Zio's day off

1.4K 208 80
                                    

"Besok saya dipanggil ke kampus." Hanif masih memainkan ponsel ditangannya, lelaki ini melirik Zio sesaat, "Jadi gak ke kantor dulu."

Menganggukkan kepalanya pelan, Zio menyugarkan rambutnya yang sedikit basah ke belakang, "Besok saya boleh keluar, gak?" Tanyanya.

Hanif mengangguk, "Emangnya mau kemana? Sekalian aja besok dianter."

Namun langsung saja yang lebih muda menggeleng ribut, "Mau ke tempat Misyella, katanya besok dia libur."

Ada hening sesaat, Zio saja sampai melirik Hanif, takut kalau lelaki itu tak memberinya izin, "Gak boleh ya?"

"Boleh." Jawab Hanif akhirnya, "Tapi bareng Radika."

Jelas saja Zio tak terima mendengarnya, ini kan rencananya keluar berdua bersama Misyella, kenapa ia harus membawa Radika bersamanya?

"Kalo sendiri aja gak boleh?" Ia bertanya lagi.

Hanif menggeleng, secepat mungkin memutar otaknya untuk memikirkan alasan logis yang akan ia berikan pada Zio, "Radika dari kemaren udah bilang mau main kesini."

Memberikan tampang manyunnya pada Hanif, lelaki ini mengerutkan alisnya, "Iya kah?" Zio memastikan, dan Hanif mengangguk mantap, membuat lelaki ini menghela napasnya, "Tapi kalo besok sama Kak Radika perginya, gapapa kan?"

Anggukan mantap Hanif berikan.

"Yaudah." Cicit Zio pelan, lalu beranjak pergi ke kamarnya, meninggalkan Hanif didepan televisi sendirian.

🏷️

Radika tersenyum lebar pada Zio yang sedari tadi hanya diam saja menatapnya, ia tau Zio pasti merasa tak nyaman ketika waktunya bersama sang sahabat harus dilalui bersama Radika juga, "Yaelah senyum kali, asem bener muka lo." Ucap Radika, ia menurunkan sedikit kacamatanya.

"Ah kesel gue sama Kak Hanif." Balasnya, membuat Radika ikut berjongkok, "Masa gue gak boleh keluar kalo gak sama lo sih, Kak. Dikata gue gak hafal jalan kali, ya."

Ada tawa dari sang lawan bicara, "Jadi, lo mau gue gimana? Pulang?"

"Gak, jangan." Cegah Zio, ia tak ingin mengambil resiko. Lelaki ini takut Hanif mengetahui ia pergi seorang diri tanpa Radika, bisa-bisa Hanif mendiamkannya seperti kemaren-kemaren itu. "Gue takut Kak Hanif marah." Lanjutnya.

Semalam Radika mendapat telepon dari Hanif untuk menemani Zio jalan-jalan dengan sahabat lelaki itu yang bernama Misyella. Hanif tak memberikan alasan lebih kenapa Radika harus ikut bersamanya, tapi lelaki itu sudah memberikan kartunya pada Radika tadi pagi.

Melihat bagaimana Hanif tak mengizinkan Zio pergi hanya berdua saja dengan Misyella membuat Radika kadang kala tersenyum sendiri, merasa lucu pada sahabatnya itu, bagaimana ia bisa bertindak demikian, tanpa memberikan kepastian perasaannya pada Zio.

Radika meringis, "Dia gak bakalan marah sama lo sih, Zi." Jawabnya, yang mendapat kernyitan dahi oleh Zio. "Maksud gue, selama lo gak bilang, kayaknya Hanif gak bakalan tau."

Tapi yang lebih muda malah menggelengkan kepalanya, "Jangan deh, Kak Dika." Katanya sekali lagi.

Tak lama dari itu keduanya berdiri, kala Misyella, orang yang mereka tunggu sedari tadi sudah menunjukkan batang hidungnya. Gadis ini berlari pelan, sedikit membungkuk sopan pada Radika didepannya, "Maaf ya, jadi nunggu lama."

Ketiganya memasuki mobil Radika, yang kemudian berjalan pelan membelah jalanan ibukota. Tak ada tujuan pasti, membuat Radika membawa keduanya ke pusat perbelanjaan terdekat.

DisparateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang