Zio mendadak bingung ketika Hanif sedikit diam daripada biasanya, lelaki itu bahkan hanya tersenyum kecil dan langsung masuk ke kamarnya semalam, tanpa mengatakan sepatah katapun pada Zio.
Lelaki ini merasa tidak memiliki salah apapun, bahkan ia bersikap baik didepan Om Bagus dan juga Hadif, saudara kembar Hanif. Lalu apa masalahnya?
Zio duduk termenung di lobby kantor sendirian sebelum Radika datang dengan segelas kopi ditangan kirinya, "Kayak lagi banyak pikiran." Ucapan Radika itu membuat Zio menoleh.
"Gak tau nih, ada yang aneh aja." Balasnya, "Emang Kak Hanif tuh suka tiba-tiba diem, ya?"
Radika mengerutkan alis, "Diem gimana?"
"Pokoknya diem aja, gak banyak omong kayak biasanya."
Menyeruput kopinya perlahan, Radika ikutan bingung dengan apa yang Zio adukan padanya, "Emang kalian sebelumnya ngapain, kok malah diem-dieman?"
Zio menjadi kesal sendiri karenanya, lelaki ini menghadap Radika, "Gue diajak makan malem keluarganya semalem, Kak Dika, di sana ada Om Bagus sama Kak Hadif, perasaan gue gak ngapa-ngapain kok, malah didiemin gini."
Radika sudah tau perihal makan malam ini, namun tak menyangka kalau Hanif akan membawa Zio bersamanya. Ia jadi penasaran tentang perasaan sahabatnya itu, terakhir kali Hanif mengaku tertarik pada Zio, namun bisa saja memang sekarang ia sudah menyukai Zio, karena kedekatan keduanya. "Mungkin lagi capek sama hal lain aja, Zi, makanya milih diem, takut emosinya kepancing aja, udahlah jangan dipikirin lagi, ntar juga baik-baik kayak biasanya." Radika memberikan senyum, membuat Zio yang menatapnya sedikit mencebikkan bibir, "Gimana makan malemnya?"
Ada senyum malu-malu yang menguar dibibir Zio, "Ternyata Om Bagus itu baik, ya." Ucap Zio pada Radika disebelahnya, "Gue pikir dia galak, taunya nggak, malah santai banget."
Kekehan pelan Radika berikan, "Oh ya? Kalau Hadif gimana?" Tanyanya.
Zio menatap lelaki ini sesaat, sebelum tersenyum lebar, "Ganteng banget Kak Dika, sumpah, kayak apa ya, mukanya tuh kayak gak nyata loh, rahangnya terpahat tegas, rambutnya gondrong, kulitnya agak gelap dikit, tapi sumpah cakep banget." Nadanya menggebu-gebu, sampai Radika menaikkan alisnya.
Lelaki ini tertawa pelan, mengetahui jelas alasan Hanif mendiamkan Zio, "Jadi, lo suka Hanif apa Hadif, Zi?"
🏷️
Hanif menatap dua amplop coklat ditangannya, "Ini lengkap?" Tanyanya pada Kala, yang tempo hari ia mintai tolong mencari informasi tentang Zio.
Sekala mengangguk, "Paling lengkap." Jawabnya, "Gampang banget nyari informasi Zio ini, soalnya dia isi formulir dari Dika buat jadi asisten lo." Kala terkekeh diakhir. "Polos banget, Nif, kalo buat main-main mending jangan."
Tak ada jawaban dari Hanif, lelaki itu segera memasukkan berkas yang diberikan Kala kedalam tas laptop.
"Gimana keadaan Jana?" Tanyanya, "Gue denger dia dirawat."
Ada helaan napas sebelum Kala menjawab, "Udah baikan, tadi pagi udah pulang." Tak ada jawaban lagi dari Hanif, membuat Kala menatapnya sesaat, "Kata Dika, lo tinggal bareng Zio, Nif?"
Anggukan kepala Hanif membuat Kala mendesis, "Gue gak pernah main-main, Kala." Katanya, sedangkan sang lawan bicara terkekeh.
"Iya lah, lo udah terlalu jauh kalo buat main-main doang." Tukasnya.
Inilah beda Hanif dan Hadif, kalau kembaran Hanif itu akan dengan cepat mendengarkan saran orang lain, mengingat ia pernah meminta bantuan pada Kala dulu. Sedangkan Hanif sendiri akan tetap pada pemikirannya, walau sudah dinasehati berkali-kali.
"Kalo ternyata Zio udah suka sama lo duluan, gimana ya, Nif?"
Hanif kembali diam, menatap Kala sebentar sebelum menghela napasnya, "Ya, bagus." Katanya pelan.
Tawa sumbang kembali Kala berikan, "Trus kalo dia tau ternyata lo suka sama dia karna dia mirip Jana, gimana?" Tanyanya lagi, "Lo pernah gak sih mikirin akibat dari semua kelakuan lo terhadap Zio?" Kala memajukan badan, "Lo mikir gak sih gimana kecewanya dia nanti, Nif? Dia udah gak punya siapa-siapa, Nif, dan lo dateng sebagai orang baik bantu dia, ngasih dia tempat tinggal, ngasih dia kerjaan, lo peduli sama dia, image lo itu baik banget di mata dia."
Walaupun membenarkan semua ucapan Kala didalam hatinya, Hanif tidak mau menjawab banyak, ia menoleh kesembarang arah, bermaksud tak ingin melihat tatapan tajam Kala, "Udahlah Kal, gue bisa urus semuanya."
Decihan pelan yang Kala berikan, "Iya gue yakin lo bisa urus semuanya, gue cuma bantu lo buat mikirin ini seandainya hal kayak gini belum sempet lo pikirin."
Tanpa berpamitan, Kala keluar dari ruangan Hanif. Kali ini lelaki itu tak bisa sependapat dengan sang teman, memainkan perasaan orang lain tentu saja bukan hal yang bagus untuk dilakukan.
Hanif juga sadar, ia terlalu jauh hanya untuk bermain-main, dan ia tak akan mempermainkan Zio seperti yang Kala katakan tadi, karna ia sudah menetapkan pilihannya.
Ini semua hanya tentang waktu, Hanif belum bisa secepat itu menyatakan perasaannya pada Zio, lelaki ini takut terlalu gegabah dalam mengambil keputusan, dan menyakiti Zio akhirnya.
Hanif memijit pelipisnya yang mendadak pening, ditambah lagi ia sedang dalam mode mendiamkan Zio, membuatnya tak melihat Zio selama di kantor.
Bukan tanpa alasan Hanif memilih diam, melihat tatapan kagum di mata Zio pada Hadif tadi malam membuatnya tak henti-henti menghela napas. "Apa Hadif itu tipe Zio banget?" Tanyanya pada diri sendiri, "Makanya dia segitunya natap Hadif."
Bermacam-macam pertanyaan muncul dibenak Hanif akhirnya, selama ini ia juga tak bertanya tipe ideal Zio, makanya lelaki ini menerka-nerka sendiri seperti sekarang.
Hanif beralih pada Kaca besar didekat lemari, meneliti penampilannya di cermin, "Gak jelek banget lah." Ucapnya, "Apa dia suka cowok gondrong?" Lalu lelaki ini sesekali merapikan rambutnya, "Dikit lagi panjang sih."
Kembali Hanif menghela napasnya, sekali lagi tak pernah terpikirkan dikepalanya untuk merubah penampilan, lelaki ini kembali menatap pantulan dirinya di cermin, tidak terlihat urakan dan masih terawat, setidaknya lelaki ini bersyukur untuk itu. "Gue nanya Dika deh." Putus Hanif akhirnya.
To be continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
Disparate
Teen FictionSpin off Different. Cerita ini tentang Hanif, dan segala sesuatu yang terjadi dihidupnya selama ini. • 23 Januari - 15 Juni 2023. highest rank; #1 parkjeongwoo 18/04/23 #2 parkjeongwoo 20/04/23 ©hjwenthu, 2023