"Masuk sana. Nanti langsung bersih-bersih trus tidur. Jajannya dimakan besok ya," tutur Sandy setelah Nora berdiri di sampingnya dengan tangan melepaskan helm.
"Nggak, gue masih ada tugas. Besok di kumpulin. Mau ngerjain sambil nyemil baru deh tidur," ucap Nora menolak tuturan Sandy dengan alasan yang jelas.
"Kalau gitu nanti sleepcall,"
"Gue mau nugas bukan tidur, ngapain sleepcall? Lagian kita udah berjam-jam bareng masa kurang," sahut Nora menyilangkan tangannya di depan dada.
"Mau nemenin sampai tidur. Soalnya gue juga ada tugas. Kan enak ngerjain bareng-bareng beda atap," Nora diam sesaat. "Terserah lo deh."
"Makasih jajannya, gue masuk dulu," pamit Nora akan masuk tapi di tahan oleh Sandy.
"Nggak salim dulu?" tanya Sandy menggantungkan tangannya. "Nggak! Lo bukan orang tua gue, ngapain salim. Udah lepasin," Nora menarik tangannya hingga terlepas lalu meninggalkan Sandy sambil menggerutu.
Sandy terkekeh, sampai menyugar kasar rambutnya. "Pacar gue emang paling gemes." ungkap Sandy sebelum tancap gas.
Dan benar saja, selepas pulang mengantar Nora, Sandy menelponnya dengan panggilan vidio call. Nora mengangkat lalu meletalkan hp di depan dirinya.
"Halo, Ayang," sapa Sandy di sebrang sana.
"Hm, nyalain lampunya. Nggak usah hemat listrik," ucap Nora membuat Sandy terkekeh lalu menyalakan lampu belajar. "Suka gelap tapi nggak suka gelap-gelapan. Gini aja ya?"
"Terserah yang penting jangan cuma kelihatan giginya doang," Sandy mengangguk. Dapat di lihat Nora mulai sibuk menulis dengan di temani suara musik volume pelan.
"Matiin musiknya," titah Sandy membuat Nora melirik ke arah kamera. "Kenapa? Gue ngantuk kalau nggak gini,"
"Biar gue yang nyanyi, lo dengerin," jelas Sandy. "Lo nggak nugas? Tadi bilangnya gitu, nanti kalau enggak selesai lo slahin gue,"
"Enggak, udah matiin dulu sebentar. Trus baru deh aku nugas," Nora menurut. Mematikan musik lalu sedikit mengangkat kepalanya untuk mempersilahkan Sandy bernyanyi.
"Ini cuma lagu ya, Yang. Jangan di buat serius," ucap Sandy diangguki dengan males oleh Nora.
"Saben wengi kelingan esem lan guyumu." Sandy mulai berjanji dengan iringan gitar di pangkuannya. Lagu jawa? batin Nora.
"Nanging iku kabeh mung dadi kenangan. Sak iki wayae laleke kowe. Yen kelingan kowe, ra iso turu malah mumet dewe." Gitar terus bermain dengan tangan lincah Sandy. Nora menumpu wajahnya menikmati lagu itu.
"Aku ngerti kowe saiki ra liane. Nanging roso sayangku mung kanggo kowe," lanjutnya. Nora sempat mengangguk saat mendengar nada tak asing.
"Lalek no aku, wes gawe rolo atimu. Tulong lalek no, awakdewe iki mung sewates konco," sambung Nora membuat Sandy berhenti. "Lo ngerti lagunya, Yang?"
"Kalau kagak mana bisa nyambungin. Lanjutin lagi," titah Nora dilaksanakan Sandy.
"Aku tresno kowe, neng ati ra ono liane. Ati iki loro, mergo kowe milih wong liyo."
"Sepurane yen aku, wes tau ngelarani atimu. Tulung lalekno, awakdewe iki mung sewates konco," sambung Nora.
"Kabeh wes di atur gusti, yen pancen jodone kabeh iso dadi siji," sambung keduanya. Mengulang bagian reff.
"Aku tresno kowe, ning ati ra ono liane, (tulong lalek no, lalek no aku). Ati iki loro mergo kowe milih wong liyo. Sepurane yen aku, wes tau ngelarani atimu, (wes kadong loro, ning jero dodo). Tulong lalek no awak dewe iki mung sewates konco," nada memelan diikuti musik gitarnya.
"Jadi kita cuma sebatas temen?" tanya ulang Nora setelah menenguk air yang baru di ambilnya.
"Yang, itu cuma lagu. Udah dibilang di awal kan?" rajuk Sandy meletakkan gitar lalu menghadap ke kamera sedikit maju hingga satu full hp Nora berisi wajahnya.
"Dasar perajuk. Udah sana kerjain, gue tinggal dikit. Bentar lagi tak tinggal tidur. Mau di matiin nggak?" Sandy tentu saja menggeleng keras.
"Jangan, matiin besok aja," jawabnya. "Nanti batre gue habis, kagak bisa dibawa ke sekolah," sewot Nora berkacak pinggang muka marah.
"Gue bawain pawerbank," ucap Sandy membuat Nora diam sesaat. "Nggak usah, gue punya. Nanti gue cas trus besok gue bawa,"
"Terserah deh. Tapi gue besok tetep bawa." Nora mengangguk tanpa melihat kamera. Sekarang fokusnya pada tugasnya atau besok Arumi akan meneror dengan mulut cerewetnya.
________
"Ayang Nora!" pekik Sandy di antara gerbang sekolah dengn wajah datar mendekati Nora yang menoleh. "Muka lo datar tapi suaranya ceria banget kek matahari teletubiesme,"
"Gue bawa bekal buat lo," ucap Sandy membuka ranselnya untuk mengambil kotak bekal yang telah disiapkan tadi.
"Bawa apa?" tanya Nora melirik isi yang tertutup kaca. "Nasi sama tumis kangkung. Biar lo sehat makan sayur," sahut Sandy memutar tubuh Nora lalu membuka ranselnya untuk menaruk bekal.
"Tapi nanti lo jajanin sosis bakar ya? Gue lagi pengen," pinta Nora memelaskan wajahnya. "Lo ngidam? Anak siapa? Tega lo!"
Plak
"Tutup mulut durjana lo!" ketus Nora melayangkan tatapan sinis. "Aduh, Yang sakit loh ini mulut." adu Sandy mengelus mulutnya yang di pukul Nora.
"Rasain! Pokoknya lo jangan lupa pesen gue tadi apa. Trus nanti kita ketemu di kantin, oke bay!" Nora meninggalkan Sandy menatap dirinya dengan muka melas.
"San! Di panggil ketua osis. Sekarang di tunggu depan lobi sekolah," ucap temannya yang baru saja mendekat. Sandy menyergit lalu mengangguk pelan. "Thanks."
Sandy pergi ke tempat yang dikatakan temannya. Dari jauh sudah terlihat sang ketua osis sedang menunggunya sambil bermain hp.
"Lo manggil gue? Ada apa?" tanya Sandy to the point. "Cuma ngasih tau, besok rabu lo sama temen lo yang ikut jadi petugas upacada buat latihan. Jangan sampai nggak profesional, gue nggak mau ngebuang waktu berharga gue," ucapnya.
"Lah? Gue bukan ketua kelas atau pengurus kelas, ngapain lo perintah gue? Lagian gue cuma bagian jemput pembina," sahut Sandy. Gadis tidak begitu pendek itu melirik kesegala arah.
"Tetep aja lo punya kewajiban buat negasin ke temen lo." kata Nabila tidak ingin kalah. "Gue pergi dulu, gue cuma ngomong gitu," Nabila pergi meninggalkan Sandy yang menatapnya datar.
"Gue tahu maksud lo tapi maaf hati gue cuma buat Nora. Gue harap lo ngerti, bil." guman Sandy sebelum pergi menuju kelasnya.
next>
NO REVISI

KAMU SEDANG MEMBACA
I'NORA
Short StoryNora Saraswati Putriana Aksarana adalah gadis SMA yang jiwanya di ganti oleh seseorang. Memiliki karakter yang berbeda dari sebelumnya membuat orang terdekat terheran-heran dengannya. Apalagi hobinya suka makan. "Papa, minta uang dong! Buat beli jaj...