An inexplicable relationship

1.5K 214 33
                                    

Zio duduk termenung di sebelah Mbak Yaya yang sesekali menatapnya bingung, lelaki itu tiba-tiba tersenyum sendiri, lalu memukul kepalanya pelan, siapa yang tidak khawatir melihatnya?

"Kenapa sih, Zi?" Tanya wanita itu kemudian, "Pusing banget ya, banyak kerjaan?"

Menghela napasnya, Zio menoleh, "Bahkan saya gak ada kerjaan, Mbak." Ucapnya lalu terkekeh sendiri, Mbak Yaya menatapnya ngeri. "Mbak Yaya pernah jatuh cinta, gak?" Lelaki itu bertanya lagi.

Mbak Yaya terlihat mengerutkan alis, "Ya pernah." Jawabnya, "Emangnya kamu lagi jatuh cinta?"

Zio mengedikkan bahu, "Kayaknya. Saya juga gak tau sih." Lalu tawa pelan diakhir kalimat sekali lagi berhasil membuat Mbak Yaya menekuk alis.

Menatap Zio dengan wajah penasaran, Mbak Yaya menghadap Zio sepenuhnya, "Ada apa? Cerita dong." Bujuknya pada yang lebih muda.

Kepalang penasaran dengan tingkah si manis asisten pribadi sang bos yang tampak agak berbeda dihari ini. Dari semenjak datang bersama Hanif tadi, walau terlihat diam saja, tapi wajah Zio sangat cerah, senyum dibibirnya tak pernah lepas, Mbak Yaya yakin suasana hati Zio pasti sangat bagus saat ini.

Zio kembali tersenyum, "Kalau merasa dicintai, Mbak pernah?" Ia bertanya sekali lagi.

Walau sempat terdiam, Mbak Yaya mengangguk, "Emang ada apa sih, Mbak penasaran, Zi." Katanya.

Tertawa lagi, Zio menghela napasnya pelan, "Dada saya rasanya penuh, Mbak. Rasanya seneng banget sampe saya gak tau mau mengungkapkannya gimana lagi, rasanya perut saya geli sendiri, wajah saya panas kalau inget moment itu." Cerita Zio dengan menggebu-gebu, "Selama ini belum pernah saya ngerasa perasaan kayak gini, jadi saya bingung banget. Saya kira, awalnya cuma kagum biasa, kayak yaudah suka sama dia karna kagum dengan semua hal tentang dia, tapi ternyata nggak, Mbak, saya beneran suka, bukan kagum biasa."

Mbak Yaya tersenyum hangat, ia bahkan bisa merasakan rasa senang yang sedang Zio rasakan.

"Salah gak ya ngerasa kayak gini, saya sebenernya sedikit takut."

Mengerutkan alisnya, Mbak Yaya memiringkan kepala, "Takut kenapa, Zi?" Tanyanya.

Zio mengerucutkan bibirnya, "Takut salah mengartikan, Mbak. Dia baik banget, trus perhatian banget, saya takut salah mengartikan kebaikannya hanya karna temen saya bilang, kalau dia ini suka sama saya. Saya takut terlalu percaya diri, dan menganggap dia emang suka sama saya padahal dia baiknya ke semua orang."

Sedikit mengembangkan senyumnya, Mbak Yaya menepuk pundak Zio perlahan, "Kalo semuanya masih baru, ya begitu, Zi. Kita pasti ngerasa denial, kita seneng diperhatiin tapi disisi lain juga kita ngerasa orang ini gak baik sama kita aja, itu tuh karna kita nyoba buat membentengi hati kita buat gak berharap lebih, padahal udah berharap banget." Ada kekehan diakhir kalimatnya, membuat Zio menatap wanita itu dengan alis terangkat.

"Terus kedepannya saya harus gimana ya, Mbak?" Tanya Zio.

Mbak Yaya terlihat berfikir, "Kamu kenal temen-temennya orang yang kamu suka ini gak?" Pertanyaan itu dijawab dengan anggukan tak yakin dari Zio, karna ia merasa mengenal beberapa teman Hanif, "Terus, dia pernah perhatiin temen-temennya kayak dia perhatiin kamu gak?" Tanya wanita itu lagi.

Zio tak yakin, tapi sejauh yang ia tau, belum pernah ia melihat Hanif memperlakukan teman-temannya seperti saat ia bersama Zio, lelaki ini kembali tersenyum tanpa sadar, membuat pipinya bersemu, Mbak Yaya yang melihatnya gemas sendiri dengan tingkah Zio ini.

DisparateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang