Tujuh

2.4K 163 5
                                    


"Bunda.... kenapa Bunda bisa punya banyak anak ?".

"Kenapa Kookie nanya seperti itu ?".

Anak itu menunduk sekilas dan kembali menatap Bundanya, "Tadi pas acara ada yang bilang apa nggak capek ngurus banyak anak gitu. Apa Bunda kecapekan ?, Kookie bisa bantuin kok.".

"Lelah itu manusiawi sayang... tapi Bunda sangat bahagia, karena kalian semua anugerah terindah bagi Bunda dan Papa".

"Anugerah ??". tanyanya dengan wajah yang menggemaskan.

"Iya, sini tidur di pangkuan Bunda".

"Um !". dia mengangguk antusias sebagai jawaban.

"Anugerah adalah hadiah yang paling indah dari Tuhan karena kita sudah berbuat baik, dan selalu sesuai dengan apa yang kita inginkan. Bagaimana mungkin Bunda mengeluh atas apa yang Bunda inginkan dan yang Tuhan berikan ?, sedangkan melihat kalian bertujuh aja membuat rasa lelah Bunda menghilang, kalian bertujuh adalah anugerah yang paling indah buat Bunda dan Papa". jelasnya dengan penuh kasih sayang sembari mengusap surai hitam bungsunya.

"Tapi yang paling terindah buat Bunda adalah Papa". sahut seseorang yang baru datang menghampiri mereka berdua.

"Kenapa ?, kata Bunda yang paling indah itu kami bertujuh". balasnya tak terima.

"Benar sih, tapi kalo nggak ada Papa kalian bertujuh juga nggak bakal ada". ledeknya.

"Pah !!". Mata melotot yang penuh arti kepada suaminya.

"Bukannya aku dan kakak itu hadiah dari Tuhan, bukan dari Papa".

"Betul, tapi Tuhan memberinya setelah cinta Papa dan Bunda bersatu".

"Caranya ??". tanyanya dengan wajah penasaran.

"Tuh kan, udah tau anaknya gampang penasaran malah dijahilin". bisiknya, dan tak lupa cubitan kecil mendarat di pinggang suaminya.

"Papa belum bisa ngasih tau sekarang sayang". ucapnya memberi pengertian.

"Mungkin kak Namjoon tau, dia kan sangat pintar, aku tanya kak Namjoon aja".

"Bukan begitu Kookie sayang... kamu akan tau nanti saat sudah waktunya. Dan anugerah seperti Kookie dan kakak-kakak itu hanya diberikan kepada orang yang sudah menikah. Kookie tau kan apa itu  menikah ?".

"Tau kok Bunda, seperti Tante kemarin kan ?, yang banyak makanannya".

"Pinter anak Bunda, sekarang waktunya tidur, sudah malam".

"Iya Bunda".

.

.

.

.

.

.

Sinar matahari pagi mengintip dari sela gorden, mulai mengusik wajah tenang dari pemuda yang baru beberapa jam memejamkan matanya.

Kelopak mata indah itu terbuka menampilkan dua onyx yang memandang langit-langit kamarnya.

"Terimakasih sudah datang menemani tidur ku Bun". 

Tok..tok..tok..

"Ya ?"

"Kau sudah bangun Jung ?".

"Kak Hoseok ?. Belum, aku belum bangun, ini masih mau lanjut tidur". candanya dan bergulung kembali ke dalam selimutnya.

"Eeyy... ayo bangung, Papa ngajak kita ke pantai. Mumpung semuanya pada libur". ajak Hoseok yang menarik selimut dari pemiliknya.

Shine on MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang