"Kayaknya lo bener deh." Zio menyangga dagunya dengan tangan kanan, "Aduh, gimana ya gue ceritainnya."
Alis Misyella bertaut, "Bener soal apa?" Tanyanya, namun gadis ini langsung tertawa terbahak-bahak ketika mengerti topik apa yang Zio bawa kini, "Gue udah bilang dari lama, Pak Hanif itu naksir lo. Tanya deh si Cecep, dia juga sadar, kok."
Zio menutup wajahnya malu, "Masa sih?" Ia juga tak menyangka, "Cewek di Kantornya itu cakep-cakep, Syell, gue sampe terkagum-kagum, dan berpikiran kalo masa sih diantara cewek cakep atau cowok-cowok di kantornya gak ada yang dia suka?"
Gadis didepannya mendesis, "Alah, yang begitu lo pikirin." Katanya, "Nih ya, misalnya lo udah naksir Pak Hanif, terus menurut lo si Ucup menarik gak?"
Memiringkan kepalanya sesaat, "Nggak."
"Nah itu, kalo lo udah suka sama orang, mau cowok secakep Angga Yunanda juga gak bakalan menarik dimata lo."
Zio diam, tapi dalam hati ia membenarkan semua ucapan Misyella tadi. Lelaki ini masih tidak percaya, pasalnya Hanif memang pribadi yang baik, Zio tak ingin merasa dirinya dispesialkan.
Misyella menyangga dagunya, menatap Zio dengan senyum penuh dibibir, "Kenapa lo berfikiran kalo Pak Hanif naksir lo?" Gadis itu bertanya.
Mengedikkan bahunya sesaat, "Kalo gak salah denger, waktu gue ketiduran kemaren dia ngomong, intinya dia minta maaf karna udah ngelibatin gue dihidupnya, trus bilang sebentar lagi gitu lah. Gue juga gak ngerti sebenernya."
Gadis didepannya mengerutkan dahi, lalu memundurkan tubuhnya guna bersandar pada sandaran kursi, ia diam sejenak. "Maksudnya apa ya? Mungkin gak sih dia belum selesai sama masa lalunya?"
"Maksudnya?" Zio jadi ikutan berfikir.
"Apa ya bahasa yang mudah lo ngerti, gue bingung jelasinnya." Misyella menghela napas, "Pokoknya dia naksir lo, tapi dia belum selesai sama masa lalunya, apa ya, kayak hati dia tuh belum sepenuhnya diisi sama lo, gitu."
Zio diam.
Selama ini Zio tidak tau, apakah Hanif memiliki pasangan atau malah sudah bertunangan, Zio tidak tau statusnya. Terakhir kali ia mengira Radika adalah pasangan Hanif, karna keduanya terlihat bersama beberapa kali, namun ternyata bukan.
Tak bisa dipungkiri, bahwa Zio memang penasaran dengan banyak hal menyangkut kehidupan Hanif.
Zio menghela napas, ia tak terlihat semangat seperti pertama kali datang menemui Misyella tadi, lelaki ini bersandar dengan bahu yang menurun, terlihat sedikit kekecewaan disorot matanya. "Misyell, kalo gue naksir Kak Hanif, salah gak ya?"
Misyella terdiam mendengarnya, ia tak menjawab, memilih memiringkan kepalanya sedikit berfikir langkah apa yang harus ia ambil selanjutnya.
"Kalo harus saingan sama masa lalunya, gue nyerah deh." Lanjut Zio.
Sedangkan sang sahabat berusaha menenangkan, menepuk pergelangan tangan Zio beberapa kali, "Udah, lo jangan terlalu percaya perkataan gue tadi, itu kan cuma dugaan gue, Zio. Belum tentu bener." Katanya, ia tersenyum kecil, "Gimana kalo lo nanya Kak Radika aja buat lebih jelas, dia kan temen Pak Hanif, gue rasa dia tau banyak."
Zio menatap Misyella dalam, "Nanya Kak Radika, ya?" Tanyanya memastikan, yang dibalas dengan anggukan kepala oleh Misyella.
Walau sedikit tak yakin, Zio perlahan mengangguk, ia harus mencobanya.
🏷️
20 menit waktu berlalu, tak ada yang bisa Zio lakukan. Hanif sedang melangsungkan rapat, Zio yang merasa bosan memilih berjalan-jalan di lantai dasar.
Beberapa orang karyawan menyapanya, Zio sudah berkenalan dengan beberapa orang, termasuk Mbak Yaya yang sekarang tersenyum lebar kearahnya, "Bosen ya?" Tanya wanita muda itu.
Zio menganggukkan kepalanya, "Kak Hanif lagi rapat." Jawab Zio sekenanya.
"Kamu mau kopi?" Tawar Mbak Yaya yang dibalas gelengan kepala oleh lelaki didepannya, "Kamu di sini aja, Zi. Mbak kebetulan lagi gak banyak kerjaan." Ucapnya, "Gimana kerjaan kamu?"
Lelaki ini menghela napas, "Kerjaan saya gak ngapa-ngapain Mbak." Kekehan ringan keluar dari bibir Zio, "Ini sih kayak makan gaji buta, ya."
Keduanya tertawa sesaat, "Kamu kok bisa kerja jadi asistennya Pak Hanif, Zi?"
Mencebikkan bibirnya, Zio sedikit menggeleng, "Bingung juga Mbak, istilahnya saya langsung direkrut sih waktu itu."
Ada keterkejutan yang jelas diwajah Mbak Yaya, siapa juga yang tidak terkejut mendengar penuturan Zio tadi, disaat semua orang berlomba-lomba ingin mendekati Hanif, tapi Zio yang tidak tau dari mana datangnya langsung diangkat menjadi asisten pribadi Hanif. Lelaki ini membuat siapa saja cemburu padanya.
Menaikkan sebelah alisnya, Mbak Yaya menatap Zio lekat, "Kalian ada hubungan, ya?" Tanyanya pelan.
Kalau biasanya Zio akan menggeleng kuat untuk menanggapi pertanyaan semacam ini, kali ini lelaki itu terdiam, namun seulas senyum timbul dibibir, "Gak, Mbak."
Dilihat dari gerak-geriknya, tak ada yang akan mempercayai Zio, lelaki ini jelas menyukai Hanif. Mbak Yaya tersenyum lebar kemudian, "Ah masa sih?" Katanya tak percaya, "Di kantor ini, Zi, banyak banget yang suka Pak Hanif. Siapa sih yang gak bakalan kagum, masih muda udah mapan, mana cakep juga."
Sudah Zio duga, siapa yang bisa menolak pesona Hanif?
Baru saja hendak menimpali ucapan Mbak Yaya tadi, Zio menoleh kala Hanif memanggilnya. Lelaki ini segera bangkit dan menghampiri yang lebih tua. "Bye Mbak Yaya." Tak lupa tangannya melambai-lambai membuat wanita itu tertawa gemas.
"Ayo pulang." Hanif berucap ketika Zio sudah berada didepannya.
Lelaki ini mengerutkan alis, "Kan belum jam pulang, emangnya gapapa pulang duluan?"
Kembali Hanif melihat arlojinya, memang belum menunjukkan jam pulang, tapi ia sudah tak memiliki pekerjaan lagi sekarang, untuk apa bertahan di kantor. "Gapapa." Balasnya, "Ayo, kita nyari makan dulu sebelum pulang."
Dari sekian banyak hal yang membuat Zio terkejut, tak ada yang bisa mengalahkan keterkejutannya kala lengan panjang Hanif bertengger manis dipundaknya. Lelaki tinggi disebelahnya ini merangkulnya, mata Zio sampai membulat, begitu pun Mbak Yaya yang melihatnya tak kalah terkejut.
Pemandangan seperti ini tidak pernah terlihat sebelumnya, bahkan ini pertama kalinya. Siapa yang tidak menggila melihat Hanif seperti ini?
Mungkin nama Hanif dan Zio menjadi perbincangan hangat akhir-akhir ini diantara para karyawan. Sudahlah mereka dikejutkan dengan asisten pribadi Hanif, lalu sekarang tingkah-tingkah seperti ini.
Mbak Yaya melihat sekitar, beberapa karyawan lain turut menyaksikan dua orang tadi yang sekarang sudah menghilang dibalik pintu kaca, "Perasaan Zio gak bertepuk sebelah tangan." Monolognya.
To be continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
Disparate
Teen FictionSpin off Different. Cerita ini tentang Hanif, dan segala sesuatu yang terjadi dihidupnya selama ini. • 23 Januari - 15 Juni 2023. highest rank; #1 parkjeongwoo 18/04/23 #2 parkjeongwoo 20/04/23 ©hjwenthu, 2023