Melawan Unu yang Ganas

1 0 0
                                    

Sejumlah unu mengamuk. Mereka mengganggu para warga yang tengah beraktivitas. Suara rebut mengundang tiga manusia itu. Ancaman datang, Lematang tak gentar, dia siap membakar makhluk-makhluk yang kini menjadi perusak kaum manusia.

"Kali ini aku tidak akan tinggal diam."

Mauli dan Lematang melongo, bagaimana tidak? Ketika ancaman datang justru lelaki itu kabur, ini konyol.

"Baru saja kita jadian, kini kau meninggalkan aku di hadapan unu," ceplos Lematang.

Sejumlah orang melintas dengan aura ketakutan, sementara unu semakin mendekat. Sang pengendali metana tak bisa diam, dia memancarkan gas yang di arahkan pada warung penjual sate. Saat itu muncul api, api itu kini dalam kendali Lematang.

"Astaga."

Mauli takjub, dia terpesona dengan penampilan evolus tersebut. Keren bukan? Seorang evolus dari semesta Bit yang kini tinggal di Bima Sakti hanya untuk mengambil kekuatan gelap. Tetapi, justru berubah pikiran, wanita itu lebih memilih melindungi makhluk bumi ketimbang menghancurkan.

Grrr!

Tida ekor unu mengincar Lematang. Sekuat tenaga yang ia punya, Lematang membakar seekor unu. Kedua tangan memancar energi panas yang bisa membakar apa pun, unu tersebut diam, sedangkan semburan api masih menyala. Ternyata bisa membuat unu takut, kobaran api menjadi tameng, senjata satu-satunya lematang untuk bertahan.

Mauli bersembunyi, dia tak punya apa pun untuk melawan. Walas tak bersamanya kali ini, terlihat lima ekor unu mengepung, api milik Lematang tak membuatnya kabur, meski terlihat takut tetapi mereka keras kepala jua.

Suara keras pecah, terdengar nyaring dari mulut Lematang, sekuat tenaga ia lontarkan semua gas tersebut hingga membentuk lautan api. Nyatanya, meski Lematang hampir kehilangan separuh kekuatannya, para unu tersebut masih alot, mereka bandel dengan hendak memakan daging manusia.

Seperti tersambar geledek, tubuh Lematang melayang ke samping, badannya di sambar oleh salah satu unu. Lematang terkapar setelah badannya mencium dinding salah satu ruko. Hanya suara rintih, mereka semakin garang, sedangkan Lematang mencoba bangkit. Percobaan berikutnya hendak ia kerahkan, namun muncul sosok berjubah hitam tampil ke muka.

Dor! Dor!

Boom!

Seperti pasukan khusus muncul, Beni tampil serba hitam dengan peralatan senjata api, siap baku tembak. Dari belakang disusul oleh sekelompok polisi bersama Komandan Bram. Mereka memberi tekanan berupa ribuan pelor panas, para unu mendapat serangan hebat, letusan senjata api dari mereka menakuti alam.

"Alamak!"

"Jangan risau, aku kembali Mauli," kata Beni.

Serangan demi serangan mereka kerahkan, tetapi hal itu membuat Lematang berhenti. "Dari mana kau mendapatkan itu semua?" Lematang mengatur nafas. "Inilah Beni yang sesungguhnya." Beni maju.

Dua orang itu bekerja sama, termasuk Mauli yang mendapat senjata. Lematang semakin yakin, dia membanjiri satu unu dengan banyak gas metana di tubuh. Hal ini adalah trik agar dapat menghasilkan ledakan besar ketika disulut api. Komandan Bram sebagai eksekutor, dia menembakan basoka tepat di kepala unu.

Bum!

Satu unu lumpuh. Ledakan itu mengakibatkan dua unu terpental, merusak gedung yang terjejer di pinggir jalan, kumpulan ruko-ruko. Entah berapa kerugian yang dihasilkan, tetapi cara tersebut memang pahit, hanya itu caranya. Beni berlari lalu menuju unu sebelah kiri, dia lantas mengincar leher, bidikan Beni tepat sasaran, makhluk itu geblak. Beni bangga, wajah senang ketika melihat sasarannya mati.

"Awas!"

Lematang menjerit ketika seekor unu hendak menyambar Beni. Pria itu melompat, dia balik badan lalu membuang peluru. Lematang menyerang unu tersebut, bagaikan angin kencang, hembusan layaknya bencana alam mendorong unu. Akibatnya melayang setinggi tiga meter, Beni peka, lelaki itu langsung melempar sebuah granat yang mengenai leher, usai mendarat hanya mengeluarkan darah dan daging mentah.

Di sisi lain, salah satu polisi malah masuk ke perut unu. Satu kesalahan polisi karena tidak tau kelemahan musuhnya. Tetapi, sebelum unu menelannya, dia telah menarik pemicu granat. Lantas benda itu meledak di dalam, unu tersebut alami hal buruk, tubuhnya ambruk, dengan mengeluar asap dari mulut dan hidung. "Kau mati sebagai pejuang," ucap Bram. Matanya memandangi makhluk yang telah mati.

Sementara Mauli membuang peluru sia-sia. Tubuh makhluk itu lebih besar darinya. Sedangkan gerakan wanita itu juga lamban, dia hanya buang peluru. Tatapan unu seperti dendam, hanya dia makhluk yang terakhir. Mauli berlari, dia menjadi buruan. Sedangkan unu membuang semua benda yang menghalangi untuk menangkap Mauli, seperti kursi, tong sampah, mobil serta motor.

Lematang langsung memberi tekanan, sayang, unu tersebut dapat menghindar, Beni pun ikut, dia mengambil senapan yang digendong. Meski sudah dihujani, tetapi unu ini cukup cerdik, dia berkelit dengan memasang bagian tubuh yng keras.

"Mauli, lari!"

"Kau pikir aku sedang masak?" Mauli terus mengayunkan kaki. Hatinya cukup kesal, ucapan Beni sama sekali tidak ada artinya. Bahkan dari kanan, Bram dan anak buahnya juga menekan, unu itu malah membuang sebuah motor, hanya menghasilkan ledakan. Namun cukup membuat pasukan kecil itu korat-karit.

Sejauh Mauli berlari, unu tersebut tetap menjadi ekor. Hingga kekuatan wanita itu nyaris habis. Langkahnya melambat, kaki depan unu hampir mengenai tubuhnya. Hanya suara jeritan yang menonjol, beberapa kali wanita itu akan menjadi makanan empuk.

Jreng!

Dari langit turun seorang pahlawan, bagaikan malaikat penyelamat, lelaki berotot tersebut membawa kekuatan besar. Tongkat pendek itu dipukulkan di hadapan unu hingga menghasilkan energi cukup gede pula. Usai mendarat, Ogan menatap Mauli, wanita itu berkeringan dengan rambut awut-awutan. "Kau tenang saja, akan ku hancurkan makhluk bodoh itu." Ogan beranjak, dia pasang badan, tentu saja tak rela kekasihnya diburu oleh unu. Suara buas muncul, dia mengincar Ogan sebagai objek baru.

"Rasakan ini unu brengsek!"

Ogan melambung tinggi, dia mengeluarkan kekuatan terbesarnya, tongkat sakti yang bisa membelah gunung tersebut siap menghancur makhluk yang tersisa. Pukulan keras terjadi, meski terbilang keras, tetapi kepala unu tersebut hancur, bahkan tidak berbentuk lagi, makhluk itu mati dengan kepala buntung. Dalam radius 20 m menghasilkan kekuatan angin besar, Mauli, Beni, Lematang dan Bram sampai menutup mata. Hal tersebut saking besar pukulan Ogan, dia tampil seperti baru saja mengisi daya.

Ogan | Trah SriwijayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang