Satu Enam

2K 163 3
                                    

"Mama kalian sedang pemulihan, gula darahnya rendah, jadi Papa minta ke kalian semua agar sebisa mungkin membantu mama dan tidak membuatnya kelelahan, paham ?."

Semua yang ada di ruang keluarga itu mengiyakan, kecuali Jungkook yang tetap fokus dengan HPnya.

"Jungkook, kamu dengan perkataan Papa ?." tanya Joohun.

"Dengar Pa ..., lagian aku nggak pernah merepotkan istri Papa. Jangankan mengobrol, hampir bersimpangan aja aku milih putar arah." jawabnya enteng.

"Kamu keterlaluan Jung, hal seperti itulah yang membuat mama mu semakin kepikiran. Kamu tau itu ?."

"Enggak," singkat Jungkook yang berhasil memancing amarah Papanya.

Soomi segera memegang tangan Joohun saat mengetahui amarah suaminya sudah diubun-ubun. "Udah tak apa Mas, yang Jungkook bilang itu benar kok. Dia nggak pernah ngrepotin aku."

"Kan... ack !" pekik Jungkook tiba-tiba. "Apaan sih bantet ?, sakit tau." mengusap rusuknya yang mungkin saja akan memerah karena cubitan Jimin.

Joohun hanya menggeleng, jengah dengan sifat anak bungsunya itu. Dia memilih untuk meninggalkan ruang keluarga diikuti Soomi ketimbang emosinya kembali terpancing.

"Kakak tau kamu rewel mulu seharian karena besok hari terakhir kamu liburan, iya kan ?" tebak Jimin.

Jungkook hanya buang muka dan mendengus kesal.

"Kenapa terakhir ?, bukannya masih ada seminggu lagi ?" tanya Seokjin. 

"Sama papa disuruh ikut bimbel karena nilainya turun."

"Kak Tae nggak usah cepu ya, nilaiku nggak turun banget. Emang papa aja yang belum paham sistem roda kehidupan. Jadi kepikiran kalo aku ini anak pungut."

"Kookie mulutnya ya, nggak boleh kayak gitu. Papa perhatian sama kamu Dek, makanya selalu beri yang terbaik buatmu. Kamu yang spesial diantara kita," ujar Seokjin.

"Itu berarti kita berenam yang sebenernya anak pungut," sahut Yoongi.

"Ngapain juga munggut 6 anak?. Kayak penampungan kucing aja," sungut Jungkook kesal.

"Lha terus ngapain juga mungut satu kalo udah punya 6 anak?" sahut Namjoot ikut nimbrung.

Jungkook menggedikkan bahunya. "Entahlah, mungkin papa penganut lucky 7."

*Udah udah, makin nggak jelas kalian ini." Seokjin menghentikan perdebatan yang makin tidak jelas arahnya. "Besok kakak libur, kita keluar terserah mau kemana. Hanya besok saja, jadi nggak ada acara nginep."

Mata onyx itu berbinar setelah mendengar ajakan Kakaknya. Mulutnya mulai menunjukkan simpul senyuman disana.

Jungkook berdiri dari duduknya, dan melompat menubruk Seokjin. "Kak Jin emang yang terbaik se alam semesta."

"Jelas dong... sekarang kamu tidur, biar pagi-pagi udah bisa bersiap dan berangkat." ujar Seokjin dan diangguki Jungkook.

Dia pun beranjak dari pangkuan Seokjin, berjalan riang menuju kamarnya, bersenandung dan melompat-lopat kecil. Pemandangan sangat menggemaskan bagi kakaknya.

.

.

.

.

.

Taman hiburan menjadi tempat pilihan Jungkook menghabiskan waktu liburannya ditemani ke 6 kakaknya, dengan sedikit paksaan tentunya.

Menuruti permintaan si bungsu adalah pilihan terbaik dan terburuk. Terbaik karena menghindari rengekan Jungkook yang tak ada habisnya, dan turburuk karena harus menuruti kemauannya termasuk menaiki wahana yang baginya seru namun bagi sebagian kakaknya wahana yang seru itu menjadi seram.

Shine on MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang