Satu Tujuh

2.1K 181 7
                                    

Matahari menyambut pagi keluarga Kim yang telah disibukkan dengan kegiatan masing-masing. 

Satu persatu dari mereka yang memiliki kesibukan pun turun untuk sarapan. Seokjin yang bertanggung jawab di salah satu anak perusahaan milik ayahnya, Yoongi yang memilih menjadi produser di industri musik. Hoseok yang sibuk dengan skripsinya, Namjoon dengan kuliahnya, kecuali ketiga bungsu yang sibuk dengan mimpinya.

Mereka mengobrolan santai setelah sarapan pagi. Memberikan waktu untuk perut mengolah apa yang baru saja mereka makan.

"Hay hey hey... mau kemana itu ??" panggil Joohun setelah seseorang melewati ruang makan begitu saja. "Jungkook !!, ayo balik dulu sini," suruh Joohun.

Ya, bocah yang main nyelonong itu adalah Jungkook. Diapun menuruti panggilan papa nya dan hanya berdiri di ambang pintu ruangan tanpa berniat mendekat.

"Mau kemana kamu ?,"

"Aku ada janjian sama temen-temen Pah, aku nggak lupa jam bimbel kok, ini aku dah bawa buku juga." jawab Jungkook sambil menunjukkan tas ranselnya.

"Kemana ?, mau kakak anterin nggak ?" tawar Seokjin.

"Enggak kak, aku udah janjian bareng Jaehyun."

"Hati-hati nak. Kamu nggak mau sarapan dulu ?"

Pertanyaan itu hanya mendapat tatapan sinis sebagai balasannya, suara yang sangat tidak ingin dia dengar.

"Aku berangkat." pamitnya.

Joohun hanya bisa mengelus dada. Hari masih pagi, tapi amarahnya sudah dipantik oleh sikap anak bungsunya itu ke Soomi. 

Satu persatu keturunan Kim itu meninggalkan rumah menuju tempat masing-masing. Menyisakan Joohun dan Soomi yang masih menata keperluan kerja Joohun.

"Kenapa ?, dari tadi aku perhatikan kamu kayak yang gelisah," tanya Joohun.

Soomi meletakkan kembali berkas yang Ia rapikan dan duduk di pinggiran ranjang. "Aku khawatir Mas. Aku khawatir dengan Jungkook, aku selalu ingin berusaha mengambil hati anak itu Mas, tapi kamu selalu melarangnya."

"Aku tak berniat melarangmu Soomi," Joohun ikut duduk disamping istrinya, mencoba memberi pengertian. "Dia anak yang keras kepala, kau tau itu. Dan aku nggak mau kamu sakit hati karena perkataannya. Dia belum bisa terlepas dari bayangan masa lalunya, Soomi."

"Aku akan berusaha Mas, aku juga ingin menjadi ibu seutuhnya untuk anak-anakmu. Lihat sekarang, kamu juga kewalahan menghadapi Jungkook. Aku ingin membantumu Mas. Kalo kamu melarangku, sama saja kamu melarang akau untuk menjadi ibu bagi Jungkook. Dan untuk sesuatu yang kamu sebut masa lalu itu, aku harus membuktikannya. Meskipun itu hanya halusinasi atau trauma Jungkook, aku harus membuktikan jika pelakunya itu bukan aku Mas. Percaya sama aku."

Pelupuk mata yang sudah lama membendung air mata itu sudah tak mampu lagi menampungnya. Perlahan peluh itu menetes membasahi pipi Soomi. Joohun yang melihatnya merasa tak tega, istrinya itu sudah menahan sakit selama ini.

Joohun tau  apa yang dia lakukan itu salah. Alasan dibalik keputusannya adalah dia tak ingin putranya menyakiti perasaan orang yang dia cintai saat ini, dan juga Joohun tidak akan mampu jika harus berselisih dengan Jungkook. Tapi saat ini dia sadar, dia tak mampu menyeimbangkan keduanya.

"Lakukan apa yang ingin kamu lakukan sayang. Beri yang terbaik untuk putra kita. Aku akan membantumu kali ini."

Soomi pun tersenyum, apa yang dia harapkan untuk dekat dengan Jungkook terkabul. "Makasih Mas, aku akan berusaha menjadi yang terbaik untuk keluarga ini."

Pembicaraan itu berakhir dengan pelukan hangat dari Joohun, memberikan istrinya kenyamanan dan kekuatan untuk pilihannya kali ini.

"Mas, sebenarnya aku khawatir Jungkook berteman dengan Jaehyun. Dulu temannya yang aku kenal hanya Mingyu, Eunwoo, dan Yugyeom. Dulu Jungkook tak pernah membantah omonganmu, tapi setelah kenal Jaehyun, dia sering membantah dan nilainya turun. Aku tak mau berprasangka buruk Mas, hanya saja aku khawatir dengan anak kita."

Shine on MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang