"Mas, kita perlu bicara." ucap Soomi setelah mengantar segelas kopi untuk Joohun yang berada di ruang keluarga.
Malam sudah sangat larut, dan semua penghuni rumah kemungkinan sudah tertidur lelap.
Joohun meletakkan benda pipih yang sedari tadi menyibukkan jarinya kemudian menyesap kopi yang Soomi suguhkan. "Bicaralah, tentang Jungkook kan ?."
"Sudah dua hari Jungkook lebih banyak diam di kamar setelah kejadian itu, dia keluar hanya untuk mengambil minum atau apa yang dia butuhkan. Makan pun aku harus menyuruh bibi Han untuk mengantarnya ke kamar, dan selalu hanya dimakan beberapa sendok."
"Jadi dia sekarang sedang berperan menjadi pangeran yang selalu minta dilayani ?." ketus Joohun.
"Dia sakit loh, Mas. Apa kamu lupa kalo penyakit itu bisa merenggut nyawanya kapan saja ?. Dia butuh dukungan untuk bisa mengalahkan penyakitnya, dan kamu malah mengatakan hal yang menyakitkan seperti itu ?!" Soomi mulai tak bisa membendung emosinya.
Joohun mencoba tetap tenang. "Kamu lihat sendiri apa yang dia lakukan ke kamu, dan perkataan yang dia keluarkan untukmu."
"Itu bukan salah Jungkook, itu salahku, Mas." Soomi juga mulai menenangkan diri. "Aku nggak tau kalo efek kemo akan seperti itu dan aku juga nggak tau kalo lengannya bengkak karena tertutup jaket. Aku hanya terlampau bahagia karena dia sudah pulang ke rumah dan tanpa sadar aku memeluknya." jelas Soomi.
"Tapi menendangmu ? itu sudah keterlaluan, sayang."
Soomi menggeleng. "Itu hanya reflek, Mas. Bahkan dia terlalu lemah untuk melakukan itu sekuat tenaganya. Jika aku berada diposisinya, mungkin juga akan melakukan hal yang sama."
"Tapi itu keterlaluan, berbuat kasar kepada yang lebih tua, terlebih orang tuanya sendiri."
"Yang keterlaluan adalah ucapanmu !. Bisa-bisanya mas tesenyum dan bilang agar dia menyusul kak Hana yang sudah pergi dari dunia ini, itu berarti kamu menyuruh Jungkook untuk mati !" jelas Soomi. Dia mulai jengah dengan sikap Joohun yang keras kepala dan tak mau mengalah dalam perdebatan.
Joohun hanya bisa menunduk terdiam, memang benar tak seharusnya dia mengucapkan hal itu disaat Jungkook baru saja keluar dari rumah sakit. Namun amarahnya telah mengambil alih akal sehatnya.
"Coba ingat saat Jungkook pergi dari rumah beberapa minggu lalu, betapa suramnya dirimu yang setiap hari hanya meneguk alkohol, dan juga kabar penyakitnya yang membuatmu tidak bisa konsen hampir seminggu. Tapi sekarang kamu menyuruhnya pergi ?. Kau tau, mas ? itu juga menyakitiku." Rasa sesak yang sedari tadi dia tahan mendesak keluar bersamaan dengan air mata. Soomi menangis kecewa terhadap Joohun.
Joohun memeluknya dalam diam, merutuki semua yang telah dia perbuat. Menyesal, namun waktu tak bisa kembali terulang.
"Maaf." Hanya itu yang bisa Joohun ucapkan.
"Aku tak bisa memberimu keturunan, Mas. Aku sudah bersama Jungkook sejak dia kecil, dia sudah aku anggap anakku sendiri. Aku sudah bilang akan menggambil kembali hati Jungkook setelah kematian kak Hana. Aku tau anak itu merasa terasingkan di rumah ini, semua kakaknya yang menerimaku dan kamu yang selalu menuntutnya untuk menerimaku juga, membuatnya berpikir aku telah merebut semuanya yang dia punya. Jadi aku mohon padamu, selama aku belum mengeluh tentang sifat Jungkook, biarkan aku berusaha dengan caraku sendiri untuk menyayanginya."
Malam ini mereka habiskan dengan saling berbicara dari hati ke hati hal yang jarang mereka lakukan karena kesibukan masing-masing.
Tanpa mereka sadari seseorang dari balik pintu kamar mendengarkan semua percakapan mereka samar-samar. Dia adalah Jungkook yang terbangun karena rasa sedikit nyeri pada perutnya. Kamarnya dipindah di lantai bawah dekat ruang keluarga untuk mempermudah dirinya menggambil apa yang dia butuhkan tanpa harus naik turun tangga.

KAMU SEDANG MEMBACA
Shine on Me
FanfictionTentang kehidupan seorang Jungkook dan ke enam kakaknya. Hidupnya yang hanya seperti "haha hihi" ternyata menyimpan begitu banyak duka lara. Hingga tiba saat dimana keenam kakaknya sadar bahwa adik kesayangannya selama ini hidup dengan topeng yang s...