Sejak siang awan sudah mengepung langit. Semua manusia bersiap akan terjangannya, namun awan enggan melepaskan air matanya.
Dibawah itu, ada sebuah gedung sekolah yang baru saja membunyikan bel, tanda pembelajaram sudah berakhir. Banyak siswa berbondong-bondong pergi dari gedung itu. Kecuali beberapa orang yang memiliki kepentingan.
Termasuk juga circle Nora, ada tiga remaja yang sedang berdiri di atas gedung itu. Semua diam, sibuk dengan pikiran masing-masing meski tatapan saling membunuh.
"Lo ngapain sih ngajak gue kesini cuma diem-dieman kek begini!?" tidak tahu kah Nora? Jika Arumi sudah lelah dengan aktivitasnya di sekolah tapi sekarang malah di seret paksa.
Nora terkekeh dengan tangan bersedekap dada, "santai dulu ngak sih? Kakak gue belum datang."
Arumi menyergit kentara, namun dia bersikap tak acuh dengan sibuk menenguk lemon tea yang sempat di beli. Arumi, Nora dan Marella, hanya ketiga gadis itu sekarang.
Dari belakang mereka sangat mirip seperti bocah kembar-kembara nakal. Namun jika diteliti masih ada perbedaan, hingga mata Nia sedikit mendelik saat Nio memanggil salah satu mereka.
"Duduk, Kak. Ngak baik ngobrol penting sambil duduk. Gue juga tadi bawain minuman. Tenang ini aman ngak gue masukin racun." cerocoh Nora sedikit mendorong cup teh dengam logo Utea.
"Karena semua udah hadir. Gue mau selesain masalah ini. Kalian semua pasti tahu apa yang gue maksud. Apalagi lo Rumi," tekan Nora menatap tajam Arumi yang hampir tersedak minumannya.
"G-gue? Maksud lo apa? Gue tahu lo cuma ada masalah sama kakak lo tapi inti dari itu gue nggak tahu! Lo malah lebih percaya sama temen baru lo di banding gue!" lontar Arumi melirik sinis Marella.
"Karena gue ngak kayak lo yang bermain licik! Sadar diri kek minimal, Nora kurang baik apa sama lo? Bahkan dia rela mohon-mohon sama kakak keduanya buat menghibur lo. Eh, malah lo cari masalah buat kakak pertamanya." cecar Marella saat dirinya tersindir.
Memang benar jika Nora melakukan kebaikan itu demi Arumi pasca ditinggal mati oleh Bagas, mantan kekasihnya dulu. Bahkan Nora memohon-mohon agar Zafran ke rumah Arumi untuk memaksa makan. Tidak ada hal khusus dari Zafran ke Arumi tapi tidak kalau Arumi ke Zafran.
Sama kata beda tempat.
"Masalah? Ngomong yang jelas bangsat! Sok menye lo, anjing!" gertak dan umpat Arumi membuat seseorang mengepalkan tangannya tidak terima. Meski begitu dia tetap menjaga rau wajahnya agar tidak kentara.
"Gue kasih tahu, lo yang udah bikin retak hubungan antara kakak dan adik. Kemudian hubungan asmara kakaknya temen lo," suara Marella pelan namun jelas.
Mendapat tuduhan itu mata Arumi mendelik tidak terima. Napasnya mulai memburu menatap tajam Marella. "Gue ngak mungkin setega itu sama sahabat gue! Lo kalau nuduh atau cari musuh pikir-pikir goblok!"
Marella dan Nora terkekeh bersama. Sedangkan Nio dan Nia hanya diam, dia tahu kapan waktu angkat bicara. "Perlu bukti mbak?"
Arumi diam, ekspresi wajahnya tetap sama. Sebelum akhirnya Marella menunjukkan layar ponsernya hasil screenshot bukti traksaksi uang yang pernah diperlihatkan pada Nora.
Marella juga menunjukan bukti itu pada dua N. Setelah diperlihatkan Arumi malah tertawa keras sambil memukul lengan Nora. "Sakit bangsat!"
"Gue ngak tahan lihat kegoblokan seorang Marella!" ungkapnya membuat Marella tak terima dikatain bodoh.
"Pasti lo ngira gue salah kirim? Mangkanya cepet gue hapus." tanya Arumi masih tertawa meski tidak sekeras tadi.
"Lo kira gue seteledor itu? Ngak! Gue lakuin itu buat mancing anjing kecil ini masuk keperangkat kita." lanjutnya menekan kata Anjing dan tersenyum miring.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'NORA
Short StoryNora Saraswati Putriana Aksarana adalah gadis SMA yang jiwanya di ganti oleh seseorang. Memiliki karakter yang berbeda dari sebelumnya membuat orang terdekat terheran-heran dengannya. Apalagi hobinya suka makan. "Papa, minta uang dong! Buat beli jaj...