She said Zio had to go

1.2K 189 59
                                    

Mas Hanif ❤️

Sayang
Mas ada rapat pagi ini, jadi mas buru-buru
Mas udah nyiapin sarapan dimeja, nanti siang Mas pulang
Gapapa kalo masih belum mau ngomong, take your time baby ❤️

Zio membaca rentetan kalimat yang baru saja masuk ke ponselnya, lelaki ini bangkit, berjalan kearah cermin untuk melihat penampilannya yang sedikit kacau.

Membuka pintu kamar yang sejak kemarin terkunci, Zio berjalan kearah dapur, mengambil gelas dan mengisinya dengan air mineral. Matanya terpaku pada dua potong sandwich dimeja makan, benarkah Hanif yang membuatkannya?

Mengambil satu sandwich, Zio duduk dengan mata yang menerawang jauh.

Dalam hatinya Zio sedikit mengeluh, seharusnya ia tak bertindak seperti ini, seharusnya ia lebih tabah kalaupun semua yang Raysa katakan memang benar adanya, lagi pula Hanif sudah banyak membantunya selama ini, kalau bukan karena Hanif, Zio mungkin masih bekerja serabutan kesana kemari demi menghidupi dirinya sendiri.

Zio kalut, terlalu terkejut dengan fakta yang baru saja ia dengar dari Raysa, sehingga mengabaikan Hanif dan orang-orang terdekatnya.

Seharusnya ia membukakan pintu kamarnya untuk Radika kemarin, bertanya banyak hal pada lelaki itu, atau malah seharusnya ia mengatakan semua hal yang sebenarnya terjadi kepada kekasihnya. Tapi, Zio malah memilih diam dan mengurung diri, dan ia merutuki semua yang telah ia lakukan sekarang.

Lelaki ini menimbang-nimbang, perlu kah ia datang ke kantor Hanif dan meminta maaf atas sikapnya?

Tapi yang pasti, Zio harus segera menyelesaikan permasalah ini agar tak menjadi lebih panjang.

🏷️

Membeli berbagai macam roti untuk ia bawa ke kantor, Zio berdiri didekat kasir menunggu rotinya selesai dikemas. Lelaki ini membagi senyumnya pada para pegawai wanita yang dengan malu-malu menatapnya kagum.

"Kayaknya mereka tertarik sama lo, deh."

Ucapan itu membuat Zio menoleh kearah kanan, tepat disebelahnya Raysa berdiri dengan senyum yang merekah dibibir, "Gak nyangka bisa ketemu di sini." Ucapnya, sedangkan Zio tersenyum canggung. "Kemaren waktu gue balik dari toilet, ternyata lo udah gak ada, Zi."

Zio menggaruk belakang kepalanya bingung harus bagaimana ia mengatakannya pada Raysa, "Eh iya, soalnya Kak Hanif dateng, jadi buru-buru pergi. Maaf ya."

"Gak masalah." Jawab wanita itu, tangannya dilipat didada, "Lo habis beli roti, ya? Lo mau ke mana?"

Mengambil pesanan roti miliknya tadi, Zio mengangguk-anggukkan kepala, "Mau ke kantor Kak Hanif." Jawabnya.

Raysa menaikkan alis sesaat, "Gitu ya?" Wanita ini bergumam pelan, "Mau gak lo temenin gue ngeteh bentar, Zi, di sini aja. Soalnya temen gue tiba-tiba batalin janji waktu gue udah sampe sini."

Zio tak bergeming, tentu saja ia tidak bisa.

"Bentar aja, Zi, please."

Sudah tidak bisa menolak lagi ketika Raysa menarik tangan Zio menuju sebuah meja tak jauh dari keduanya berdiri tadi. Zio menghela napas, "Tapi aku gak bisa lama ya, Kak."

DisparateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang