Dua Enam

2.3K 234 28
                                        


From : Eun
Jeon, gue di spam abangnya Jungkook, nih.
Suruh pulang anaknya.

To : Eun
Makam nyokapnya. Gue sama dia disana sekarang.
Lo kasih tau mereka , suruh jemput disana.

Jungkook memang memutuskan pulang hari ini, namun sempat terjadi perdebatan antara Jeon dan Jungkook, pasalnya Jungkook ingin pulang sendiri tanpa perlu merepotkan Jeon, dan Jeon dengan segala kekhawatirannya serta bayangan negatifnya tetap berusaha untuk mengantar Jungkook atau sekedar memastikan anak itu benar-benar pulang ke rumah.

Disilah mereka sekarang, disebuah komplek pemakaman. Jeon tidak ikut menamani Jungkook mengunjungi makam ibunya, dia hanya berdiam di dalam mobil mengawasi dari sana hingga kakaknya datang untuk menjemputnya nanti.

Terlihat Jungkook sedang berdiri lama di depan peristirahatan ibunya setelah diletakkannya sebuah buket bunga disana. Bibirnya terkatup, banyak sekali hal yang ingin dia sampaikan namun dia tak tau harus memulainya dari mana.

Kakinya perlahan melemas tak bisa menopang berat badannya, hingga akhirnya dia duduk bersimpuh. Jeon yang melihatnya sontak ingin keluar takut terjadi apa-apa, namun niatnya terhenti setelah melihat tangan Jungkook mengelus batu nisan ibunya.

Tes... Buliran air jatuh membasahi tanah, air matanya keluar tanpa permisi kepadanya. Biasanya Jungkook akan segera mengusap jika dia mulai menanggis, namun kali ini dia membiarkannya begitu saja.

"Bun, apa ini hukuman dari Tuhan buat Kookie ?, apa Kookie benar-benar anak yang nakal ?" Kalimat pertama setelah beberapa menit terdiam. "Kenapa harus sekarang ?, kenapa Tuhan nggak menghukum Kookie saat ada disana saja ?. Ini menyakitkan, dan melihat mereka khawatir itu juga sangat menyakitkan."

Jungkook menghela nafas panjang, mencoba menghentikan air matanya yang sedari tadi terus mengalir membasahi pipinya. Melihat sekeliling yang hanya ada dirinya dan beberapa orang disana.

"Disini tenang ya, Bun ?. Kookie juga pengen tinggal disini, bisa ngga Bunda jemput Kookie ?" Jungkook tersenyum miring, merasa lucu dengan apa yang baru saja dia katakan. Jika Jeon mendengarnya, orang itu pasti sudah ngomel panjang lebar.

"Bunda nggak pernah datang ke mimpi Kookie, bunda nggak kangen ?. Kookie kepengen ketemu bunda saat ini meskipun cuma mimpi, banyak yang pengen Kookie ceritakan. Bunda tau ?, Kookie selalu menganggap bunda adalah rumah , tempat ternyaman untuk pulang. Tapi rumah itu sudah pindah disini, dan Kookie belum bisa pulang, Bun. Hiks ..."

Buliran bening itu kembali jatuh, pelupuk yang berusaha menahan air mata disetiap perkataan Jungkook pun runtuh tak lagi kuat menampungnya, bahkan tangisannya lebih sendu dari sebelumnya hingga anak itu tak sanggup lagi untuk bicara.

Dia rindu suara lembut ibunya, rindu belaian halus ibunya, rindu pelukan yang menenangkan dari ibunya, rindu segalanya dari yang ada pada Kim Hana, sosok ibu yang sangat menyayangi anaknya.

"Hiks ... Kookie butuh bunda, hiks... Kookie sangat merindukan bunda".

Tangis pilu itu membuat hati teriris bagi siapapun yang  mendengarnya, termasuk Hoseok yang baru saja sampai disana. Berdiri memandangi pungung bergetar adik kecilnya. Dia memeluknya, berusaha menenangkan tangis yang mungkin bisa membuatnya sesak.

"Ssstt... bunda sudah tenang disana, Dek. Jika tau Kookie yang seperti ini, bunda pasti akan sedih dan akan memarahi kakak karena membiarkan adiknya sedih." ucup Hoseok. Dia mengelus surai hitam milik adiknya agar tangis itu segera reda.

"Tapi Kookie kangen bunda, Kak."

"Kakak juga sama, kita semua sangat merindukan bunda bukan cuma Kookie seorang. Jangan merasa sendirian, kita semua juga merasa kehilangan. Tak ada yang bisa menggantikan posisi bunda. Lihat dan dengarkan kakak." Menangkup kedua pipi basah Jungkook, memandang lekat mata bulat milik adiknya. Tak bisa dipungkiri, mata Hoseok juga berkaca-kaca menahan tangis.

Shine on MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang