Malam ini begitu sunyi, hal umum yang selalu terjadi di rumah sakit. Di ruangan itu, Jeon sedang menunggu sang tunangan menyelesaikan laporannya hari ini.
Ruangan berlatar putih itu hanya didominasi suara detikan jam dinding dan juga suara keyboard milik Clay. Jeon yang merasa bosan hanya bisa memainkan mancis di tangannya.
"Jungkook sudah ada peningkatan ?" tanya Jeon memecah keheningan.
Clay menghentikan gerakan jemarinya lalu menatap Jeon. Kepalanya menggeleng mengisyaratkan bahwa Jungkook belum ada perubahan apapun yang diharapkan.
Hening.
Ungkapan tak ada yang mustahil di dunia ini menjadi satu-satunya pegangan bagi mereka yang menunggu Jungkook bangun dari tidurnya, namun berharap pada sesuatu yang mustahil juga hanya bisa menorehkan nestapa.
Sebagai dokter yang menangani Jungkook, Clay juga telah melakukan berbagai hal untuk kesembuhan pemuda itu. Sedangkan Jeon ?, dia tak bisa melakukan apa-apa selain meminta kepada yang maha kuasa. Mungkin Jeon bisa dengan mudah mencari pendonor hati untuk Jungkook, namun setelah itu ?. Banyak hal yang membuat Jeon enggan untuk melangkah.
Apakah Jungkook akan baik-baik saja setelah menerima donor hati ?, atau dia akan tersiksa karena harus menjalani kehidupan yang akan berbeda dengan sebelumnya karena kehilangan pankreasnya. Belum lagi berbagai komplikasi yang menderanya saat ini. Ditambah lagi satu hal yang benar-benar membuat Jeon terdiam di tempat adalah keinginan Jungkook untuk mengakhiri semuanya setelah tujuannya tercapai.
Keduanya kini hanya bisa terdiam dengan pikiran mereka masing-masing. Hingga suara deringan telepon membuat Clay reflek langsung mangangkatnya,
Setelah menutup telepon, Clay langsung mengambil seragam putihnya dan segera menuju ruangan dimana dia dibutuhkan disana.
"Jungkook sadar," ucapnya singkat kepada Jeon yang tengah duduk di kursi tunggu.
Satu kalimat itu berhasil mengembalikan kesadaran Jeon dari lamunannya. Keduanya segera menuju ke ruang dimana Jungkook dirawat.
.
.
.
.
.
"Tak ada perubahan pada kondisi pasien, Dok. Semuanya sama seperti saat pasien dalam kondisi koma. Pasien meminta agar ventilatornya dilepas."
Yuma mengangguk paham dan segera memeriksa kondisi Jungkook. Sementara di luar sana Jeon menemani Hoseok yang masih terengah-engah setelah berlari karena terkejut melihat dokter Yuma yang buru-buru masuk ke ruangan adiknya itu.
"Jung..." panggil Yuma lembut. "Kamu bisa mendengarku ?."
Mata sayu itu perlahan terbuka menampillkan tatapan yang membuat hati Clay pedih.
"Kak..." mungkin itulah akan Yuma dengar jika pergerakan mulut Jungkook menghasilkan suara, itu karena ventilator yang terpasang pada tubuhnya.
"Gausah bicara dulu. Atur napasmu pelan-pelan. Aku belum bisa melepas ventilator ini karena kondisimu masih belum stabil, Jung." ucap Clay.
Jungkook menggenggam pucuk baju milik Yuma. Menatap Yuma penuh harap.
"Please... Papa... kakak..."
"Baiklah, tapi berjanjilah untuk bertahan dan tetap baik-baik saja, oke."
Jungkook mengangguk dan kembali terpejam. Membuka mata pun saat ini begitu menyusahkan baginya.
Clay memerintahkan perawat disana untuk melepas ventilator di tubuh Jungkook dan mengganti dengan selang oksigen seperti yang Jungkook minta. Dahinya sedikit mengkerut merasa tak nyaman dengan proses itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Shine on Me
FanfictionTentang kehidupan seorang Jungkook dan ke enam kakaknya. Hidupnya yang hanya seperti "haha hihi" ternyata menyimpan begitu banyak duka lara. Hingga tiba saat dimana keenam kakaknya sadar bahwa adik kesayangannya selama ini hidup dengan topeng yang s...