{tiga puluh satu}

620 25 0
                                    

Hai hai hai, ada yang rindu aida?
Ada yang rindu keceriaan aida?.
Oke, yok happy ending! Eh? H-happy reading maksudnya!.

***

Tepat pukul dua dini hari, Afzal meninggalkan rumah sakit tadi. Karena umi nya terus menelpon karena sang adik yang terus mencari kakak nya.

Setelah berpamitan kepada daffa dan para kakek aida, barulah Afzal meninggalkan rumah sakit.

Pagi ini, pukul setengah delapan pagi, aprilia sudah duduk di samping brankar anak nya. Tangan hangat itu mengelus lembut pergelangan tangan sang putri.

Sampai saat ini, aida belum juga sadar. Padahal aprilia sudah sangat merindukan  suara putrinya.

Perlahan, aida membuka kelopak matanya. Aprilia yang menunduk pun tidak tau jika sang putri telah sadarkan diri.

"B-bunda ..." Lirih aida.

Aprilia mendongak dan mengusap air matanya. Dia tersenyum ke arah putrinya. Di kecupnya kening aida dengan sayang hingga setetes air mata aprilia terjatuh di sana.

"Iya, sayang?. Mau minum? Hm?"

"Nggak. A-aida takut ..."

Aprilia mengusap kepala aida. "Ada bunda, ada daffa di luar, kakek, mama, om deril, semuanya ada di sini menemani aida. Jangan takut sayang."

Daffa yang baru masuk ke dalam ruangan itu pun terkejut saat melihat aprilia berinteraksi dengan aida. Aida sudah sadar?!

Daffa segera berlari menuju brankar kakak nya.

"Aida!"

Aida tersenyum. Kali ini, senyum nya tak seperti biasanya, ada rasa sakit di sana, apalagi di tambah hidung aida yang di pasang selang oksigen. Membuat daffa yang melihat nya sedikit sedih.

"Gimana?. Kamu mau sesuatu?" Tanya daffa.

Lagi lagi aida menggeleng. Dia menatap pintu yang tertutup. "Ada kakek, ya daf?. Bisa minta tolong panggil kan?. Aku kangen kakek."

Daffa mengangguk lalu dengan segera memanggil orang orang yang ada di luar.

"Cucu kakek ..." daniel memasuki ruangan dengan ceria dan jangan lupakan tangan nya yang merentang hendak memeluk aida.

"Kakek, aida kangen."

"Kakek tau. Kakek juga kangen sama aida."

"Bagaimana keadaan mu, sayang?" Kali ini ryan lah yang angkat bicara kepada sang cucu.

"Alhamdulillah, tapi kepalanya masih sakit." Aida memegang kepalanya yang saat ini terbalut perban.

Aida baru saja menyadari kalau ... dirinya tidak memakai hijab?!. Aida pun shock.

"Bunda, hijab aida mana?!"

"Kan masih luka sayang, ga papa di lepas dulu, toh di sini muhrim kamu semua. Om deril juga mama suruh nunggu di luar saja." Ucap daliya.

"Nggak!. Aida pengen pake hijab!" Kekeuh aida.

Akhirnya mau tak mau, daliya memasarkan hijab segi empat kepada aida. Hijab nya tidak terlalu ketat jadi tidak akan melukai kepala aida yang terluka.

CRUSH {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang