5. Acara besok

990 35 0
                                    

"Sayang, setelah melihat foto yang di kirim adik mu. Kami tidak akan memarahimu tapi tolong, berhentilah merokok. Kasian tubuh kamu jika terus-menerus merokok," ucap Nara mengelus lembut lengan Zafran.

"Betul tuh. Rokok itu membunuhmu tapi kami menyayangimu. Jadi berhentilah melakukan hal bodoh dengan merusak diri sendiri," sambung Nora duduk agak jauh dari mereka.

"Aku nggak sering ngerokok, cuma pas stres aja ngelakuin. Sama kayak Nio," ungkap Zafran membuat hati Nara terluka.

"Stres? Apa itu karena kami, Sayang? Kami tidak pernah sadar telah membedakan kasih sayang kepada kalian, maafkan kami," aku Nara menunduk dengan tangan menangkup.

"Jangan lakuin ini, Ma. Jangan bikin kita malu sebagai anak. Kami sudah memaafkan kalian, jadi tidak perlu sampai begini. Tapi juga harus membuktikan kalau kalian sudah menyesal dan tidak mengulangi masalah yang sama,"  kata bijak Zafran membawa Nara dalam pelukan.

"Kami usahakan. Kalau salah ingetin ya?" Nio dan Zafran mengangguk pelan. Mereka berpelukan tanpa Nora.

"Satu masalah selesai. Gue nggak tahu ini masalah utama atau enggak, soalnya kalau di pikir ini bukan masalah besar sampai Nora asli memilih mati," batin Nora melamun dengan mata menatap mereka.

"Nora, Sayang kenapa kamu melamun? Kemarilah, ada suatu hal yang ingin kamu sampaikan," ucap Dika menyuruh Nora mendekat.

"Ada apa, Pa?"

"Kamu ingat besok hari apa?" tanya Dika tersenyum misteri. "Besok hari rabu, memangnya ada apa dengan besok?"

"Apa kamu lupa dengan hari ulang tahun mu sendiri?" imbuh Nara menatap tak percaya anaknya ini.

"Oh, terus? Aku ulang tahun cuma nambah umur doang kan. Ngapain di inget-ingetin, buang waktu." sahut Nora tidak sesuai ekspatasi mereka. Bahkan membuat mereka diam sesaat.

"Kamu nggak papa, Sayang? Maksud Papa, biasanya kamu paling seneng dan selalu nunggu hari itu tapi kenapa sekarang kamu malah berkata kalau kamu kurang suka dengan ulang tahun mu sendiri," ucap Dika merasa sedih.

"Apa ini Papa, jangan memasang wajah sedih. Lagi pula yang aku katakan memang benarkan, untuk apa mengingat waktu mundur mati?" semua di buat diam oleh perkataan Nora. Benar-benar di luar ekspetasi.

"Huft, baiklah. Maafkan atas bicaraku yang ngelantur. Sekarang katakan apa yang kalian inginkan di hari ulang tahun ku besok?" lanjut Nora mengajukan pertanyaan.

"Kami menyiapkan pesta untuk kamu besok. Tapi kalau kamu nggak suka, bisa di batalkan," cicit Nara.

"Pesta? Seriusly!!?" pekik Nora tak percaya. Bahkan matanya memancarkan binar bahagia. "Kalian akan merayakan ulang tahun dengan pesta untuk pertama kali!? Untuk ku?" lanjutnya.

Seumur hidup baru kali ini Nora ditawari dengan perayaan hari ulang tahun. Ya maklum dirinya orang susah dulu. Jadi berpikir setiap naik umur cuma mundur mati.

"Sayang kami selalu merayakannya, entah itu untuk kamu atau kedua kakak mu," ungkap Nara. "Maksud aku ini kan pesta pertama kali di umur sekarang. Gituloh, Ma." jelas Nora setelah kelimpungan sendiri.

"Ma, Pa, Kak, aku udah ngantuk. Aku tidur duluan ya!" Nora segera pergi dengan terbirit-birit. Wajahnya yang panik membuat mereka keheranan sendiri.

"Nora bego! Nora goblok kebangetan." hinanya sendiri.

__________

Di tengah sibuknya belajar kelompok, Nora malah asik sendiri dengan ponselnya. Di miring kan, Nora ngegame. "Nora, lo nggak ngerjain tugas kelompok?" tanya Arumi.

"Udah gue, kemarin gue relain begadang. Coba lo cek ada yang salah nggak," jawab Nora sebelum login kembali.

"Wah keren lo. Ini gue kasih ke kelompok lo atau lo sendiri?" tanya Arumi berniat membantu. "Gue aja, takut di kopas."

Arumi diam sejenak, bingung mau ngomong apalagi. "Lo ngegame apa? ML atau FF?"

"Nggak keduanya. Gue lagi main masak-masakan, lumayan ngurangin gabut gue," sahut Nora menatap sekilas Arumi. "Ikut nggak? Mumpun mau login lagi,"

"Boleh." Nora langsung meletakkan HPnya di atas meja lalu mulai kembali bermain dengan Arumi. Levelnya sudah puluhan, cukup sulit karena membutuhkan kecepatan.

"Rum, gue udah selesai ngerjain. Gue boleh pergi nggak?" tanya Bagas duduk di atas meja membuat keduanya menoleh. "Mana gue lihat dulu, jangan sampe lo nipu gue lagi,"

Bagas mendengus lalu mengambil buku catatannya. "Nih kalau lo nggak percaya. Sekarang boleh nggak?" Arumi menatap buku itu dengan teliti, kemudian mengangguk.

"Buku gue lo bawa ya, gue males balikin ke tas. Tau lo nanti bisa kasih ke anggota kelompok gue yang lain. Gue pergi dulu, thanks calon pacar," Arumi hanya menggelengkan kepalanya tak habis pikir.

Arumi menyimpan buku Bagas di atas lipatan tangannya lalu kembali bermain dengan Nora. "Udah bel istirahat? Kalau iya, kantin yok. Gue laper nih dari semalem belum makan,"

"Tapi selesain ini dulu," Nora mengangguk menyetujui ucapan Arumi. Hingg membutuhkan waktu kurang dari lima menit keduanya sudah keluar kelas.

"Gue ucapin selamat ulang tahun buat lo. Kadonya nyusul nanti malam," ucap Arumi di tengah perjalanan. "Lo cuma modal dateng aja gue udah seneng, Rum."

"Bukan malasah itu, tapi harga diri gue. Masa temen gue ngadain pesta, gue nggak bawa apa-apa. Lagian gue kan anak orang ternama, harus jaga repotasi nama keluarga." ucap Arumi hanya diiyakan oleh Nora.

"Mang, pesen bakso jumbo sama es teh dua. Jangan lupa kasih kripik empat," pesan Nora di setujui oleh Mamang. "Piscoknya iya nggak?" Nora mengangguk. "Itu wajib sih,"

"Yaudah tunggu nanti tak bawain. Nih nomernya," Nora mengambilnya lalu pergi mencari meja kosong. Sedangkan Arumi masih sibuk memilih makanan apa yang harus di makan.

"Tumben lo nggak bully, Fania? Biasanya lo gedek pengen ngejauhin dia dari kakak lo," kata Bayu duduk di sampingnya di ikuti kedua kakak kembar Nora dan Fania.

"Ha? Gue suka bully?" tanya Nora terkejut.

"Gimana sih, sifat sendiri di lupain. Tapi gue seneng karena kemungkinan besar lo bisa akur lagi sama kakak lo," ungkap Bayu merasa cukup senang.

"Fan, gue minta maaf ya kalau gue dulu sering bully lo. Sumpah gue cuma khilaf nggak ada niatan apapun," Nora mengangkat jari telunjuk dan tengahnya.

"Santai aja, lo cuma julidin gue doang. Ya awalnya gue sakit hati karena tiba-tiba tanpa masalah lo bully gue. Tapi lama-kelaman gue ngerti, lo nggak suka perhatian kakak lo teralih karena gue. Jadi di sini nggak ada yang salah," sahut bijak Fania.

"Lo pacar kakak gue? Kak Nio atau kak Zafran?" tanya Nora penasaran. "Harusnya lo nggak tanya gitu. Sedangkan tangan gue udah ketahuan, gue punya siapa,"

Dengan reflek Nora melihat tangan Fania yang di genggam Nio. "Nia dan Nio, pasangan serasi. Yang satu gampang panas dan yang satu suka nenangin si panas. Canda kak." tawa Nora keluar saat melihat wajah Nio merubah merah.

Next>

NO REVISI

I'NORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang