CHAPTER 11

1.8K 62 0
                                    

11. Dunia malam yang kelam

•••••••••

Diskotik, merupakan salau satu tempat dimana semua orang meluapkan emosinya, sebuah dunia kelam yang selalu orang orang datangi jika memiliki masalah yang buntu. seperti yang dilakukan Canva.

ia kini berada didalam diskotik bersama Dikta, meminum beberapa alkohol, lebih parahnya Canva sudah habis berbotol botol membuat Dikta menahanya

"Stop va, ada apa? lo ada masalah soal apa?"

Canva menggeleng, kemudian ia bersandarkan tubuhnya ke sova, ia berteriak

"mending diem deh lo bangsat"sentak Canva ketika Dikta mencoba menenangkannya dalam keadaan mabuk buta itu.

"kenapa sih? masalah bunda lo? atau apa va?"lirih Dikta membuat Canva menatap kosong dihadapannya.

"lo tau kan siapa yang harus lo panggil buat nanganin gue?"tamua Canva menajam kearah Dikta

"siapa? Nadia?"

"sialan"

ia pun menghambuskan nafasnya kasar,  Syera. nama perempuan itu terlintas dalam pikiran Dikta, namun sayangnua sudah pukul 11 malam, apakah Syera sudah tidur? apa ia tidak mengganggu gadis itu untuk kemari?

ia pun segera menelpon Syera, Syera yang mendengar itu lantas kaget, ia pun segera menuju tempat dimana yang dikatakan oleh Dikta.

"tunggu, dia udah otw kesini, dan satu poinnya. gausah minum lagi. sadar lo udah abis dua botol!"

"bacot bangsat!"

Disisi lain, Syera perlahan mulai masuk ke sebuah bar yang sangat menjijikan baginya, kemudian ia masuk dan menuju ruangan yang dimana didepannya ada lelaki yang tadi menelepon dirinya, Dikta.

"Dikta, gimana?"

"masuk aja ra, dia tadi sempet lirihin nama lo. gaada siapa siapa, gue tunggu diluar"

Syera mengangguk kemudian masuk, dan segera menutup pintu.

ia melihat lelaki tengah tersungkur lemah disova. Itu Canva. ia duduk dan memegang pundak Canva, mencoba mengubah posisi tubuh lelaki itu.

"apa lagi sih bangsat!"bentak Canva tanpa menatap Syera

"Canva!"

Canva membuka matanya, ia cukup terkejut walau sedang mabuk. matanya menatap teduh mata Syera, ia melirih.

"Syera?"gumamnya

Canva memegang kedua lenganya dan menciumnya seraya meminta maaf.

"maafin gue, tadi gue emosi banget. maaf telah membalas pukulan ayah lo. harusnya gue tahan"

"gue tau lo kesel, tapi gimana pun dia ayah gue. lo salah udah nonjok dia!"

"iya gue tau, sorry. hanya itu yang bisa gue ucapkan kali ini"

Syera menghembuskan nafasnya kasar, ia mengangguk.

"sekarang pulang!"

CANVA & SYERA (Series 1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang