Empat Tiga End

3.3K 191 17
                                        


"Semua sudah bersiap ?. Ayo kita rayakan semua ini."

"Makan-makan ?" tanyanya antusias.

"Jelas dong, tapi tenang aja. Kali ini kita bakal makan di luar. Di tempat yang sangat bagus."

Sekitar 20 menit perjalanan menuju tempat yang dibicarakan. Sebuah bangunan vintage berdiri kokoh di depan mereka. Restaurant yang nampak ramai pengunjung. Tak sedikit dari pengunjung yang tengah memperhatikan mereka. Setelan jas yang rapi membalut tubuh mereka, mempertegas bahwa keluarga Kim bukanlah orang biasa.

"Kak..." panggil Taehyung lirih.

"Diam dan ikut aja, Tae. Kita belum sampai." sahut Namjoon.

"O-okee..."

Ruangan yang sudah mereka reservasi atas nama Kim Joohun. Terlihat pemandangan bagus di luar sana.

Mereka masih terdiam tanpa ada kata satupun yang terucap dari mulut mereka. Hingga makanan selesai disajikakn pun mereka masih setia dengan diamnya.

"Kalian nggak mau makan ?, ini enak loh." tanya Seokjin.

Tak ada satupun yang merespon, beberapa pasang mata dari mereka masih menuntut suatu penjelasan.

"Namjoon yang berhasil melobi tempat ini, dan sebagian besar saham sudah dipegang oleh kita. Keren kan ?" pamer Yoongi karena kesal kakaknya tak segera menjelaskan semuanya kepada manusia-manusia penuh keingintahuan itu.

"Nggak usah hah hoh hah hoh. Buruan dimakan, kalian nggak mau menghargai usaha Namjoon ?. Keringat dan darah sudah dia curahkan demi tampat ini," ucap Hoseok dibarengi dengan busungan dada penuh rasa bangga oleh Namjoon yang duduk di sampingnya.

Dengusan nafas penuh rasa jengah menjadikan respon dari mereka yang mendengar.

"Makan aja makan, kalo diladenin makin lebar tuh dada." ejek Jimin.

"A+" ucap Taehyung yang ikut mendukung.

Mereka menikmati makanan dengan khidmat dan bersenda gurau setelahnya. Hingga Taehyung yang terlihat sangat gembira tiba-tiba terdiam setelah melihat tiga kursi kosong disana. Tiga kursi yang harusnya diduduki oleh mereka yang juga harus ikut bahagia.

"Jangan bersedih di meja makan, Tae. Nggak bisa nelen ntar." ucap Namjoon.

Picingan mata mengarah tepat pada Namjoon yang dibalas senyuman manis dengan dimplenya..

.

.

.

.

.

"Siapa yang ingin bicara duluan ?" 

Namjoon mengangkat tangannya, pertanda dia akan memulai duluan.

"Dek, kamu ingat restaurant milik bunda ?, tempat dimana kamu selalu merusuh koki yang ada di sana, sekaligus tempat yang harusnya kamu pegang, mengingat cita-citamu yang ingin meneruskan usaha ini. Sekarang ternpat itu udah balik ke tangan kita, tapi kamu malah milih balik ke pangkuan Tuhan."

"Joon, nggak lucu ya." sahut Seokjin.

"Bercanda kak... jangan serem-serem gitu mukanya."

"Selanjutnya aku." seru Jimin.

Semua perhatian kini terpusat pada Jimin. Menantikan apa yang akan dia ceritakan di depan makam itu.

Terlihat Jimin menghela napas dalam-dalam sebelum berbicara. "Dek, udah tiga tahun kamu pergi, tapi rasanya hati ini tak pernah bisa merelakanmu. Setiap malam aku selalu datang ke kamar mu, tak ada yang berubah meskipun kamar itu sudah jadi hak milik Taehyung. Tapi kamu tau ?, si alien itu tak pernah mau tidur di kamar mu. Setiap dari kita selalu menangis jika berada di kamar itu sendirian. Tapi setiap weekend, kita bertujuh selalu tidur di kamar mu berbagi semua masalah dan canda tawa—."

Shine on MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang