Empat Puluh

1.9K 178 13
                                    


Tiba waktu matahari mulai menghilang di bawah garis cakrawala. Semburat merah menembus celah gorden ruangan dimana Jungkook berada.

Anak itu tengah tidur saat ini. Terlepas dari pengaruh obat-obatan, tubuhnya memang sering kali terasa lemas dan lelah meskipun dia tidak melakukan apapun.

"Jangan diganggu, Kak !. Jungkook baru aja tidur, butuh waktu lama buat ngepuk-puknya supaya nyenyak !." sentak Taehyung saat melihat Namjoon dan Hoseok datang dan mendekat ke ranjang Jungkook.

Sayangnya Jungkook terbangun bukan karena Namjoon dan Hosoek, melainkan suara Taehyung yang mengusik gendang telinganya.

"Kak..." lirihnya.

"Tuh kan... jadi bangun gara-gara kalian berdua." kesal Taehyung.

"Sstt.... dia bangun gara-gara elo ya, alien" geram Jimin, tak lupa juga pletakan dari tangan mungilnya di kepala Taehyung.

"Sakit, Bantet !, tangan lo kecil tapi tenaganya kek kuli."

Keduanya saling balas olokan tanpa memperdulikan Hoseok dan Namjoon yang menatap intens ke arah keduanya.

"Ekhem." satu deheman yang berhasil membuat Jimin dan Taehyung menatap ke arah kakaknya. Hanya sebentar dan langsung berpaling menatap layar ponsel dalam diam.

Bagaikan dua jiwa dalam satu tubuh, tatapan dingin ke arah si kembar berubah menjadi penuh sayang kala melihat si bungsu.

"Gimana perasaanmu, Dek ?. Udah lebih baik ?, ada yang sakit ?" tanya Hoseok lembut.

Jungkook menggeleng pelan, sebuah gelengan yang entah untuk jawaban pertanyaan yang mana. Pandangan Jungkook beralih ke arah pintu ruangan yang tertutup. "Kak Seokjin dan kak Yoongi mana ?" menatap sendu ke Hoseok dan Namjoon. "Papa juga kemana ?" tambah Jungkook

"Mereka akan kesini nanti. Dek, kakak minta maaf jika selama ini tak pernah ada dipihakmu. Maaf karena kami berdua terlalu tuli untuk mendengar jeritan isi hatimu setiap harinya, maaf karena kami terlalu bebal untuk menyadari segala bentuk protes yang kamu lakukan. Kakak benar-benar minta maaf, Dek." ucap Namjoon terbata-bata.

"Kenapa ?, Kookie mohon jangan ada yang merasa bersalah dengan semua ini. Kookie nggak mau kakak sedih. Maaf jika semuanya akan menjadi seperti ini, maaf karena Kookie nggak bisa membuktikannya sendiri. Kookie ingin semuanya baik-baik saja. Kak, jangan membenci Papa dan kak Seokjin ya. Kookie mohon." tangannya mengusap peluh yang entah sudah keberapa.

"Hei....hei... Kookie jangan nangis. Kita nggak akan benci Papa dan Kak Seokjin. Asal Kookie mau berjanji pada kita." ucap Hoseok menenangankan si bungsu.

"Apa ?"

"Berjanjilah untuk sembuh dan terus bersama kita, Berjanji untuk sehat dan menjadi Kookie yang selalu ceria bersama Papa, kak Seokjin, kak Yoongi, kak Hoseok, kak Namjoon, kak Jimin, dan kak Taehyung." Hoseok mengarahkan jari kelingkingnya untuk bertaut janji dengan kelingking Jungkook.

Jungkook mengangguk. "Hm !, Kookie janji." uncapnya mantap dan meraih kelingking Hoseok, diikuti dengan Namjoon yang turut menautkan klingkingnya.

"Jim... Tae... sini ikutan !" ajak Namjoon.

Keduanya tanpa banyak bertanya langsung saja mengikuti apa yang kakak dan adiknya lakukan.

Senyum kelinci dari Jungkook membuat mereka berempat juga tersenyum, berjanji dalam hati untuk selalu melindungi senyum itu agar tak kembali hilang dari wajah Jungkook.

.

.

.

.

Shine on MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang