuan dengan Ogan, Mauli justru melihat sosok yang tepat yang bisa mengisi ruang hati yang selama ini telah tertutup, bahkan hampir usang. Dengan kemunculan Lematang beserta Saigon, Mauli lebih tampil diam. Dia sebenarnya cemburu tetapi di sisi lain dia sadar jika Ogan butuh kawan untuk menghentikan Saigon.

"Aku tidak tau sampai kapan aku akan begini?"

Mauli duduk bersila menghadap sang mentari, kedua telapak tangan mengepal. Terdapat beberapa kupu-kupu kuning yang terbang hinggap dari tangkai bunga satu ke tangkai bunga yang lain.

"Menjadi seorang pahlawan memang tidak mudah."

Mauli terus berucap, sedangkan Akuadron di samping kiri. Permata itu nan setia menjadi teman, setidaknya dengan keberadaan benda tersebut hati Mauli sedikit lega. Sebenarnya dia tidak ingin Lematang berada di hidupnya setelah dia melihat Lematang mencium sang kekasih. Tetapi ini bukan perkara cinta lagi tetapi tentang hidupnya, dan menyangkut Saigon yang hendak membuka portal kematian untuk menghidupkan kedua orang tuanya.

"Hidupku rumit, Akuadron."

Mauli tampak gundah, dia melihat Walas, di samping kanan. Benda itu telah mengungkap jati dirinya. Mauli masih memiliki darah dari kedatuan Sriwijaya. Namun, selama ini wanita tersebut tidak mengetahui bahwa dirinya adalah trah Sriwijaya.

Hanya saja permata sang pusaka Ogan itu hanya bergerak sedikit seperti mengerti perasaan Mauli. Sementara buku tebal dengan tulisan kuno itu dipangku, kali ini Mauli merasa sulit, tetapi tubuhnya akan berjalan seperti tanpa beban.

"Entah mengapa aku tidak bisa menerima kehadiran Lematang, tetapi keberadaannya memang saat ini sangat dibutuhkan."

Wanita itu membuang nafas panjang.

Dari jauh, terlihat seorang pria gendut sedang berlari-lari. Dia lari pontang-panting seperti dikejar setan. Nyatanya dia sedang diburu oleh seekor unu. Makhluk itu kelaparan hendak mengisi lambungnya.

"Tolong!"

Pria itu telah mandi keringat, badannya penuh luka cakar, bahkan sebagian kaosnya telah robek-robek. "Tolong aku, ada makhluk alien atau supraloka, mungkin sebangsanya hendak memakanku." Laki-laki itu butuh pertolongan.

Mauli seperti mendapat panggilan hati, dia berdiri dan siap membuang tenaga. Walas dipegang erat-erat, Akuadron justru bikin heboh.

Wus!

Benda itu melayang, kemudian memberi dorongan pada unu, tepat mengenai kepala. Seperti tertimpa kelapa, unu itu merasa pusing. Dia sempoyongan seperti habis minum arak sebakul.

Arrr!

Hewan aneh itu menantang, Akuadron kembali di sisi Mauli. Saat itu dia langsung membuang tangan, energi yang hampir menyerupai tangan menjalar ke dapan lalu menghantam unu. Binatang itu lantas terbang ke belakang dengan mendarat hebat. Bukannya lari, sosok yang menyeramkan tersebut malah memberi perlawanan.

Dia datang lagi, Mauli berlari melawan, sang Walas terpegang erat, lalu tangannya membuang energi lagi. Sontak, badan unu mental, hewan itu klenger, dia berdiri tak sempurna, tetapi berusaha menampilkan wajah sangar.

Mauli geram, dia mengambil Akuadron, kemudian melemparkannya. Blek! Kali ini unu itu tak berkutik. Badannya tergeletak, sedangkan lidahnya menjulur tak terkontrol.

"Itulah akibatnya berani melawan perempuan."

Mauli percaya diri.

Belum lama nafasnya teratus, Iwan muncul bersama hewan peliharaannya, Dogi dan Jalu.

"Mauli!"

Lelaki itu menghampiri, seraya menunjukkan wajah tak paham. "Hewan apa ini? Petaka apalagi ini? Mauli." Iwan berusaha menyelidiki.

Sedangkan Dogi mengerang, hewan itu seperti terancam dengan makhluk yang ada di depannya.

"Tenang saja, Dogi. Dia sudah mati," ucap Iwan.

Ogan | Trah SriwijayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang