Satu Satu

2.4K 177 4
                                        


Dua hari sudah Jungkook tidak masuk sekolah, setelah kejadian dia pingsan di sekolah. Dia harus istirahat total paling tidak 3 sampai 5 hari, karena dia menolak dirawat di rumah sakit.

Saat ini remaja 16 tahun tengah tidur setelah sarapan bubur dan minum obat. Memar di wajahnya sedikit memudar, menyisakan memar dibagian tubuhnya dan demam yang belum turun.

Hari ini adalah giliran Namjoon yang menjaga adiknya. Meskipun ada pekerja di rumah itu, semua saudaranya memahami saat Jungkook sakit harus ada setidaknya salah satu dari mereka menemaninya karena adik kecilnya itu memiliki trauma masa lalu.

Setelah memastikan adiknya tidur, Namjoon kembali ke kamarnya untuk menyelesaikan tugas kuliahnya tanpa menutup pintu kamar, jaga-jaga kalau Jungkook memerlukan sesuatu.

Sekitar 30 menit Namjoon bergelut dengan komputernya, sayup-sayup dia mendengar mobil yang terparkir di halaman rumah.

"Papa pulang". salam Joohun yang baru saja memasuki kediamannya.

Namjoon yang mendengarnya segera keluar dari kamar, "Loh, Pah ?, katanya seminggu ?, ini kan baru tiga hari".

"Papa khawatir dengan Jungkook". Joohun merenggangkan dasi dan melepaskan jasnya, "Dimana dia ?". Tanya Joohun.

"Dia tidur di kamar Pa". 

"Senin kemarin Papa menghubungi sekolahnya, mereka bilang Jungkook dipulangkan karena pingsan. Papa langsung telpon Yoongi dan dia menceritakan semuanya. Butuh 3 hari buat Papa menyelesaikan urusan Papa sementara, minggu depan Papa balik lagi". ucap Joohun sembari memberikan jas dan koper ke Namjoon lalu meninggalkannya menuju lantai dua dimana kamar Jungkook berada.

Namjoon dibuat bingung oleh Papanya. Bukan bingung dengan sifatnya yang tiba-tiba berubah baik, itu hal yang wajar, bagaimanapun semua orang tua pasti menyesal setelah menghajar anak kandungnya sendiri, apalagi mengetahui anaknya sakit karena ulahnya.

Hanya saja Namjoon dibuat bingung dengan jas dan koper yang tanpa sadar dengan senang hati dia terima. Dia tidak pernah melakukan itu, biasanya tugas itu dilakukan Mamanya atau Bibi Han.

"Ternyata ada secuil jiwa babu dalam diriku". gerundel Namjoon dan  kembali ke kamarnya.

.

.

.

Joohun menatap putra bungsunya yang tertidur dari ambang pintu. Berjalan dan duduk di pinggir ranjang pelan agar anaknya itu tak terusik.

Hatinya terasa teriris melihat wajah putranya yang sedikit bengap dan lebam. Membuka selimut dan menyingkap baju Jungkook, Joohun melihat dengan jelas lebam yang diciptakan oleh kaki dan sepatunya malam itu. Tangannya terulur menyentuh kening Jungkook, dia masih merasakan demam disana.

"Maafkan Papa nak". ucap Joohun mengelus lembut surai Jungkook. "Papa menyesal, tak seharusnya Papa melakukan hal itu padamu".

Perlahan air mata membasahi pipi Joohun, dia menangis. "Seandainya Bundamu masih ada, dia pasti akan memarahi Papa habis-habisan atau bahkan diusir. Tak ada yang boleh melukai anaknya kecuali Bunda sendiri termasuk Papa, Papa masih ingat betul perkataan itu". ujar Joohun yang masih terus mengelus rambut Jungkook.

"Mama nggak ikut pulang Pa ?". tanya Namjoon yang tiba-tiba sudah masuk ke kamar Jungkook tanpa permisi.

Joohun yang kaget segera mengusap matanya kasar. "Mama masih ada urusan katanya, mungkin besok baru pulang". jawab Joohun.

"Oh...". balas Namjoon.

"Kamu ngapain tiba-tiba masuk tanpa permisi, kalo bangunin adikmu ini gimana ?". tanya Joohun.

Shine on MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang