CHAPTER 6

2.1K 78 0
                                    

6. Berbeda keyakinan

••••••••

rumah sakit mandiri. adalah tujuan utama Canva mengajak Syera kali ini, kini keduanya sudah berada dilantai 4 lebih tepatnya menunggu didepan ruangan rawat sang ibunda dari Canva.

Canva menatap Santi, sang ibunda didalam ruangan itu melewati kaca transparan, disana sang ibunda masih terbaring tak berdaya. ia hanya bisa meminta pertolongan kepada Tuhan agar menyelamatkannya.

Syera mengusap pundak Canva dan menenangkanya.

"sabar va, ini semua ujian dari Allah. apa sebaiknya kita solat dan berdoa agar mamah lo sembuh, yu kebetulan udah azan magrib"

Canva diam, kemudian ia menoleh ke belakang, keduanya kini saling tatap. sepertinya perempuan ini tidak tahu bahwa dia non muslim

"ra..."

"apa?"tanya Syera

"gue non muslim."

Syera diam. lengan yang ia taruh dipundak Canva kini terlepas, ia lupa jika lelaki didepannya ini berbeda keyakinan dengannya.

melihat ekspresi Syera yang berubah, Canva kini mengubah posisinya menghadap Syera dan mendekatinya karna Syera malah memundurkan langkahnya

"sorry va, gue gatau"

"gapapa, sini deketan kenapa malah ngejauh?"

Syera lantas gugup, tadi Syera ingin melihat namun ia sekarang malah gugup.

Canva menarik lengan Syera, dan mendekatkan tubuhnya pada kaca transparan, kini Canva berada dibelakang Syera yang tengah melihat Santi terbaring lemas

"mama gue belum juga sadar sadar ra"lirih Canva menunduk, ia menempelkan kepalanya ke bahu Syera, membuat perempuan itu lantas terkejut

"mama lo pasti lagi berjuang disana, doain yang terbaik buat dia va. gue yakin mama lo bisa, dia masih ingin ngelihat anaknya sukses"

Canva terdiam dan  hampir meneteskan air mata, namun ia mencoba untuk tahan.

Syera kini mengubah posisinya menjadi menghadap Canva, lelaki itu tadi menunduk, kini menatap perempuan dihadapannya dengan letih.

Syera yang merasa iba pun kini melingkarkan kedua lenganya ke bahu Canva, memeluknya erat. sementara Canva yang merasa dipeluk seperti itu membalaskan jauh lebih erat. ia memeluk pinggang Syera dengan wajah yang ia jatuhkan ke sebelah bahu Syera, ia meneteskan air mata

ternyata dibalik sikap lelaki ini yang urak urakan, ia memiliki luka yang sangat dalam. ia merasa iba dan hanya bisa menenangkan.

"kapan dia bangun?"lirih Canva

"sebentar lagi, pasti. harus sabar semua butuh proses"

keduanya larut dalam sebuah dekapan, Syera yang merasa dirinya beda pun lantas melepaskan pelukannya membuat Canva menatapnya heran.

"emm, maaf ya. aduh udah malem gue harus pulang va"

Canva yang melihat kegugupan Syera pun terkekeh pelan, kemudian ia mengangguk

"ayo gue antar"

diperjalanan keduanya tanpak saling diam sampai pada akhirnya mereka sampai didepan rumah Syera.

"makasih ya va, udah nelaktir makan dan nganterin kerumah"

"sama sama, makasih juga udah mau nemenin jenguk mama gue"

Syera mengangguk kemudian ia memberikan helm itu ke Canva, namun Canva malah menarik lenganya hingga Syera mendekat.

"lo percaya ga sama omongan yang selalu bilang, kalau tuhan selalu menghadirkan orang orang baru diwaktu yang tepat"

CANVA & SYERA (Series 1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang