Tersenyum menatap pantulan dirinya di cermin, Zio menghela napas sesaat. Ditatapnya dua orang stylish yang sejak tadi menata penampilannya, juga dua orang lain yang menemaninya yaitu Radika dan juga Misyella.
Ini adalah hari yang bahagia untuk si manis, perasaan haru menyelimutinya sejak pagi bahkan ia tak bisa tertidur nyenyak semalam karna rasa gugup yang melanda.
Beberapa kali Zio bahkan menghembuskan napas gusar, mencoba tersenyum pada Misyella yang sekarang menatapnya hampir menangis, "Gue gak nyangka bakal secepat ini." Katanya, sedangkan Zio terkekeh, mencoba mengalihkan rasa sedihnya.
"Selamat ya, Zi." Radika juga ikut mendekat, "Gak nyangka bakal jadi bagian dari keluarga Sabiru." Sambungnya, ia memeluk Zio, mendekapnya erat dengan beberapa kali tepukan pelan pada punggung yang lebih muda, menyalurkan rasa nyaman guna menenangkan si manis yang keliatan lebih gugup dari biasanya.
Zio menarik ujung bibir, "Gue mau nangis." Tangannya sudah berada didepan wajah, mengipasi matanya yang terasa sedikit panas, "Makasih ya, Kak Dika, Misyel, udah nyempetin waktunya buat dateng." Zio menarik keduanya kedalam pelukan, membuat Misyella tak kuasa menahan air mata.
Radika menghela napas, "Pasti dateng lah." Jawabnya, "Lo kan udah gue anggep kayak adek gue sendiri, Zi."
Si manis nampak tersenyum, mengucap kata terima kasih pada Radika yang sekarang bibirnya mencebik sedih. Tangan yang lebih muda juga menghapus jejak air mata yang ada dipipi Misyella, "Jangan nangis, Syell."
Seseorang dari luar mengetuk pintu, lalu Jana dengan senyum tipisnya masuk kedalam ruangan, membuat Zio dan dua orang lainnya menoleh. "Zio, udah siap?" Tanyanya. Lelaki ini juga mendekati si Manis, melebarkan senyum sebelum membawa tubuh itu ke dalam rengkuhannya. Jana mengusap punggung yang lebih muda sesaat, "Selamat ya, Zi."
Lantas Zio tersenyum, "Makasih, Kak."
"Ayo, udah ditungguin."
Zio berjalan dengan tangan yang menggenggam erat buket bunga gardenia yang senada dengan tuxedo yang ia kenakan. Disisinya ada Jana dan juga Radika, lalu Misyella kembali ke tempat duduknya di deretan para tamu yang hadir di acara sakral ini.
Hanif sudah menunggu Zio, dengan kedua tangan yang bertaut, lelaki yang mengenakan tuxedo putih ini tak kalah gugupnya. Jantungnya bahkan sudah berdetak tak karuan sejak semalam, kini senyumnya merekah kala melihat pujaan hati berjalan kearahnya.
Zio juga melemparkan senyum manis, menaiki dua anak tangga agar bisa berdiri sejajar berdampingan dengan Hanif, senyum Zio semakin lebar ketika tangannya digenggam erat oleh yang lebih tua.
"Cantik." Puji Hanif tepat disebelah telinga Zio, membuat lelaki yang hari ini resmi menjadi suaminya itu menoleh sekilas dengan tawa pelan.
Keduanya berdiri bersebelahan, menatap altar yang sudah didepan mata, Zio mengedarkan pandang, melihat setiap orang yang bersorak untuknya. Tamu yang hadir adalah keluarga Hanif dan juga teman-teman kekasihnya itu, ada juga beberapa teman Zio, dan Nenek Gayatri yang tersenyum kearah keduanya diujung ruangan.
Zio menarik ujung bibir, melambaikan tangannya walau ia yakin Nenek Gayatri melihatnya dengan samar. Air matanya hampir turun, yang langsung saja dialihkannya dengan menenggakkan kepala, menatap mewahnya interior yang menghiasi hari bahagianya.
Mulai berjalan menuju altar, genggaman tangan Hanif kian terasa erat. Juga tepuk tangan yang terdengar semakin riuh, Zio rasanya bahagia, benar-benar bahagia sampai meneteskan air matanya.
Kini keduanya berdiri berhadapan, menatap satu sama lain, dengan senyum manis menghiasi bibir. Hanif lah yang menjadi orang pertama mengucapkan sucinya janji pernikahan, diikuti dengan Zio yang suaranya semakin bergetar menahan tangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Disparate
Teen FictionSpin off Different. Cerita ini tentang Hanif, dan segala sesuatu yang terjadi dihidupnya selama ini. • 23 Januari - 15 Juni 2023. highest rank; #1 parkjeongwoo 18/04/23 #2 parkjeongwoo 20/04/23 ©hjwenthu, 2023