Hanif tidak mau pulang ke rumah, juga tak mau mengikuti acara makan malam yang tadi Hadif kirimkan alamatnya. Walau sang Ayah pasti akan kecewa karena ia memilih tak datang, Hanif hanya perlu menenangkan diri sedikit lagi. Karna ada atau tanpanya, acara makan malam dua keluarga itu akan tetap berjalan dengan lancar.
Lelaki ini mengusap wajahnya perlahan, bagaimanapun, apa yang Dipta katakan tadi ada benarnya. Hanif benci ketika dirinya terlalu berlarut-larut dengan masa lalu. Ketika sang Ibu meninggal dunia, sedari kecil ia hidup dengan penuh dendam atas apa yang keluarganya alami.
Hanif kecil selalu merasa tidak terima ketika mereka berempat harus pindah ke rumah yang lebih kecil, bertahan hidup dengan makanan seadanya, bahkan seringkali ia temui sang Ibu menahan lapar, hanya agar Hanif dan Hadif terpenuhi nutrisinya.
Hanif benci melihat keluarganya menderita.
Perlahan ketika ia mengerti semuanya, rasa amarah itu jauh lebih besar. Apalagi ketika Hanif mengetahui penyebab kehancuran perusahaan sang Ayah, saat itu ia bersumpah akan membalas dendam atas kematian sang Ibu, dan kesengsaraan keluarga mereka.
Hanif mengikuti semua les yang bisa ia ikuti, masuk club debat sekolah, menjadi ketua osis, semuanya ia lakukan untuk mengalihkan pikiran, sekaligus belajar menjadi pemimpin, karna ia sudah berjanji pada sang Ayah akan menjadi penerus perusahaan keluarga mereka.
Belajar dari pengalaman Ayahnya yang ditipu oleh rekan sendiri, Hanif menjadi susah untuk percaya orang lain. Apalagi beberapa kejadian dimasa lalu, membuatnya lebih hati-hati untuk menerima kehadiran seseorang.
Hanif menghela napasnya pelan, kemudian melirik ponsel yang terletak dimeja, sudah berapa panggilan masuk dari sang Ayah yang Hanif abaikan, mungkin ia akan dimarahi, tak masalah, nanti akan ia pikirkan lagi alasan absennya dari acara makan malam kali ini.
"Permisi!" Ketukan pintu serta teriakan dari luar apartemennya membuat Hanif bangkit, berjalan gontai menuju pintu. Mungkin ini adalah makanan yang ia pesan tadi.
"Bentar." Pintu kemudian terbuka.
Namun, Hanif tak langsung mengambil makanan yang disodorkan, lelaki ini sedikit terkejut dengan siapa yang datang. Jelas lelaki didepannya sekarang ini adalah lelaki yang tadi siang ia tabrak di coffee shop depan kantor, "Kamu Zio yang tadi siang?" Bahkan Hanif masih mengingat namanya.
Lelaki yang bernama Zio tak kalah terkejut, "Loh?" Katanya spontan, "Bapak Hanif, ya. Ini makanannya, maaf atas kejadian tadi siang."
Baru saja Zio hendak berlalu, Hanif dengan cepat berkata, "Tunggu." Membuat Zio berbalik menatapnya, "Kamu dipecat?"
Ada tawa hambar yang keluar dari bibir Zio, dengan satu tangan menggaruk bagian belakang kepalanya, "Kerja disana cuma siang aja, Pak. Malemnya saya delivery makanan." Jawabnya, lalu segera berpamitan lagi, karena masih banyak pesanan yang harus ia antarkan.
Hanif masih terdiam diambang pintu, bahkan punggung Zio sudah hilang dari pandangan. Lelaki ini hanya sedikit terkejut dengan jawaban Zio tadi, entah apa yang dilaluinya sampai memilih kerja di dua tempat yang berbeda. Hanif hanya sedikit merasa kasihan.
🏷️
Rezio menatap bangunan yang menjadi tempat tinggalnya selama beberapa hari terakhir, rumah susun yang dipilih Ibu panti asuhan tempatnya hidup selama ini.
Kalau dibandingkan dengan gedung mewah tempat tinggal Pak Hanif yang tadi ia antarkan makanannya, jelas gedung didepannya ini tak ada apa-apanya.
Lelaki ini terkekeh, berani-beraninya membandingkan dua kehidupan yang sangat berbeda. Tapi, kata Ibu panti dulu, tidak apa-apa untuk bermimpi setinggi langit, selama kita berusaha untuk meraihnya.
"Mana tau kedepannya gue jadi miliarder." Ucap Rezio dalam hati.
Lelaki ini lagi-lagi tertawa, menertawakan diri sendiri yang bermimpi terlalu tinggi, "Mau jadi miliarder, makan aja susah." Katanya.
Tak langsung memasuki pekarangan tempat tinggalnya, Rezio malah memutar arah, mendatangi warung makan diseberang jalan, berniat membeli sebungkus nasi untuk makan malam.
Namun, sepertinya hidup Zio tak semudah biasanya hari ini. Tadi siang ia harus bertabrakan dengan seseorang bernama Pak Hanif, terus sekarang lelaki dengan kemeja biru muda dihadapannya ini sungguh sangat menyebalkan, "Sorry, gue buru-buru." Ucapnya dengan kedua tangan yang menyatu didepan wajah, lalu dengan cepat masuk kedalam warung.
Rezio hanya bisa menghela napas lelah, lalu duduk sebentar didepan warung makan dengan sesekali mendumel kesal, lagian didalam juga masih banyak orang, Rezio tidak suka berdesak-desakan.
Ketika dirinya sedang berbicara dengan salah seorang pengunjung warung yang juga sedang mengantri didepan, lelaki yang tadi tak sengaja menabraknya malah mendatanginya lagi, namun kali ini dengan sebungkus nasi yang ia sodorkan pada Zio, membuat lelaki ini menatapnya bingung.
"Apa?" Tanyanya.
Lelaki berkemeja biru muda tadi berdehem pelan, "Sebagai permintaan maaf gue karna gak sengaja nabrak lo." Tidak ada gerakan akan menerima uluran nasi bungkusnya, lelaki ini dengan cepat menyerahkannya pada Zio, "Muka lo mengingatkan gue sama seseorang, tapi sekarang gue lagi gak bisa buat ngobrol banyak."
Zio benar-benar bingung dengan situasi ini, ia hanya diam mematung mendengarkan lelaki yang tampak lebih tua darinya ini berbicara.
"Nama lo siapa?" Ia mengulurkan tangan.
Walau sempat ragu, Zio dengan cepat menjabat tangannya. Namun belum juga membuka suara, suara lain menginterupsi keduanya.
"Babe, why so long here?"
Keduanya menoleh, Zio dengan cepat menarik tangannya. Lelaki berkemeja biru muda pun begitu, "Dipta, nama gue Dipta. Gue harus pergi sekarang, semoga bisa ketemu lagi, ya. Ada banyak yang pengen gue omongin."
Lalu lelaki itu sedikit berlari menghampiri seseorang yang lebih pendek darinya, dengan dandanan modis yang Zio yakini berharga fantastis.
"Kenapa orang-orang sekarang pada aneh, ya." Ujarnya pada diri sendiri, lalu menatap nasi bungkus ditangannya yang diberikan oleh lelaki bernama Dipta tadi. Tak henti-henti mengucap syukur didalam hati, sebab tak perlu mengeluarkan uang lagi. "Ah, gue belum bilang makasih."
Zio juga berharap bisa bertemu kembali dengan Dipta, untuk sekedar mengucap terima kasih untuk makan malam yang ia berikan malam ini.
To be continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
Disparate
Teen FictionSpin off Different. Cerita ini tentang Hanif, dan segala sesuatu yang terjadi dihidupnya selama ini. • 23 Januari - 15 Juni 2023. highest rank; #1 parkjeongwoo 18/04/23 #2 parkjeongwoo 20/04/23 ©hjwenthu, 2023