Tiga Empat

2K 178 15
                                        


"Dia dokter yang menangani Jungkook pertama kali, dan harusnya sampai sekarang dia masih menangani kanker Jungkook." 

"Maksudmu ?" Seokjin kembali menghampiri Jeon.

"Lhah !, bukannya atas permintaan keluarga, Jungkook memilih dokter lain untuk merawatnya ?, dokter yang lebih bagus dari Clay. Dia yang bilang seperti itu."

"Ha ??. Nggak ada pembicaraan seperti itu. Jungkook memiliki trauma dengan rumah sakit dan segala isinya, jadi kita membebaskan dia untuk memilih dimana dan siapa yang akan merawatnya." sergah Seokjin.

Bangsat.

Keduanya saling melempar pandangan ke arah lain, meneguk minuman yang baru saja disajikan. Mencoba menetralkan perasaan yang berkecamun diantara keduanya.

"Pagi ini gue nganter Clay ke rumah sakit dimana adikmu di rawat karena riwayat pengobatan Jungkook ada di dia. Lo tau ?, dia hanya menjalani kemo sekali dan obat-obatan ?, dia tak lagi mendapatkan hal itu. Entah apa yang dia konsumsi untuk menahan sakitnya. Bisa dibilang dia sudah sekarat saat ini, Pankreas, paru-paru, hati nya sudah rusak. Clay bilang dia sudah tak ada harapan, mungkin tuan Kim Joohun lebih tau tentang hal ini."

Seokjin terdiam, pandangannya kosong. Dia sangat tau betul bahwa adiknya tidak dalam keadaan baik-baik saja, mengingat bannyaknya alat yang terpasang untuk kelangsungan hidupnya, dan juga raut wajah ayahnya yang nampak jelas penuh kekhawatiran.

Melihat Seokjin yang tak meresponnya sama sekali, Jeon pun melanjutkan perkataannya. Toh bukan tentang hal itu dia ingin bertemu empat mata dengan Seokjin.

"Tiga bulan lalu mungkin setelah kemo pertamanya adik lo itu datang ke rumah gue untuk terakhir kali, dia bilang akan menerima dan menikmati semuanya dalam hidupnya. Padahal sebelumnya dia masih sedikit  ada semangat karena perjanjian kita berdua. Entah apa yang terjadi di kurun waktu itu, dia benar-benar sudah putus asa. Gue ngirim surat ke lo untuk membahas tentang hal ini karena gue udah gabisa ikut campur urusan Jungkook, dan berakhhir kita bertemu disini. Oh.. kemarin malam dia chat gue, dia bahagia liburan kali ini."

Seokjin menunduk lesu. "Iya, sangat menyenangkan. Sampai kita benar-benar lupa kalo dia sedang tidak baik-baik saja. Kita lupa menanyakan keadaannya, kita lupa memberinya waktu istirahat. Topeng nya luar biasa tanpa celah."

Jeon terkekeh kecut. "Ah.. gue juga hampir lupa dengan tujuan awal kesini." Jeon membuka laptop dan mencari file yang dia simpan lebih dari tiga tahun lalu. Memperlihatkan rekaman video kejadian enam tahun lalu. "Lo bisa liat ini sambil gue cerita antara gue dan Jungkook."

Tak

Tombol play telah ditekan.

.

.

.

Flashback

Sore itu cuaca sangat mendung, mungkin malam ini akan turun hujan. Suasana yang sangat mendukung untuk melakukan hal yang yang bisa dibilang Jeon tak ingin melakukannya. Dia melihat sisi kanan kirinya tak menemukan siapapun disana, sepi.

Jeon menghela napas panjang dan ingin segera melakukannya, namun niatnya kembali dia urungkan saat mendengar langkah dari arah kanannya.

Seorang bocah SD yang masih berseragam lengkap dengan tas dipunggung dan es krim cone di tangan kanannya. Anak itu melangkah riang dengan lompatan-lompatan kecil dan senandung lirihnya.

"Anak SD mana jam segini baru balik ?" gumam Jeon.

Dia akan melakukannya saat bocah itu sudah melewatinya. Harapannya seperti itu, namun sial, bocah itu malah berdiri tepat di samping Jeon. Menatap kebawah dimana sungai besar yang mengalir deras dari jembatan dimana mereka berdua berada.

Shine on MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang