Terbukanya Simbol

2 0 0
                                    

Belum lama Ogan meratapi nasib, Akuadron berputar-putar lalu melesat menjauh. Mata Ogan tertuju pada tongkatnya. Kemudian ia menyusul. Di atas ketinggian 50 meter dari permukaan bumi, tongkatnya itu terbang ke luar kota. Tak biasa pusaka yang merupakan senjata turunan Sriwijaya ini bertingkah tak lazim. Sejak pertemuan dengan wanita penarik hati, Akuadron cenderung lebih memperhatikan Mauli daripada Ogan sendiri. Terbukti ketika Ogan dikurung oleh Profesor Garung, Akuadron justru menyusul Mauli.

Terpaksa, Ogan berlari serta beberapa kali melambung tinggi untuk bisa mengekori Akuadron. Terlihat di angkasa cerah, Benda itu bagaikan pesawat tanpa awak. Meluncur mencari sesuatu sedangkan sang pemilik berusaha melakukan penyelidikan. Langkah kaki yang cepat, gerakan yang gesit, Ogan bertumpu atap rumah penduduk hingga menjulang mendekati awan. Dia sempat melintasi area perkebunan sawit. Sejumlah pekerja melongo, bagaimana tidak? Makhluk dengan wujud manusia ini bisa melakukan di luar nalar. Melompat seenak jidat sampai-sampai seorang pekerja gendut, hendak makan mie campur nasi malah takjum hingga makanannya tumpah.

Perjalanan belum selesai, Ogan mendarat di tempat di mana ibu dan anak sedang membawa ember yang berisi sekekumpulan karet mentah. Cairan putih yang membeku, beraroma busuk, sebusuk bangkai, barang siapa yang tidak terbiasa dengan bau ini maka dia akan mabuk. Berbeda dengan para petani karet, bagi mereka aroma tersebut adalah uang. Dia menatap dua orang perempuan dengan santai.

"Kalian harus segera karena karet itu akan membeku dan itu akan sangat sulit nanti bukan?" Ogan senyum, seperti tak berdosa. Dua orang itu kaget, dia kira pria besar itu itu adalah iblis yang datang dari neraka. Kemunculannya secara tiba-tiba menyebabkan keduanya menggigil. "Dia manusia macam apa bisa-bisanya turun dari langit seperti turun dari becak?" Anaknya menatap sang tua rentan, rambut panjang telah beruban.

"Siapa pun itu yang penting jangan minum karet encer milikku. Selain merugikan kita sudah pasti perutnya akan bunting, keret tersebut akan membeku di dalam perut dan menghambat sistem pencernaan." Hanya tatapan kosong, Ogan mengambil tumpuan lalu melesat.

***

Mauli dipaksa untuk membuka simbol ajaib. Simbol yang ada di dalam kitab, simbol yang mengandung energi. Padahal, Saigon hanya meminta Mauli membaca mantra dan meletakkan telapak tangannya pada kitab kuno tersebut. Mauli mengetahui jejak cerita kitab tersebut yang bisa membuka portal menuju ke suatu tempat serta bisa mengirim kekuatan yang sangat dahsyat.

"Ternyata kau adalah masih memiliki darah dari raja-raja Sriwijaya, Mauli."

Dari pandangan Saigon, Mauli adalah keturunan raja terakhir Sriwijaya. "Kau adalah keturunan ke-30 rupanya, sayangnya kau sendiri tak mengetahui, hahah!" Saigon melebarkan mulut.

"Aku hanya memintamu membaca mantra itu kemudian menempelkan telapak tanganmu, jika tidak kekasihmu mati."

Saigon memperlihatkan semacam sihir, dia bisa memanipulasi bau. Mauli melihat Saigon menyiksa Ogan hingga terlihat seluruh tubuh Ogan penuh dengan darah. "Ogann!" Mauli menjerit.

Wujud itu benar-benar seperti nyata, padahal itu hanya tipuan belaka. Sihir yang dimilikinya cukup membuat Mauli bertekuk lutut, sangat mudah untuk menaklukan wanita. Dia mampu masuk dalam pikiran Mauli lalu menyerangnya dari dalam, menurut Mauli Ogan tengah disiksa, dia pun tak tega, dia tidak akan bisa membiarkan semua itu terjadi.

"Hentikan!"

Mauli mengeluarkan suara keras, Saigon pun berhenti bersandiwara. Dia menjadi penonton semata, tatapannya seperti kurang perduli. Dia masa bodoh dengan adegan tersebut, lagian selama ini apa yang dilakukan hanya paksaan.

"Jika kau mencoba menipuku, ingat Ogan bakal mati." Saigon menusuk tubuh Ogan palsu dengan pisau partikel hingga menjerit kesakitan. Mauli menyaksikan sendiri Ogan menderita dan akan melakukan apa pun agar kekasihnya tersebut selamat. Saigon membuka segel lalu meletakkan Walas di depan. Buku itu terbuka, terdapat simbol melati dengan mantra yang tertulis dalam bahasa Melayu tetapi menggunakan tulisan Sanskerta. Mauli bergerak pelan sambil sesekali menoleh ke arah Ogan palsu.

***

Ogan berlari memanjat tebing, melintasi hutan. Otot dan urat nadi mengeras, buliran keringat mulai muncul. Aliran cairan asin tersebut membasahi kulit, dari wajah hingga kaki. Pergerakan sang pahlawan itu gesit, laksana atlet lari. Lompatannya juga bukan main-main sekali melompat bisa puluhan kilometer.

Tak sengaja, Beni melihat pergerakan yang tak biasa.

"Pasti ada yang tidak beres."

Teman satu profesi dengan kekasih Ogan itu paham. Ia berasumsi jika lelaki tersebut tengah melakukan sesuatu. Penasaran, Beni mengikuti, dari jauh juga menyaksikan penampakan Akuadron di langit. Di depan benda itu meluncur, Beni semakin yakin jika ada yang tidak beres. Dia enggan membiarkan teman-temannya mendapat masalah sendiri, Beni kerja keras untuk tahu informasi tersebut.

"Tidak mungkin aku membiarkanmu, Ogan."

Karena hanya manusia biasa, Beni kalah cepat dengan Ogan. Namun ia masih bisa memperhatikan gerakan Akuadron dari bawah. Ia harus bersusah payah melintasi bukit-bukit yang dipenuhi tumbuhan hijau sedangkan di bawahnya terdapat bebatuan yang licin.

Di goa. Mauli mulai membaca mantra, Sementara di langit terdengar halilintar yang menggelegar saling bersahutan. Walas juga memancarkan sinar kuning dan melayang setinggi pinggang, angin deras keluar. Lematang yang awalnya santai terlihat sedikit aneh, seperti baru pertama kalinya menyaksikan.

Saigon justru senang karena sebentar lagi energi Walas akan ditransfer ke dalam tubuhnya. Dari jauh Ogan melihat gerakan angin berputar besar di atas goa dengan diiringi suara petir. Ia mempercepat langkah kaki, kemudian berhenti beberapa meter dari mulut goa. Akuadron pun berhenti di atas. Ogan mengulurkan tangan, setelah benda itu menyentuh telapak tangan, Ogan bergerak ke goa.

Sementara Beni, telah kehabisan tenaga untuk bisa mencapai tempat yang dituju Ogan. Matanya terpana ketika suara angin ribut dan ledakan petir di langit. Namun dia yakin ada sesuatu hingga Ogan mendekat. Pakaiannya kini terlihat bercak hijau karena terkena lumut yang melekat di bebatuan tempat beristirahat sambil mengatur nafas.

Ogan perlahan maju, ia memasuki bibir goa yang terlihat gelap, dia perhatian di sekitar, kakinya berhenti sebentar. Sedikit ada akar yang menghalangi pandangan, seraya bergerak tangannya menyingkirkan akar-akar tersebut. Puluhan meter berjalan, beberapa kelelawar keluar hingga mengganggu pandangan. Gerakan kaki Ogan waspada, kedua matanya terlihat tajam ke kanan kiri.

Ogan | Trah SriwijayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang