Keadaan tidak kondusif, dia merasa kesulitan mengalahkan sosok pembawa tongkat permata tersebut. Kemudian, Saigon memilih untuk pergi. Empat orang itu kehilangan.
"Saigon pergi."
Ogan mencari-cari tempat Saigon mendarat. Dia berkali-kali berkeliling namun sayang, gagal. Tiga orang itu mendekati sang prajurit.
"Dia pergi. Dia pasti memikirkan hal baru," Lematang memberitahu.
"Ke mana dia pergi?" Ogan ingin tahu.
"Dia bersembunyi, dia bisa di mana-mana. Yang jelas biasanya dia pergi ke tempat yang tak pernah dijamah manusia."
"Seperti goa, hutan dan gunung?" Beni menebak.
"Benar. Tetapi sulit untuk melacaknya apalagi aku sudah tidak berpihak dengannya," kata Lematang lirih.
Ogan hanya diam. Sosok yang hendak ditolong itu sudah pergi. Tatapannya khawatir terhadap sang kekasih. Namun, Mauli anteng membawa Walas.
"Kau tak apa-apa?" Ogan mendekat.
Pemuda itu memeriksa kalau-kalau Mauli terluka. "Aku tidak apa-apa, kau tenang saja."
"Syukurlah."
Di ruangan.
Terlihat, Ogan dan Lematang sedang berhadapan, mereka tengah membicarakan sesuatu. Sedangkan Mauli sedang duduk di kursi dengan ditemani Akuadron. Beni memperhatikan saja.
"Bagaimana ceritanya?"
"Ada seseorang dari semesta Angkara yang membantai keluarga kami. Waktu itu aku dan Saigon sedang liburan. Ketika pulang, ibu dan ayah sudah tak bernyawa setelah seorang berpakaian serba hitam membunuhnya."
"Aku tidak mengerti dengan semesta Angkara?" Ogan lebih cermat.
"Kita berada di semesta Bima Sakti, masih ada enam semesta lain yang salah satunya adalah Angkara," jelas wanita itu.
"Hem. Aku merasa tidak asing dengan semesta-semesta ini. Ingatanku berkurang setelah ribuan tahun bertapa. Aku merasa bukan berasal dari semesta ini."
Mendengar kalimat itu, Mauli bergerak. Dia dari tadi memperhatikan percakapan mereka berdua. "Mungkin bisa kau ingat kembali dari mana kau berasal?" Mauli penasaran dengan kekasihnya yang masih penuh misteri.
"Hem, dulu sebelum aku menjadi prajurit, aku seperti ada yang membawaku ke mari."
"Siapa?" Mauli justru makin penasaran.
"Perempuan."
"Siapaa? Nada Mauli tinggi. Seperti dia cemburu. Seketika isi ruangan hening.
Sesaat.
Ogan menarik pusakanya. Dia meminta bantuan Akuadron untuk memulihkan ingatan. Benda itu mendekat lalu menempel pada kening. Cahaya terang muncul, upaya Ogan berhasil. Dia menarik nafas panjang, mundur dengan mengatur nafas kembali.
Kekasihnya membantu, Ogan melirik seraya berucap, "Aku ingat siapa yang membawaku ke mari." Wajah Ogan terlihat yakin dengan ucapannya.
"Dia adalah Wadari. Bidadari yang bisa keluar masuk semesta. Tapi..." Ogan cemas akan membuat Mauli cemburu.
"Tapi dia hanya rekan, karena dia satu semesta denganku, yaitu semesta Pranal. Karena aku jatuh cinta dengan semesta ini makanya aku tinggal dan memutuskan menjadi prajurit. Itu saja."
"Iya aku paham." Mauli berkata pelan, seolah mengeluh.
"Kau jangan cemburu, karena akan merusak hubungan kita." Ogan memegang tangan perempuan tersebut.
Mauli tak berucap tetapi dia menatap Lematang. Tatapan wanita itu sepertinya belum bisa move on melihat Lematang. Tentu saja, karena Lematang pernah mencium Ogan sedangkan dia sendiri belum pernah melakukannya.
"Aku butuh udara segar."
Perempuan itu angkat kaki. Sedangkan Ogan hanya diam. Dia membiarkan wanita itu pergi. Akuadron mengikutinya dari belakang. Hanya saja tatapan Ogan bingung.
Sedangkan Beni justru aneh. Melihat adegan itu Beni bingung jua. Perasaaan terhadap Lematang muncul, sedangkan dia tak berani berucap, apalagi menurutnya terjadi cinta segitiga antara Ogan, Lematang, dan Mauli.
Beni ikut pergi tanpa basa-basi.
Dia bawah pohon besar, terdapat kursi di bawahnya. Dia melamun sementara mulutnya berucap tanpa alasan.
"Apakah ini cinta segiempat?"
Beni mengepal kedua telapak tangan. Dia menunduk seraya membuang udara dari mulut. Usai itu, dia menata badan untuk melihat panorama yang ada di depannya. Semenit kemudian muncul mobil dengan membawa banyak parabot dengan iringi suara bising.
"Parabot, parabot!"
"Tiga sepuluh, tiga sepuluh!"
Terlintas mobil itu membawa berbagai alat dapur dan masak seperti kuali, panci, sendok, ember, gayung warna-warni hingga sapu serta pengepel. Semua alat parabot lengkap tersedia hingga memenuhi bak belakang mobil.
"Tiga sepuluh, tiga sepuluh!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Ogan | Trah Sriwijaya
Historical FictionSetelah dua tahun bersama terungkap bahwa Ogan berasal dari Semesta Pranal. Dia bahkan bertemu dengan seorang evolus, sang pengendali elemen yang tak biasa. Bahkan prajurit tersebut bukanlah seorang manusia, dia adalah makhluk sekelas dewa. Seorang...