page two; An unexpected coincidence

1.3K 211 78
                                    

"Pak Hanif tumbenan banget gak sih kesini mulu." Seorang pegawai perempuan mendekati Zio yang sedang menata gelas, "Biasanya seminggu dua kali doang, sekarang mah tiap hari."

Rezio tertawa sebagai respon, namun dalam hati membenarkan ucapan Misyella tadi. Tapi disisi lain, Zio pikir, Hanif hanya ingin menghabiskan waktu istirahatnya dengan bersantai.

Mengingat tempo hari lelaki itu seperti tidak baik-baik saja, mungkin Hanif memang ingin menenangkan diri.

Misyella melipat tangannya didada, "Kayaknya ada yang dia suka sih, diantara pegawai sini." Wajah gadis ini terlihat serius sekali, "Apa Kak Anita, ya, dia yang paling cakep disini." Duganya.

Sedangkan Rezio hanya diam saja, menyangkal semuanya dalam hati. Mana mungkin Hanif menyukai salah seorang pegawai disini, omongan Misyella sungguh tak masuk akal. "Emangnya Pak Hanif itu deket sama Kak Anita, ya?"

Kedikan bahu Misyella membuat Zio menghela napas, "Gue ngaco sih." Kemudian gadis ini terkekeh, "Gimana kalo bukan Kak Anita, atau malah..." Ada jeda pada kalimat Misyella membuat Zio mengernyit, "Dia suka sama lo, Zi."

"Ngaco!" Tukas Zio, sedangkan Misyella tertawa puas.

"Bercanda doang elah, lo serius banget sih jadi orang."

Berbeda halnya dengan Misyella yang tertawa, Zio hanya diam dengan bibir terkatup rapat. Sedikit bingung dengan tingkahnya sendiri yang terlalu serius menanggapi guyonan Misyella tadi.

Kalau sudah begini, mungkin Zio akan menjadi bulan-bulanan gadis ini untuk beberapa minggu kedepan.

🏷️

Hanif diam memperhatikan ponselnya, sang Ayah mengirimi pesan untuk datang ke rumah, karna Hanif jarang sekali pulang. Lelaki ini memutar otak, harus alasan apalagi yang ia pakai malam ini supaya tidak dicerca Ayahnya.

Asik dengan pikirannya, Hanif tak sengaja melihat Zio yang hendak menyebrang jalan. Tak lagi berfokus pada ponsel ditangannya, atensi Hanif seakan ditarik oleh raut bahagia Zio didepan sana.

Tak mau yang muda semakin menjauh, Hanif menyembulkan kepala keluar jendela, "Zio!" Panggilnya, dan untung saja lelaki itu cepat menoleh, tak lupa juga lambaian tangan itu membuat Hanif tanpa sadar menarik ujung bibir.

Zio mendekati mobil Hanif, "Wih, bagus mobilnya." Ucap Zio dengan kekehan ringan, tak lupa juga dua jari jempolnya ia berikan pada Hanif.

Lelaki itu keluar dari mobil, "Mau kemana?" Tanyanya pada Zio.

"Mau kerja lagi." Jawaban itu membuat Hanif tertegun, mengangkat tangan kirinya guna melihat arloji yang melingkar di sana. "Tempat ayam yang biasa Kakak pesen itu loh." Ingatnya ketika melihat raut bingung tercetak diwajah Hanif.

Menganggukkan kepalanya sesaat, Hanif tersenyum lagi, "Memangnya masuk kerja jam berapa?"

Zio mengambil ponselnya didalam saku jaket yang ia pakai, "Jam 6." Jawabnya, "Tapi saya mau beli makan dulu di situ." Tunjuk Zio pada salah satu warung makan tak jauh dari keduanya. "Kak Hanif ngapain di sini? Baru selesai kerja kah?"

Hanif masih belum terbiasa dengan panggilan itu, membuatnya tertawa geli, "Tadinya nungguin temen, tapi kayaknya gak jadi deh." Jawabnya asal, "Kalo mau beli makan mending bareng aja, Zi, saya juga mau nyari makan." Tawar Hanif, sedangkan Zio reflek mengangkat alis, sedikit terkejut dengan tawaran tiba-tiba dari Hanif.

"Heh, emangnya gapapa?" Zio balik bertanya.

Anggukan mantap Hanif berikan, "Nyari makannya nanti deket sana aja, biar gak telat masuk kerjanya."

DisparateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang